BHARATAYUDA TIGA - PALUHAN (BOGADENTA GUGUR)

1.6K 37 5
                                    

Flasback Kelahiran Kurawa.

Ketika pulang dari pengembaraan, Prabu Pandu Dewanata muda membawa tiga orang putri ke Astina. Dewi Kunti, Dewi Madrim dan Dewi Gandari.

Karena besarnya rasa sayang kepada adik lelakinya yang buta, Prabu Pandu menyuruh sang adik, Prabu Destarastra untuk memilih satu diantara tiga putri itu sebagai pendamping hidup. Dipilihlah Dewi Gandari.

Kejadian ini membuat putri dari negeri Plosojajar ini kecewa. Seharusnya ia dipersunting oleh Pandu yang rupawan. Bukan dipersembahkan kepada Destarastra yang buta.

Kekecewaan Gandari ini membuatnya bersumpah akan memusuhi keturunan Pandu. Puncak iri dan dengki itu terjadi ketika Dewi Kunti telah melahirkan putra pertamanya, Puntadewa. Sedangkan Dewi Gandari yang lebih dulu mengandung, belum juga melangsungkan persalinan.

Ketika itu kandungan Dewi Gandari telah berusia tiga tahun, namun belum juga ada tanda-tanda ia akan melahirkan.

*****

Astina gempar!

Istri Prabu Destarastra melahirkan ketika sedang berjalan-jalan di taman kaputren. Tetapi janin yang keluar dari rahim sang permaisuri berwujud segumpal daging berbalut darah hitam yang mengental.

Karena merasa ini adalah aib, oleh Ratu Gandari daging itu dinjak-injak hingga hancur berkeping-keping. Pecah menjadi seratus serpihan. Berhamburan di taman kaputren. Sementara ari-arinya ditendang hingga terpental jauh keluar Astina.

Sukma Begawan Abiyasa (ayah Prabu Pandu dan Prabu Destarastra) yang sedang bertapa, datang menemui Ratu Gandari. Ia menyarankan agar serpihan daging itu ditutup dengan dedaunan jati. Untuk mengelabuhi indera penciuman binatang buas (anjing liar, srigala, burung pemakan bangkai) yang malam itu berdatangan ke taman kaputren.

Bethari Durga juga turun ke taman Astina. Ia mendengar doa Ratu Gandari yang meratapi aibnya. Alhasil, atas kesaktian sang Bethari, serpihan daging itu pun berubah menjadi jabang bayi yang meramaikan istana Astina.

*****

Jauh dari Astina.

Di padepokan Colomadu, Resi Rasakumala sedang bersedih hati atas kepergian istrinya yang meninggal bersama janin di dikandungannya.

Sepanjang hari, Resi Rasakumala menangisi kematian istri tercinta. Hingga tiba-tiba segumpal ari-ari jatuh di pangkuannya. Air mata sang Resi menetes membasahi ari-ari. Atas kuasa Sang Pencipta, berubahlah menjadi jabang bayi. Bukan main bahagianya Resi Rasakumala. Ia merawat dan menyayangi bayi itu seperti anaknya sendiri. Diberinya nama Bogadenta.

Resi Rasakumala pun mendidik Bogadenta di padepokan Colomadu dan mewariskan seluruh ilmu kesaktian yang dimilikinya.

*****

Ketika beranjak dewasa, Bogadenta mendapat pengakuan jujur dari Resi Rasakumala bahwa sejatinya ia adalah putra dari raja Astina, Prabu Destarastra dan permaisurinya, Ratu Gandari.

Atas saran sang Resi pula, Bogadenta akhirnya pergi ke Astina menemui orang tuanya yang sesungguhnya.

Ditengah perjalanan, Bogadenta bertemu dengan seorang wanita srati (penggembala gajah) yang sedang kebingungan mencari jalan.

"Permisi kisanak, arah manakah yang harus kulalui jika hendak ke kotaraja Astina?" Tanya wanita ketika melihat Bogadenta. Sedari tadi ia sengaja menunggu orang yang melewati persimpangan tempat ia beristirahat.

"Siapa namamu, yayi (panggilan untuk adik wanita, perempuan yang lebih muda)?" Tanya Bogadenta.

"Namaku Dewi Murdaningrum, putri dari Raja Kalendra. Aku hendak ke Astina bersama gajah piaraanku ini, Murdaningkung." Jawab Srati itu.

BHARATAYUDA JAYA BINANGUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang