12. Masalah yang berbeda

1.8K 190 9
                                    

...Happy Reading...

"Dia, dia yang buat gw menderita

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Dia, dia yang buat gw menderita." Rian diam mendengarkan.

"Cuma dia yang bisa buat gw takut, gw ngak tau apa yang gw takutin dari dia." Ray menggenggam kuat kalungnya.

"Saat gw ngeliat Neo gw takut, takut akan keberadaannya dan takut kehilangannya."

"Lo egois Ray." Ray mengangguk membenarkan apa yang Rian katakan.

"Iya, gw tau." Ray menatap lama kalung dengan liontin sayap yang sang indah.

"Kalo dia nggak lahir bunda pasti masih sama gw. Gw, bang Ares, bunda, sama ayah bakal jadi keluarga sempurna dan bahagia bukan kek sekarang, retak."

Rian diam mencoba memahami apa yang sahabatnya katakan. Rian tahu ia tak perlu memberi saran maupun menyanggah karna sekarang Ray hanya butuh telinga bukan saran maupun pendapat.

Rian merangkul sahabatnya tangannya mengusap punggung lebar itu.

Semua orang selalu menilai apa yang ia lihat, nyatanya orang tidak akan paham sebelum orang itu menggantikannya, menjadi 'dia' yang ia nilai.

Tapi, itu yang hanya bisa dilakukan bukan. Menilai, mungkin kau harus menilai dari sudut pandang yang berbeda?

"Makasih." Rian melepas pelukan dari sahabatnya.

Hening, kedua remaja yang hampir mengijak angka 17 tahun itu menatap langit yang sudah menunjukan gelapnya. 

"Adek, Rian; kalian ngapain?" Rian menoleh ke asal suara yang ternyata berasal dari Neo yang berdiri di pintu menuju balkon.

"Nggak tidur Neo?" Neo menggeleng dengan Raut wajah khawatir.

"Adek kenapa?" Rian menatap lamat Neo.

"Sialan, lo nguping!?" Bentakan dari Ray yang tiba-tiba mampu membuat Neo bergetar karena takut.

"Ne- Neo ndak tahu." Rian diam dan akan bertindak jika Ray mulai kehilangan kendali.

"Pergi, sebelum gw-" Ray terhenti sesaat saat maniknya bersitatap dengan manik hitam Neo.

"Bawa dia pegi!" Rian maju melangkah sedikit menunduk saat di hadapan Neo yang mulai melengkungkan sudut bibirnya.

Neo hanya menurut saat Rian membawanya masuk dan mendudukan dirinya di atas kasur.

"Lo denger semua?" Rian bertanya hati-hati takut melukai hati yang mungkin sudah pernah terluka berkali-kali.

Neo mengangguk lemah. "Neo yang bikin adek sakit." Neo berujar membuat Rian mendongak menatap langit-langit villa enggan bertemu dengan manik hitam yang mulai rapuh.

Kenapa Harus Neo?Where stories live. Discover now