BHARATAYUDA DUA - TAWUR

1.4K 48 3
                                    

Fajar mulai menipis di padang Kuru Setra. Bethara Surya perlahan menampakkan diri di ufuk timur. Kurawa dan Pandawa telah bersiap dengan kekuatan pasukan masing-masing.

Sangkala kembali dibunyikan. Genderang perang ditabuh lagi.

Derap kaki kuda dan sorak-sorai para prajurit menggetarkan tanah Kuru Setra. Saling bunuh antara kakek, cucu, sepupu, paman dan keponakan akan terjadi lagi.

Perang saudara yang mengerikan!

Sang Panglima Perang Astina, kakek Bisma langsung mengobarkan semangat pasukan Kurawa. Ia berada di barisan terdepan. Merangsek dan menerobos barikade pasukan Pandawa.

Tombak dan pedangnya berkelebatan. Menari dan meliuk-liuk di langit Kuru Setra. Dewabrata menjelma bagaikan Malaikat Pencabut Nyawa. Tak terhitung berapa ratus prajurit Pandawa yang tersungkur bersimbah darah oleh sabetan senjatanya.

Melihat amukan Bisma, Prabu Kresna segera memberi nasehat kepada Janaka agar kembali menghadang Bisma seperti perang hari sebelumnya.

"Bisma harus kau hentikan, Arjuna. Akan semakin banyak korban di pihak Pandawa kalau ia terus dibiarkan menggila!" Ucap sang kusir, Prabu Kresna.

"Bawa keretaku mendekati kakek Bisma!" Jawab Janaka.

Sang kusir segera menjalankan keretanya menerobos barisan prajurit Kurawa. Tombak dan pedang Janaka yang kini ganti meliuk-liuk di arena Kuru Setra. Prajurit Astina pun berjatuhan. Prabu Kresna yang bertindak sebagai kusir dengan lincah semakin mendekatkan keretanya ke posisi Bisma.

Melihat sebuah kereta melaju dengan cepat merangsek mendekati Bisma, Prabu Duryudana segera memerintahkan Pasukan Kalingga (pasukan elit Astina) untuk melindungi Sang Panglima Perang Kurawa.

"Lindungi kakek Bisma!" Perintah Duryudana.

Begawan Ciptaning, nama lain dari Arjuna dan Janaka segera mengangkat busurnya. Dilepaskannya anak panah kearah barikade Pasukan Kalingga. Lesatannya bertubi-tubi menghujani pasukan khusus Kurawa itu. Membuat formasi mereka berantakan.

Sang Panglima Perang Astina pun bertindak. Ia mengangkat busurnya pula. Terjadi saling bidik antara Bisma dan Begawan Ciptaning. Ratusan anak panah berhamburan di langit bak meteor jatuh. Berkilatan dan menyambar-nyambar.

Pertarungan dua kesatria besar beda generasi membuat para Dewa ikut turun ke Kuru Setra menyaksikannya. Adu kesaktian yang berimbang antara kakek dan cucu. Bisma dan Arjuna.

Dewabrata melawan Begawan Ciptaning.

*****

Di sisi lain, Panglima Perang Pandawa Drestadyumna sedang bertarung dengan Pendeta Durna. Guru dari para Kurawa dan Pandawa.

Drestadyumna yang diliputi rasa dendam atas penyerangan Durna ke negerinya Pancala, membabi buta mengayunkan tombaknya kearah Sang Mahaguru. Tetapi Pendeta Durna bukanlah lawan yang mudah. Sebuah sabetan pedang justru merobek lengan Drestadyumna.

Melihat kejadian itu, Werkudara yang berada tak jauh dari mereka segera datang membantu. Ia pun balas merobek lengan Pendeta Durna dengan pukulan Gada Rujakpalanya. Pendeta Durna terdesak.

Prabu Duryudana yang melihatnya lagi-lagi bertindak. Sepasukan Kalingga yang lain diperintahkan untuk melindungi gurunya. Werkudara semakin murka. Ia menjelma bak Dewa Kematian. Merangsek dan menghancurkan barikade pasukan elit Kurawa.

*****

Sementara di sisi lain Kuru Setra.

Pertarungan seimbang antara Bisma dan Janaka membuat posisi sang kakek terus bergeser. Kini Bisma telah berada di dekat Pendeta Durna, ketika Sang Mahaguru itu terus diburu Werkudara.

Panglima Perang Kurawa pun turun tangan. Ia membantu Pendeta Durna dan pasukan Kalingga yang semakin porak poranda oleh amukan Bratasena.

Pandawa yang mulai berada diatas angin tidak memberi peluang sedikitpun kepada Kurawa untuk menyusun strategi baru. Dari arah lain, Janaka dan Setyaki, senopati perang Dwarawati yang berkoalisi dengan Pandawa ikut merangsek.

Sebuah lesatan panah dari Setyaki mengenai dada kusir kereta Bisma.

Tewas!

Laju kereta pun oleng. Bisma ikut terjungkal dari kereta. Menyadari keadaannya semakin terdesak, ia berlari mundur meyelamatkan diri dari kepungan Pandawa.

Setyaki dan Janaka terus mengejar Bisma.

Namun tiba-tiba terdengar suara sangkala melengking tinggi. Senja telah tiba. Panglima Perang Kurawa, kakek Bisma terselamatkan oleh terbenamnya matahari.

Hari itu, Kuru Setra banjir oleh darah pasukan Kurawa.


BHARATAYUDA JAYA BINANGUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang