17. Forgive me?

348K 14.2K 355
                                    

Jessie berlari keluar dari ruangan Nick. Ia menangis.

"Lo jahat Nick jahat banget."

Tujuannya saat ini adalah taman belakang sekolah untuk menenangkan pikirannya. Jessie duduk di bawah pohon. Ia menekuk lututnya lalu menenggelamkan kepalanya di lututnya. Ia menangis lagi.

*****

Jessie....

"Apa yang lo lakuin?! Lo udah bikin orang yang gue sayang salah paham! Dan gue harap LO PERGI DARI HIDUP GUE!"

"Aku cuma mau hubungan kita bisa kaya dulu lagi, Nick. Aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu."

"Cih enak banget ya lo ya bilang kaya gitu sekarang. Lo kemana dulu saat gue lagi sayang-sayangan ke lo? Lo malah pacaran sama sahabat gue. Dan maaf, sekarang gue udah gak ada perasaan apapun lagi ke lo. Gue udah nemu orang yang sangat gue sayang, dan gue juga udah tunangan sama dia. So, lo harus pergi dari kehidupan gue, karna gue udah muak sama lo." Kulangkahkan kakiku keluar ruanganku.

"Nick, please. Aku gak perduli mau kamu udah punya tunangan, bahkan istri sekalipun. Aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu. Dan aku mau hubungan kita balik lagi kaya dulu." Ella memelukku dari belakang.

"Sorry, gue gak bisa terima tawaran lo. Gue udah punya tunangan, lagipula gue udah sayang sama tunangan gue. Dan gue gak punya rencana buat khianatin dia kaya yang udah lo lakuin ke gue." Ucapku dingin sambil menghempaskan tangannya kasar. Aku segera berlari keluar mencari Jessie.

"NICK!" Kudengar teriakan Ella memanggilku. Tapi aku tidak peduli, aku hanya memikirkan Jessie.

Jessie sedang sedih sekarang, berarti ia ada di tempat yang sepi. Satu-satunya tempat yang sepi dan jauh dari keramaian sekolah ini adalah taman belakang sekolah. Ya! Taman belakang sekolah!

Aku segera berlari menuju taman belakang sekolah. Untung sekarang masih jam pelajaran, jadi koridor sepi. Aku bisa berlari tanpa mendapatkan tatapan aneh dari para guru dan murid. Kulihat Jessie sedang duduk menekuk lututnya dan menenggelamkan kepalanya.

Bahunya bergetar. Dia menangis.
Kurengkuh tubuhnya ke pelukanku.

"Maaf Jess, maaf. Aku bisa jelasin semuanya, tapi please, kamu dengerin aku dulu." Dia memberontak dalam dekapanku.

"LO JAHAT NICK! LO JAHAT! GUE BENCI SAMA LO NICK GUE BENCI! BENCI!"

"Aku mohon dengarin aku dulu, Sayang."

"Sayang? Haha bullshit! Gak! Gue udah terlanjur sakit hati! Lo udah bikin gue nangis dua kali Nick! DUA KALI. Tadinya gue mau coba buat baikan sama lo, tapi apa? Gue malah liat lo mau ciuman sama mantan tersayang lo itu! Bisa lo bayangin jadi gue? Hah?!"

"Iya aku tau Jess, aku bisa jelasin. Dengerin aku dulu, please." Aku tetap memeluk Jessie walaupun ia tetap memberontak.

"Gak ada yang perlu lo jelasin. Semua yang gue liat udah jelas, bahkan sangat jelas."

"Itu semua gak seperti apa yang kamu liat, Sayang. Dengerin aku dulu, aku udah gak ada perasaan apapun lagi ke dia. Aku udah punya kamu, aku sayang sama kamu."

"Lo bohong! Gue gak percaya!"

"Aku gak bohong Jess, aku serius."

"Kalo lo sayang sama gue, lo gak mungkin nyakitin gue."

"Maaf Jess, maaf." Jessie tidak menjawab, ia juga sudah tidak meronta lagi, sepertinya ia kelelahan karena menangis tadi.

Ku elus rambut Jessie lembut. Ia lebih tenang sekarang, dan nafasnya juga lebih teratur. Ini adalah kebiasaan Jessie, ia pasti akan tertidur setelah menangis.

Ku angkat tubuh Jessie ke ruanganku dan kubaringkan dia di sofa yang ada di ruanganku lalu kujadikan pahaku sebagai bantalannya.

"Kamu ganti warna lagi hem? Nanti rambut kamu rusak, Sayang." Aku tersenyum sambil mengelus rambut ombre birunya.

"Jess, aku minta maaf. Aku gak bermaksud nyakitin kamu, aku juga gak bermaksud bentak dan bandingin kamu sama dia. Aku juga gak nyium Ella tapi dia yang maksa cium aku. Aku juga udah gak ada perasaan sama dia karna hati aku sepenuhnya udah milik kamu." Aku berbicara pada orang yang sedang tidur? Haha lucu sekali.

Tiba-tiba Jessie membuka matanya dan melotot ke arahku.

"Awwww sakit sakit, Sayang."

*****

Aku sebenarnya tidak tidur, aku hanya memejamkan mataku karena terlalu lelah menangis dan meronta di dekapannya.

"Jess, aku minta maaf. Aku gak bermaksud nyakitin kamu, aku juga gak bermaksud bentak dan bandingin kamu sama dia. Aku juga gak nyium Ella tapi dia yang maksa cium aku. Aku juga udah gak ada perasaan sama dia karna hati aku sepenuhnya udah milik kamu."

Apa? Jadi cabe itu yang mau cium Nick? Wah nyari masalah itu cabe keriting. Aku membuka mataku lalu memelototi Nick.

"Awwww sakit sakit, Sayang." Aku menjambak Nick kuat. Biarin aja dia kesakitan lagian aku sebel sama dia.

"Ih kamu nyebeliinnnn." Aku tetap menjambaknya. Dia memegang tanganku dan menjauhkan tanganku dari rambutnya.

"Apa? Kamu mau protes?" Aku menatap Nick tajam. Ia buru-buru langsung menggelengkan kepalanya.

"Bagus." Aku mengusap kepalanya. Jambakan tadi kuat juga, jadi gak tega hehe.

"Sakit kah Nick?" Bukannya menjawab, ia malah memelukku erat. Aku tersenyum dan membalas pelukannya.

Aku kangen pelukan kamu, Nick.

"Maafin aku sayang." Aku mengangguk dan mengusap punggungnya.

"Cuci pake tinner tuh pipi kamu yang kemaren dicium sama itu cabe keriting! Mana sudi aku kalo pipi kamu ada bekas bibir cabe-cabean itu." Aku melepaskan pelukanku dan menatap Nick tajam.

"Dan ini." Aku menyentuh bibirnya.

"Ini cuma milik aku." Aku mengecup bibirnya singkat.

"Dan aku gak mau ngasih apa yang aku punya ke orang lain! Siapapun itu!" Dia cemberut. Aku menaikkan sebelah alisku.

"Kamu kenapa?"

"Aku sebel sama kamu. Kamu tuh kalo mau nyium yang lama, jangan cuma sebentar doang. Gak ada rasanya tau." Aku memutar bola mataku malas. Tiba-tiba dia menarik tengkukku dan mencium lalu melumat bibirku lembut. Aku mengalungkan tanganku di lehernya dan membalas ciumannya.

Cklek

"Ckckck jadi ini toh pasangan guru dan murid di sekolahan ini?"

TBC

Hayooo siapa ya yang masuk ke ruangan Nick? Penasaran? Tunggu kelanjutannya ya

Follow ig:
@murninunia

Vommentnya jangan lupa ya
Seeya next part^^

Bad Girl and Crazy TeacherWhere stories live. Discover now