BAB 6

124 57 3
                                    

Aku merasakan sesuatu yang hangat samar samar menelusuri leherku, helaian napas yang keras. Aku sedikit terkesiap dan langsung membuka mata dengan berat. Tubuhku sedikit pegal dan kaku karena posisi tiduku yang miring dan tidak berselimut. Ternyata sangat dingin. 

Perlahan aku menyadari bahwa aku ketiduran di sofa, tapi tv dihadapanku telah mati. Lalu detik selanjutnya aku merasakan sebuah tangan mendekapku hingga aku merasa hangat. aku mengerjap ngerjap beberapa detik dengan bodohnya, kemudian menoleh kesisi belakangku. 

"aku membangunkanmu?" Luke bicara dengan nada meminta maaf, masih dalam posisi memelukku dari belakang. kedua tangannya memeluk  lenganku. 

Butuh beberapa saat untukku menyadari bahwa ternyata aku ketiduran karena menunggunya. Ini pukul 11 malam dan ia terlihat baru saja pulang karena melihat jaketnya masih membungkus tubuhnya. 

"kau dari mana saja?" tanyaku sambil membalikan badan, Sofa yang sempit membuatnya harus memposisikan diri lebih rapat kesisiku.

"maaf aku pulang terlambat. Kubawakan makan malam untukmu." 

"kau dari mana?" aku harus mengulang pertanyaan lagi sebelum akhirnya beranjak duduk. ia mengikuti ku. 

"bertemu dengan produser ku."

"oh...." ini jelas aneh, kenapa selama itu?

Ia juga tak mengatakannya sejak awal jika ia pergi untuk menemui produser nya, pagi tadi ia berpamitan dengan alasan yang mencurigakan, sekarang ia kembali sangat larut tanpa alasan yang masuk akal. Seolah olah menutupi sesuatu.

"biar kutemani kau makan, ayo." 

"aku tidak lapar"

"tapi kau harus tetap makan." ia menarik tanganku dengan paksa hingga aku berdiri dan mengikuti langkahnya menuju minibar di dekat dapur. 

Ia mengeluarkan sebungkus kotak berisi ayam goreng yang masih hangat dari bungkusan mcd berwarna coklat. sambil menuangkan minuman ke dalam secangkir gelas, ia lalu menyodorkan semua itu padaku. 

"kau tidak makan?"

ia menggeleng "ini jam 11, tentu saja aku sudah makan."

"apa terjadi masalah hingga kau harus pulang selarut ini?" kuraih ayam goreng yang masih panas itu, sedikit terkejut karena tanganku terasa terbakar menyentuhnya. sambil meringis aku menjatuhkan ayamku dan menghembus jemariku yang terasa sakit. 

Luke dengan sabar membantuku melepaskan daging danging ayam goreng itu dari tulangnya tanpa merasakan panas sedikitpun. ia meletakkannya di piring untuk kumakan. 

"terimakasih.."

"aku harus membicarakan beberapa kontrak kerja yang masuk. Lalu menyelesaikan rapat tentang beberapa pilihan lagu untuk album baru. Karena yang lain sudah berlibur dan pergi, jadi harus aku yang mengurus semuanya." 

"secepat itukah kalian akan meluncurkan album baru lagi?" 

ia mengangkat bahu "bukan album besar."

"kenapa aku tak bisa menghubungimu?"

"handphone ku mati sejak tadi pagi. Maaf karena aku cukup teledor dan membuatmu harus menunggu." 

"kau membuatku khawatir. Kau kan bisa menghubungiku lewat telpon umum."

"aku tau, maafkan aku."

"sejak semalem kau terlihat sangat aneh."

ia mengedipkan mata sesaat, berfikir "kau yang terlalu curiga berlebihan."

"itu wajar, aku khawatir jika ternyata terjadi sesuatu dan kau sengaja menyembunyikannya dariku."

STAY.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang