BHARATAYUDA ENAM - DURSASANA GUGUR

1.7K 34 3
                                    

Taman Kadilengeng.

Dursasana yang meninggalkan pesanggrahan Bulupitu atas perintah Prabu Duryudana akhirnya sampai di Astina. Ia bergegas menuju taman kaputren Kadilengeng. Menemui Dewi Banowati, kakak iparnya.

"Ada apa kamu kemari, Dursasana?" Tanya Banowati ketika melihat adik Duryudana memasuki istananya.

"Kakang Duryudana yang memerintahku untuk menjagamu. Ia sangat mengkhawatirkan keadaanmu sepeninggal Lesmana!" Jawab Duryudana.

"Menjaga?" Dewi Banowati seperti tidak percaya.

"Dengarkan Dursasana. Aku bisa menjaga diriku sendiri. Disini sudah ada banyak prajurit yang mengamankan Astina, juga banyak dayang yang senantiasa setia melayaniku. Aku tidak membutuhkan bantuanmu!" Jelas istri Duryudana yang sejak awal sangat membenci kelakuan Kurawa. Termasuk salah satunya adalah Dursasana.

"Ketahuilah, Prabu Duryudana mengirim kamu kesini bukan untuk menjagaku. Tetapi dia ingin kamu mengawasi gerak-gerikku. Suamiku selalu curiga bahwa aku akan berkhianat!" Lanjut Dewi Banowati.

"Hahaha ... kenapa bisa begitu, kakanda ayu Banowati?" Dursasana balik bertanya.

"Kembalilah ke Bulupitu dan Kuru Setra, Dursasana!" Perintah Dewi Banowati.

"Aku tidak akan pergi. Aku akan menungguimu disini hingga perang Bharatayuda usai!" Balas Dursasana. Sambil cengengesan dan jingkrak-jingkrak di taman Kadilengeng.

"Tak ada asap tanpa api, kakanda ayu. Kakang Duryudana menaruh rasa curiga itu pasti beralasan. Hahaha ... !" Celoteh Dursasana.

"Apa maksudmu, Dursasana?" Tanya Dewi Banowati.

"Hahahaha ...!" Dursasana tidak menjawab, ia hanya tertawa terbahak-bahak. Diantara para Kurawa, Dursasana memang yang memiliki peringai paling berangasan dan cengengesan. Jauh dari watak kesatria.

Melihat tingkah adik iparnya yang tidak mengenal tata karma dan sopan santun, Dewi Banowati risih juga. Dia pun kembali memerintahkan Dursasana untuk meninggalkan taman Kadilengeng.

"Dengarkan Dursasana, Prabu Duryudana memerintahkanmu pulang ke Astina sebenarnya bukan mengkhawatirkan aku, tapi sebaliknya. Dia mengkhawatirkan keselamatanmu!" Pancing Dewi Banowati.

"Mengkhawatirkan aku bagiamana?" Kali ini Dursasana terlihat lebih serius.

"Padang Kuru Setra itu tempat para kesatria adu tanding. Disanalah semua patriot akan teruji nyalinya. Prabu Duryudana sadar kalau kekuatanmu tak ada apa-apanya. Jika berada disana lebih lama, kamu akan habis oleh Pandawa, Dursasana!" Tutur putri Prabu Salya yang dinikahi Prabu Duryudana itu.

"Jaga omonganmu, kakanda ayu Banowati. Dari dulu hatimu tetap tak bisa berpaling dari pujaanmu!" Bentak Dursasana yang merasa tersinggung karena diremehkan kemampuannya.

"Aku tahu, meski kamu menikah dengan kakang Duryudana, tapi hatimu diam-diam tetap menaruh harapan kepada Arjuna!" Dursasana semakin menjadi-jadi omongannya. Meski sebenarnya semua yang ia katakan benar. Dewi Banowati memang tak pernah mencintai Duryudana. Hatinya tetap tertambat pada sang lelananging jagad. Janaka!

"Jika kamu seorang kesatria, tempatmu bukan disini, Dursasana. Kuru Setralah tempat yang pantas jika kamu ini merasa seorang laki-laki. Pandawa menantimu untuk mengangkat senjata. Jangan jadi lelaki pengecut dengan lari dari medan perang!" Dewi Banowati balas membentak.

"Jangankan hanya kelima Pandawa, ditambah seluruh pasukan mereka maju bersama pun akan kuhabisi sekaligus!" Sesumbar Dursasana.

"Jangan omong saja. Buktikan, Dursasana!" Teriak Dewi Banowati.

BHARATAYUDA JAYA BINANGUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang