22. Malam yang indah?

2.5K 212 22
                                    

...Happy Reading...

Kini Ray tengah pasrah ditarik Neo berkeliling, ia bertekad memperbaiki semua walau nantinya mungkin ada alasan untuk membencinya lagi

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Kini Ray tengah pasrah ditarik Neo berkeliling, ia bertekad memperbaiki semua walau nantinya mungkin ada alasan untuk membencinya lagi.

Neo terlampau aktif ini pertama kalinya atau munkin kedua kalinya pergi ke taman hiburan, pertama kali ia pergi bersama Arga dan berakhir tidak menyenangkan.

"Adek beli itu!" Ray menggeleng 'es' tidak ini sudah malam dan Neo meminta es?

"Yang lain." Neo cemberut tapi jari telujuknya menunjuk ke arah stand roti bakar 'pilihan yang bagus'

"Ayo!"

Ray mengandeng pergelangan tangan Neo menuju penjual roti bakar.

"Lo mau rasa apa?" Ray bertanya tanpa melihat Neo, mengerutkan dahi kala tak ada jawaban dari pertanyaannya.

"Ne-"

"Ayo adek, kita liat kesana." Ray menghentikan langkah Neo yang berjalan cepat seakan mengalihkan pembicaraan

"Kita istirahat dulu, dari tadi ngeliat doang tapi ngak naik."

Kalian ngak salah baca, Neo kesana kemari hanya melihat-lihat doang wahana yang ada, Ray sudah menawarkan tapi Neo menggeleng.

"Neo ndak mau adek malu."

Ray mengambil roti bakar yang sudah ia beli tak lupa membayarnya. Selanjutnya Ray menatap lekat Neo yang kini menunduk dengan kedua tangannya yang tengah memainkan jari-jari Ray yang jauh lebih besar dari jari-jari Neo yang kurus.

"Malu kenapa?"

"Neo ndak kaya adek." Ray mengusap rambut halus Neo.

"Lo emang beda, jauh lebih baik. Lo beda dari semua orang, lo ngak egois." Neo mencoba mencerna perkataan Ray, otaknya dipaksa berpikir keras 'orang dewasa rumit'

"Ngak usah dipikirin omongan gw."

Ray melihat sekilas jam tangan hitam di pergelangan tangannya.

"Belum terlalu malam, mau naik?" Mata Neo berbinar senyumnya kembali naik membuat Ray terkekeh, anak kecil sekali.

"Boleh?" Ray mengangguk kecil,

"Mau yang mana?" Neo menatap sekeliling, fokusnya jatuh pada sebuah bangunan lunak berisi angin, yap.. istana balon.

"Adek, mau itu!" Ray melotot melihat arah yang ditunjuk jari kurus itu.

Kenapa Harus Neo?Donde viven las historias. Descúbrelo ahora