BHARATAYUDA LIMA - JAYADRATA GUGUR

1.6K 39 4
                                    

Pesanggrahan Randuwatangan berduka.

Kematian Abimanyu yang digadang-gadang menjadi pewaris tahta Amarta membuat Pandawa terpukul. Terutama Janaka dan istrinya, Wara Sembadra.

Malam itu Randuwatangan sunyi. Seakan-akan alam ikut berbela sungkawa dengan kepergian sang kesatria muda. Api dari sisa upacara kremasi Abimanyu dan Siti Sundari telah padam. Tinggal kepingan-kepingan arang yang masih meninggalkan bara.

Janaka belum tidur.

Ia terduduk di depan onggokan arang. Tak memperdulikan lagi bujuk rayu saudara-saudaranya Pandawa dan Prabu Kresna. Hatinya kini telah tercabik-cabik sepeninggal putra terkasihnya.

Yang ada dalam benak Janaka hanya rasa tidak sabar menunggu datangnya fajar. Dendamnya kepada Kurawa kian memuncak. Tekadnya untuk membalas kematian Abimanyu tak bisa ditunda lagi.

"Jayadrata, hutang nyawa bayar nyawa!" Teriak Janaka sambil merentangkan busur panahnya.

Jayadratalah yang telah menelikung Abimanyu dari belakang, hingga akhirnya menjadi bulan-bulanan krocokan gaman sewu Kurawa.

*****

Pesanggrahan Bulupitu tak kalah berduka.

Lesmana Mandrakumara, putra mahkota Astina adalah harta tak ternilai dari Prabu Duryudana. Pewaris tahtahnya itu kini telah menjadi tumbal dari ambisinya untuk menumpas Pandawa.

"Apa yang harus kukatakan kepada Banowati di Astina?" Batin Prabu Duryudana. Ia tidak sampai hati hendak menceritakan kematian Lesmana kepada istrinya, Dewi Banowati. Putri dari Prabu Salyapati.

Malam itu, dengan perasaan yang hancur berkepin-keping, Duryudana naik gajah tunggangannya, Kyai Pamuk. Meninggalkan kamp pasukan Kurawa, pesanggrahan Bulupitu. Kembali ke Astina.

Betapa terpukulnya Dewi Banowati mendengar pengakuan Prabu Duryudana bahwa putra mahkota, Lesmana Mandrakumara telah tiada. Ia menangis sejadi-jadinya. Menyesali atas kecerobohan suaminya yang tak mampu menjaga keselamatan putranya.

Prabu Duryudana kian terpukul. Dewi Banowati melampiaskan semua kemarahan kepadanya. Sebagai seorang lelaki yang lemah dan tak bernyali, tidak seharusnya Lesmana Mandrakumara dibiarkan sendirian berkeliaran di Kuru Setra.

Dewi Banowati sangat terguncang. Ia mengusir Prabu Duryudana agar segera kembali ke pesanggrahan Bulupitu dan tidak kembali menemuinya di istana Astina sebelum Bharatayuda usai.

Prabu Duryudana pun meninggalkan istrinya yang terus meratapi kematian Lesmana. Sebenarnya ia sangat mengkhawatirkan keadaan Dewi Banowati. Tetapi permaisurinya itu sedang tidak bisa diganggu.

Sesampainya di pesanggrahan Bulupitu, Prabu Duryudana segera memanggil adiknya, Dursasana.

"Adikku, tinggalkan pesanggrahan ini. Pulanglah ke Astina!" Perintah Duryudana.

"Ada apa kakang Duryudana?" Dursasana bertanya-tanya, posisi dia saat itu adalah sebagai senopati perang Kurawa. Semakin tipisnya stok para kesatria Kurawa, membuat Dursasana menjadi tumpuan pasukan Astina.

"Jagalah kakak iparmu, Dewi Banowati!" Jawab Prabu Duryudana.

"Dia sangat terguncang dengan kematian Lesmana. Aku khawatir terjadi apa-apa dengannya." Jelasnya.

"Baiklah kakang, aku pulang ke Astina sekarang!" Dursasana mengerti maksud Prabu Duryudana memerintahkan dirinya meninggalkan kamp pasukan Kurawa, pesanggrahan Bulupitu.

*****

Bethara Surya menampakkan wujudnya lagi. Sinarnya kembali menerangi padang Kuru Setra.

Terompet dan genderang perang terdengar bertalu-talu. Janaka yang sudah menunggu perang ini sejak semalam langsung melesat ke palagan (arena). Ia mengamuk bagaikan banteng terluka. Mencari-cari sosok penyebab kematian Abimanyu. Jayadrata.

BHARATAYUDA JAYA BINANGUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang