3. Munculnya Si Hantu Temaram.

4.3K 553 26
                                    


Senja mulai datang, langit berwarna oranye kemerah-merahan, burung-burung hitam kembali ke sarangnya.

Para anggota OSIS yang terdiri dari 5 siswa dan 5 siswi sedang melakukan aktivitas mereka, ada yang mengatur tata panggung, membuat dekorasi dan yang lainnya.

Anisa duduk bersama Dita, sedang membuat origami bentuk hati untuk dekorasi.

Tiba-tiba, Dita merasakan ada sekelebat bayangan hitam di belakangnya.

Ia menengguk salivanya susah payah, dan merapatkan tubuhnya ke tubuh Anisa.

"Lo kenapa deh, Ta?" tanya Anisa heran.

"Gue ngerasa ada sekelebat bayangan hitam di belakang gue."

Anisa melihat ke arah belakang Dita, ternyata Rahmalah yang melakukannya, ia memandang malas ke arah Rahma yang sedang melayang dan menjulurkan lidah mengejek.

"Nggak ada apa-apa kok, Ta. Itu cuman halusinasi lo aja."

"Beneran? Bukan setan, kan?"

"Bukan, bukan setan."

Tapi arwah, lanjut Anisa dalam hati lalu tersenyum geli.

Merasa diabaikan Anisa, Rahma pun terbang dan berdiri di samping Ronald, berniat untuk menjahilinya. Namun, Ronald sudah terlanjur pergi sebelum Rahma menjahilinya.

"Yah ... kok pergi?" heran Rahma lalu menghadang jalan Ronald, agar Ronald merasakan angin yang berembus saat menembus tubuh Rahma.

Namun alangkah kagetnya, Ronald malah menghindarinya, tepat 2 langkah dari posisinya melayang.

"Lah! Dia bisa liat gue?!" pekik Rahma sedikit tak percaya.

Ia lalu terbang ke arah Anisa. "Sa, ketua OSIS lo itu bisa liat hantu ya? Kok dia tadi ngehindar pas gue halangin jalannya, seharusnya, kalau dia nggak bisa lihat hantu, dia pasti nggak akan ngehindar dan nembus tubuh gue," tanya Rahma membuat Anisa mengernyit.

Apakah benar kalau Ronald bisa melihat hantu?

Anisa menjawab pertanyaan Rahma dengan bahasa tubuh, ia mengangkat kedua bahunya pertanda tak mengerti.

Rahma pun menghilang, namun pikiran Anisa masih memikirkan ucapan Rahma.

Ronald beneran bisa lihat hantu?

***

Kamis, 08 Desember 2016. Pukul : 20.00 WIB.

Sang rembulan menerangi malam dengan sinarnya. Semilir angin berembus dan menerobos masuk sampai ke tulang.

Mereka hampir selesai, namun, tiba-tiba lampu mati.

Yang perempuan histeris dan yang laki-laki sebagian ada yang modus dengan memeluk para perempuan.

Perasaan Anisa langsung tak enak. Ia lantas mengambil senter dari dalam tas, dan menyalakannya. Senter itu setidaknya membantu keadaan yang gelap gulita menjadi terang.

Ronald menghampiri Anisa. "Sa, perkataan lo kemarin mungkin memang benar, akan ada yang nggak beres setelah ini."

Ia memberikan 2 buah senter pada Ronald.

"Ingat, jangan ada yang nyalain lilin!" ucap Anisa.

"Lo itu bego ya? Lilin itu buat penerangannya kita! Senternya cuman ada 3, yang lainnya terus gimana?" bentak Rani.

"Lo mikir dong! Kan nggak harus bawa senter sendiri-sendiri," sahut Dita tak terima.

"Udah, nggak usah berantem, mending kita siap-siap, kita pulang sekarang!" lerai Ronald.

"Pegangan tangan, ayo kita keluar dari sekolah."

Mereka mengangguk dan mulai berjalan keluar dari sekolah dengan perlahan; dan jantung yang berdegup kencang.

Akhirnya, mereka mengembuskan napas lega saat sudah sampai di gerbang.

Sebagian dari mereka menelpon orang tua untuk menjemputnya, ada yang langsung mengambil sepeda motor yang di parkir di parkiran depan, sebagian juga ada yang langsung mencari taksi yang lewat, beruntung karena sekolahan mereka berada di tepi jalan raya yang seperti tak pernah tidur.

Kini, tinggal Anisa, Aldo, dan Ronald.

"Besok kita nggak usah lembur, kita lanjutin di jam istirahat gimana?" tanya Aldo.

"Ya udah, besok gue umumin ke anak-anak yang lain," jawab Ronald. "Sa, kok lo belum pulang, lo pulang dijemput atau naik taksi?"

"Gue katanya mau dijemput, tapi orang rumah nggak ada yang bisa dihubungin," jawab Anisa. "Lo sama Aldo kenapa belum pulang? Tumben gak naik motor sendiri?"

"Kita udah janjian gak naik motor hari ini, soalnya, kita mikir kalau kita bakalan lembur sampe malem dan itu bakalan ngantuk dan capek banget, jadi, gue sama Aldo janjian pulang bareng soalnya dia mau nginep di rumah gue."

"Dan kita lagi nungguin abangnya Ronald yang gak nyampe-nyampe, padahal udah gue kabarin tadi."

"Lo udah ngabarin lagi belum?" tanya Ronald.

"Udah, tadi, tapi nggak dibales."

"Coba lo telpon."

"Nggak punya pulsa," ucap Aldo.

"Gimana sih lo!" Ronald menoyor kepala Aldo.

"Sakit, Nyet!"

"Sukurin! Enang salah lo."

Aldo melotot. "Lah? Kok gue?"

"Emang salah lo."

"Lo!"

"Lo!"

"Lo, Ronald!"

"Serah lo deh! Eh, Sa, gue pinjem hp lo dong, gue-" ucapan Ronald berhenti saat melihat Anisa tidak ada di tempatnya semula.

"Anisa mana?" tanya Ronald pada Aldo.

"Gak tau, kan dari tadi kita omong-omongan terus. Mana gue tau."

"TOLONG!" Suara teriakan gadis dari dalam sekolah membuat Ronald dan Aldo menoleh ke sumber suara.

Mereka melihat, ada yang membekap mulut Anisa dan membawanya pergi, masuk ke dalam gedung sekolah.

"Anisa!" pekik Ronald dan Aldo bersamaan dan berlari ke dalam gedung sekolah yang gelap.

**********

Tbc~

22-03-2017

Misteri Temaram (✓) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang