BAB 12

160 52 9
                                    

Luke's POV

Suara pintu yang berderak terbuka mengalihkan perhatianku dari tv, dengan berhati hati aku melihat keadaan Katelyn jika ia terbangun karena kaget. Ia terlihat sangat kelelahan hingga terlelap dengan tenang tanpa bergerak sedikitpun. Tangannya masih memeluk dadaku dengan erat hingga aku tak berani mengubah posisi. Aku tahu ia tak ingin aku pergi kemanapun selama ia tidur, ia khawatir aku menginggalkannya. 

Olivia masuk dengan membawa beberapa kain tebal seperti selimut yang entah darimana ia bawa. Ia tersenyum padaku saat melihat kami masih diruangan menjaga ibunya yang tak sadarkan diri sejak operasinya beberapa jam yang lalu. 

"maaf membuat kalian lama menunggu"  Ia menyerahkan satu selimut tebal itu padaku, aku lalu melebarkannya untuk membungkus tubuh Katelyn. 

"apa yang dokter katakan?" 

Gadis itu mendesah berat sambil merebahkan tubuhnya di sebrang sofa tempat aku duduk "sesuatu yang sudah aku khawatirkan sejak dulu."

aku menatapnya dalam diam, menunggunya menjelaskan secara lengkap

"Aku tak tau bagaimana harus... mengatasi ini semua. Mady sangat berarti untuk hidupku" suaranya bergetar "aku tak ingin menyerah, Luke. tapi bahkan tak ada cara lain untuk mengembalikan semuanya seperti dulu."

"aku tau, kau telah berusaha sekuat yang kau bisa"

"tidak" ia menggeleng keras "harusnya aku membujuknya sejak dulu untuk dirawat dirumah sakit. Jika saja aku bisa tegas, mungkin ia akan mendapatkan penanganan lebih cepat. seandainya aku...."

"menyalahkan dirimu sendiri tidak akan mengubah apapun"

Sekarang ia berbinar binar, menahan airmatanya tidak turun. Ditutupi wajahnya yang pucat dengan kedua tangan, ia menangis tanpa suara. 

Aku mengenal Olivia tak sebaik Katelyn mengenalnya. Gadis ini adalah gadis yang periang dan sangat bersemangat dalam segala hal. Ia akan mengomeliku panjang lebar jika aku melakukan sesuatu yang salah pada Kate, tapi ia juga banyak membantuku  menjaga Kate saat aku harus pergi tour atau manggung. 

Aku belum pernah melihatnya menangis sejak pertama kali bertemu dengannya. Bahkan saat ia memberitahu bahwa ibunya sakit, ia sangat tegar dan sama sekali tak menunjukan sikap putus asa. tapi gadis sekuat apapun aku yakin akan menangis menghadapi hal seperti ini. aku tau seberapa besar ia mencintai ibunya. 

"kau tak pernah sendirain, kau tau itu, Olivia." 

ia belum mau menunjukan wajahnya

"aku dan Katelyn akan membantu apapun yang kau butuhkan. kau punya kami"

"maafkan aku karena kau harus melihatku menangis." ia mengangkat wajahnya dengan bahu yang menunduk 

aku menggeleng tersenyum padanya

"aku pikir aku telah siap mendengar berita ini, tapi bahkan meskipun aku telah mewanti wanti diriku sendiri. rasanya.... tetap saja ini berat."

"kau akan baik baik saja."

ia membasuh wajahnya yang dipenuhi air mata dengan tangan, terlihat malu karena aku memandanginya. Hari ini aku melihat dua wanita menangis dihadapanku dan ini nyaris membuatku hampir gila. mereka begitu rapuh dan tak berdaya dengan wajah seperti itu. 

"terimakasih karena kau telah membantu banyak hal untukku, Luke."

"tidak, akulah yang harus berterimakasih karena kau selalu menjaga katelyn."

ia tersenyum "dia satu satunya sahabatku."

"aku tahu..."

"hei, jangan beritahu dia soal ini, kumohon. aku tak ingin ia mengkhawatirkanku dan jadi bersikap berlebihan. kau tau dia, kan"

STAY.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang