BAB 7

155 51 6
                                    

Pagi ini Luke membawa Bailey berjalan jalan di halaman rumah, Ia melatih anjing itu berkali kali untuk menuruti perintahnya, meski nyatanya gagal. Aku tau Luke sama sekali tak pernah tertarik dengan binatang, terutama hewan peliharaan seperti anjing. Ia selalu mengeluh saat aku membawanya berjalan jalan ditaman dan menemukan banyak orang membawa hewan peliharaannya dengan tali dan berbincang seolah olah mereka dapat saling bicara. Menurutnya, memiliki hewan peliharaan sangat lah merepotkan, sama seperti  memiliki tanggung jawab untuk mengasuh anak. Memberi makan, mengawasi kebersihan serta tempat tinggalnya, dan semua tau bahwa Luke bukan orang yang peduli dengan hal hal seperti itu.

Aku cukup terkejut ketika ia menghadiahiku sesuatu yang bahkan ia tidak tertarik untuk mengurusnya. Terutama untuk tinggal bersama dirumah ini. Terkadang walaupun Luke memiliki sifat yang keras dan tidak suka bernegosiasi tentang apapun, aku bisa melihat kelembutan hatinya. setidaknya itulah yang terlihat sejak pertama kalinya aku tinggal bersama dengannya. Ia selalu ingin membuatku bahagia, sekeras yang ia bisa. Aku bahkan bisa bilang bahwa ia tak akan segan segan membeli seluruh barang barang yang aku mau meski kenyataannya aku tidak begitu membutuhkannya. 

Begitupula dengan peliharaan yang satu ini. Sejak dulu aku selalu menginginkan seekor anjing, tapi Luke selalu menolak keras ide ku untuk memeliharanya. Saat itu ia beralasan bahwa kami tak punya cukup ruang untuk nya, Belum lagi kami tak akan punya waktu untuk memberinya makan sesering yang dibutuhkan. Namun, Entah kenapa semua hal itu tak lagi membuatnya ragu. Ia berhasil membuatku kaget sekaligus bahagia. 

Aku tau Luke berusaha keras untuk menekan sikap egoisnya untuk membuatku tetap nyaman, meski kenyataannya ia tak perlu melakukannya karena aku selalu dapat mengatasinya. Aku sangat terbiasa dengan semua karakter yang ia miliki, semakin sering kami berdebat membuatkusemakin mengerti dengan apa yang harus kulakukan untuk menghadapinya. Akhir akhir ini aku membuatnya terus mengalah dan memenangkan perdebatan kami, ditambah lagi, aku mulai menyadari bahwa dalam setiap pertengkaran, aku dapat melihat Luke mulai berusaha untuk menekan sikap kerasn dan egoisnya. Ini sebuah kemajuan yang baik. 

Aku bisa melihat kedalam matanya sebuah kebaikan saat ia melihat anjing itu. Tentu saja terlalu cepat, tapi pagi ini aku mulia sadar bahwa sebenarnya dia memiliki sisi kepedulian yang tinggi terhadap hewan. Itu terlihat jelas saat setiap pagi ia selalu turun kebawah untuk mengecek apakah Bailey cukup hangat berada dirumah kayunya. 

Tapi Ia selalu menutupinya dan tak pernah mengakui bahwa ia peduli. Ia berdecak kesal saat melihat anjing itu berlari cepat nyaris menjatuhkan hiasan meja, berteriak memerintah dengan tegas, atau bergumam kesal saat tak bisa tidur karena Bailey sering menggonggong di ruang bawah.  

Well, kurasa ia hanya belum terbiasa dengan kehadiran penghuni baru dirumah kami. Aku yakin ia akan mencintai Bailey perlahan lahan seperti aku mencintai hewan itu sejak pertama kali ia menghadiahkannya. 

"Saatnya sarapan untuk manusia" 

Setelah puas melihat Luke melatih Bailey berlari mengejar bola, akhirnya kupanggil keduanya untuk kembali masuk kerumah. Cuaca diluar sangat berangin, dan melihat Luke berkeringat membuatku sedikit tersenyum. 

Ia melakukan itu untuk anjing. 

"urus dia, Kate. aku mau mandi." Gumamnya dengan wajah setengah kesal. Dilemparnya bola kasti itu ke teras depan. Ia melepaskan pakaiannya meski belum sampai didalam rumah.

"baiklah" ujarku menyembunyikan senyum "kemari, anjing manis. disini terlalu dingin untukmu."

kusentuh bulu bulu halus dikedua sisi punggungnya, lalu dengan sabar memandunya untuk masuk kedalam rumah. Bailey masih sangat kecil untuk sebuah hewan peliharaan, jadi wajar saja jika ia belum terbiasa dengan perintah dan ajakan manusia. Lagipula kami baru memeliharanya beberapa hari yang lalu. Butuh waktu. 

STAY.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang