BHARATAYUDA JAYA BINANGUN

3.4K 106 9
                                    

PROLOG

Padang Kuru Setra, Kancah Perang Bharatayuda.

Srikandi mengangkat busur panahnya. Matanya tajam menatap Panglima Perang Kurawa. Bisma terkesima melihatnya. Sosok wanita yang tidak asing baginya.

Bisma, patriot besar yang tak lain adalah kakek dari kedua kubu yang bertikai, dikaruniai karomah oleh Dewata tidak bisa mati. Kecuali oleh tangan kekasihnya sendiri, Dewi Amba. Seorang wanita yang sudah ia sakiti hatinya, sebelum akhirnya meninggal bunuh diri. Atas kegagalan pernikahannya dengan Bisma.

"Bisma, hari kematianmu telah tiba!" Seru Srikandi, senopati perang Pandawa. Ia seorang wanita. Namun keberaniannya untuk menghadapi Bisma sungguh membuat decak kagum seluruh kerabat Pandawa dan bala tentaranya.

"Amba, kaukah itu?" Ucap Bisma.

Hari itu, Dewi Amba telah menitis ke raga Srikandi. Ia menepati sumpahnya bahwa kelak akan menjemput Bisma saat hari kematian Dewabrata (nama muda Bisma) tiba.

Tak ada sepatah kata jawabanpun dari bibir Srikandi. Dicabutnya sebuah anak panah. Dengan sorot mata penuh amarah, atas pengkhianatan Bisma terhadap Pandawa, juga terhadap cintanya via Dewi Amba, Srikandi mengincar dada Sang Panglima Perang Kurawa sebagai bidikan.

Dalam hitungan beberapa detik, anak panah Srikandi melesat. Bisma tak mampu mengelak, ketika hunjaman dari senjata senopati wanita itu tepat menembus jantungnya. Belum sempat ia mengaduh, anak panah kedua, ketiga dan seterusnya menyusul. Menghujani dada dan seluruh badannya. Ratusan anak panah menancap di tubuh Bisma.

Sang patriot besar roboh dan terjungkal dari keretanya. Seketika langit diatas Padang Kuru Setra, tempat perang saudara itu berlangsung bergemuruh. Kilat menyambar-nyambar. Bethara Surya, Dewa Matahari meredupkan sinarnya. Seluruh kerabat Pandawa dan Kurawa serentak menjatuhkan senjata. Melihat kakek mereka jatuh bersimbah darah.

Perang pada hari itu dihentikan. Pandawa dan Kurawa melakukan penghormatan kepada Bisma sebagai kakek juga tetua yang selama hidupnya senantiasa berbuat mulia. Baik bagi cucunya di kubu Pandawa, maupun Kurawa.

Tubuh Bisma yang roboh tidak dapat menyentuh bumi. Ratusan anak panah menyangganya.

Dalam keadaan separah itu, Sang Panglima Perang tersenyum. Ia melihat kekasihnya, Dewi Amba tengah menari di awang-awang sembari melambai-lambaikan tangan kearahnya.

Mengajak Bisma berkelana sukma.

BHARATAYUDA JAYA BINANGUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang