BHARATAYUDA ENAM - DURNA GUGUR

1.8K 34 4
                                    

Flashback pengembaraan Kumbayana,

Keberhasilan Arya Sucitra menjadi raja muda di Pancala, menggugah semangat Bambang Kumbayana untuk mengikuti jejak saudara seperguruannya.

Atas saran guru sekaligus ayahandanya, Resi Baratwaja, Kumbayana muda memulai pengembaraannya. Tujuannya, selain Pancala tempat saudaranya bertahta, juga negeri Astina.

Berangkatlah Kumbayana meninggalkan padepokan Hargajembangan. Sehari penuh ia terus berjalan semakin jauh. Membelah lebatnya belantara. Hingga langkahnya terhenti ketika ia sampai di tepi sebuah bengawan.

Hari telah gelap gulita. Tak ada satu pun manusia yang melewati tempat itu. Hanya suara lolongan binatang malam yang sesekali terdengar. Semakin mencekam.

Dalam kebimbangan itu, Bambang Kumbayana bersumpah, "Andai saja ada yang mau menolongku menyeberangi bengawan ini, jika lelaki akan kuanggap sebagai sudara, jika wanita akan kujadikan pendamping hidupku!"

Malam kian sunyi.

Samar-samar tampak setitik cahaya putih di seberang bengawan. Perlahan-lahan sinar itu terbang mendekati Kumbayana. Terlihat semakin terang. Bahkan menyilaukan mata. Kesatria muda dari Hargajembangan menjadi ciut nyalinya.

Ketika kilauan sinar putih itu meredup, berdirilah seekor kuda sembrani berbulu putih. Kuda betina itu merendahkan tubuhnya, sebagai isyarat bahwa Kumbayana dipersilahkan naik ke punggungnya. Ia pun mengerti maksud binatang itu dan segera duduk diatasnya.

Sang kuda betina melesat terbang.

Sampai di seberang bengawan, kuda betina yang membawa terbang Kumbayana tiba-tiba berhenti. Tidak serta merta menurunkan Kumbayana. Ia mengibaskan ekornya pelan-pelan. Membelai kepala dan tubuh sang kesatria muda.

Ternyata kuda putih itu menagih sumpah Kumbayana untuk dijadikan istri.

"Turunkan aku, kuda putih!" Ucap Kumbayana.

"Tepati dulu janjimu, Kumbayana. Jadikan aku istrimu." Jawab kuda betina.

"Aku manusia, sedangkan kamu seekor binatang. Tidak mungkin aku menikahimu!" bentak Kumbayana.

Saat itulah, tiba-tiba sang kuda betina itu melahirkan seorang jabang bayi laki-laki. Kumbayana terbelalak dengan kejadian dihadapannya.

"Kumbayana, bayi ini adalah anakmu. Hasratku telah tersalurkan saat engkau menunggang punggungku tadi." Jelas kuda putih.

"Ya Dewata Agung, ini aib!" bentak Kumbayana.

Dihunusnya sebuah pusaka Jayangkunang. Segera ia tusukkan ke tubuh kuda putih betina dihadapannya karena malu bercampur marah.

Tidak mempan!

Kuda betina itu justru berubah menjadi seorang bidadari. Cantik jelita.

Bambang Kumbayana kembali terperanga.

"Siapa engkau sebenarnya?' tanya Kumbayana.

"Sejatinya aku adalah Bethari Wilutama. Anak ini kuberi nama Aswatama. Rawat dan besarkan dia!" jelas Bethari Wilutama yang menyamar sebagai kuda putih betina tadinya.

"Ia kuanugerahi umur panjang. Tidak bisa mati hingga akhir jaman!" sabda sang Dewi. Lalu dalam sekejap lenyap dari pandangan Kumbayana.

Kembali ke istana taman langit. Kahyangan Suralaya.

*****

Padang Kuru Setra,

Kematian Prabu Drupada yang tak lain adalah saudara seperguruan dan sepupunya, tidak menyurutkan amukan pendeta Durna.

BHARATAYUDA JAYA BINANGUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang