BAB 14

175 52 5
                                    

Luke's POV

Deringan ponsel membuatku tersentak kaget hingga terbangun. Mataku mengerjap ngerjap silau menyadari lampu di langit kamar sudah menyala terang. Aku menguap lebar lebar untuk menghilangkan kantuk, membutuhkan waktu sedikit lama untuk kembali merebahkan kepalaku. Namun tampaknya suara berisik dari deringan telpon yang tidak sabaran itu keburu mengganggu ketenanganku dan sangat menjengkelkan, aku menarik tubuhku mendekati bufet sambil mengumpat kesal. Meraba raba ponsel yang jika tidak salah kuletakkan dekat lampu meja.

Sial, siapa yang menelpon sepagi ini dan mengganggu tidurku yang nyenyak?

"hallo" gumamku hampir menyentak

"Luke, kau sudah tiba di Inggris?" aku melihat nama yang tertera dan mulai menyadari siapa suara yang berbicara dibalik telpon ini.

"ya, kenapa?"

"kau sudah bicara pada si tua bangka itu?" tanya Micahel datar, nyaris tak merasa bersalah sedikitpun karena ia membuatku kesal sekarang.

"damn it, Mike! Kau membangunkanku hanya untuk menanyakan hal ini?"

"oh jangan salah kan aku jika sekarang aku sama cerewetnya dengan yang lain, oke? Kau sama sekali tidak membantu situasi ini"

"apa yang kau inginkan?"

"kau tidak menjawab pertanyaanku"

"tidak, aku tidak akan berbicaranya pada si brengsek Jhon! aku tidak akan menerimanya"

"sial, kau benar benar membuatku geram sekarang. Tau kah kau resiko dari perbuatanmu ini?" aku mendengar nada mendesaknya yang begitu memuakkan. Sialan karena ia satu satunya yang tak pernah dilibatkan dalam hal hal seperti ini jadi dia tidak mengerti "dia bisa melakukan apa saja, kau tau?"

"kau pikir aku takut? Dengar, dia mungkin produser kita tapi dia tidak berhak melakukan apapun semaunya. Kita punya kemampuan untuk menolak"

"aku tak ingin kau berurusan lagi dengannya seperti dulu, Luke. Kenapa tidak kau turuti saja rencana ini lalu duduk diam untuk melihat hasilnya?"

"ya tentu saja kau hanya peduli pada hasil akhirnya saja. Jika kau berada dalam posisi yang dirugikan seperti aku, mungkin kau tak akan bicara seperti itu!" kantukku sekarang benar benar hilang dan berubah menjadi menyala nyala. Aku memposisikan tubuhku untuk duduk, membiarkan selimut yang menutupi dadaku yang telanjang merosot turun diatas paha.

"well, sayangnya tawaran itu bukan ditujukan untukku dan kita tidak bisa berbuat apa apa karena Jhon lebih senang melibatkanmu ketimbang aku ataupun Calum yang belum pernah menyetak skors dalam drama ini"

Aku mendesisi tajam "kau sungguh munafik"

"oh ayolah, Luke. Berhenti berfikir bahwa ini adalah jebakan yang sengaja di tujukan padamu. Ingatlah Ini untuk kepentingan band! sadarkah kau bahwa semakin hari persaingan diluar sangat kejam? aku mungkin membenci si tua bangka itu karena kelewat berkuasa, tapi bagaimana pun ia telah berperan besar dalam band ini. ia yang membawa kita hingga titik ini"

"oh, persetan dengan semua yang telah ia lakukan! kau pikir hanya kita yang membutuhkan keberadaannya? jauh dari itu, dia lah yang membutuhkan kita"

"kita sama busuknya dengan dia, Luke"

"aku tidak akan mengikuti caranya"

"lihatlah sekarang justru kau yang munafik. Kau lupa berapa banyak peran yang telah kita mainkan untuk menaikkan popularitas band ini? Kita sudah melakukannya sejak dulu!"

"aku tak peduli"

"ya kau hanya peduli dengan kepentinganmu sendiri, aku tau itu. Tapi sayangnya ini band kita. Bukan hanya bandmu, jadi berhentilah menjadi egois dan pikirkan masa depan kita bersama. Kau ingin kita terlempar begitu saja?"

STAY.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang