5. Terungkap 1

4.2K 590 26
                                    


Jum'at, 09 Desember 2016. Pukul 16.30.

Dita memasukkan segala perlengkapan ke dalam tasnya, tak lupa semprotan air yang dicampur merica bubuk di saku celananya.

Ia baru mengingat satu hal, ponselnya mati dari tadi pagi karena semalam ia lupa mengisi daya. Ia pun mencharge ponselnya sambil mengaktifkan ponsel itu.

Drttt!

Tak lama, ponselnya bergetar, ada panggilan masuk.

Ia pun melihat siapa nama pemanggil itu, ternyata ibunya Anisa.

Dita segera mengangkatnya, siapa tahu ada informasi kalau Anisa telah pulang ke rumah.

"Halo," sapa Dita.

"Iya, halo, Nak Dita, ini ibunya Anisa, akhirnya nomer kamu bisa dihubungi, dari tadi pagi gak bisa dihubungi, sama kayak Anisa."

"Maaf, Bu, ponsel saya mati. Ada apa ya, Bu?"

"Ibu mau tanya, Anisa ada di rumah kamu nggak? Soalnya, kemarin dia bilang lembur di sekolahan, terus dia minta jemput, tapi pas dijemput dia nggak ada, ibu pikir, Anisa menginap di rumah temennya, berhubung temennya cuman kamu, jadi ibu pikir dia di rumah kamu," ucapnya panjang lebar mengkhawatirkan anaknya.

Dita baru ingat satu hal, berarti, tidak ada yang memberitahukan kabar Anisa hilang pada keluarganya? Astaga, ibunya pasti sangat khawatir mendengar kabar tentang hilangnya Anisa.

"Anisa nggak ada di rumah saya, Bu. Hmmm ... Anisa hilang kemarin malam."

"APA? KENAPA TIDAK ADA YANG MEMBERITAHUKAN KELUARGA ANISA?" marah ibunya Anisa.

"Sa-saya kurang tahu, Bu. Tapi ... hari ini, saya sama temen-temen saya mau cari Anisa di sekolah, Bu."

"Biarkan ibu ikut!"

"Jangan, Bu, mending ibu lapor ke polisi saja, kalau masalah cari Anisa di sekolah biar saya sama temen-temen aja yang cari."

"Belum ada 24 Jam, Nak! Tapi ua sudah, biar ibu usahakan cari bersama anggota kepolisian di sekitar sini, makasih infonya, Nak Dita."

"Iya, Bu, sama-sama."

Dita mendesah lega karena ibunya Anisa tak ikut bersama mereka, kalau ia ikut, pasti akan bingung karena mereka membawa hal yang aneh, seperti bunga 7 rupa.

***

Anisa berada di sebuah ruang dengan harum bunga melati, dengan keadaan mulut dibekap kain dan tangan serta kakinya diikat pada kursi yang ia duduki.

Rahma yang melihat Anisa dengan kondisi seperti itu hanya bisa merutuki dirinya karena telah tiada dan tidak bisa membantu Anisa. Jadi, ia hanya bisa meminta bantuan pada teman-teman Anisa.

"Sa." Rahma melayang di samping Anisa, Anisa menoleh ke arah Rahma yang sedang sedih.

"Maaf gue jadi temen yang gak berguna, gue gak bisa bantu lo," ucap Rahma sambil mencoba memegang tali yang mengikat Anisa. Namun hasilnya nihil, ia menembus tali itu, tak bisa memegangnya.

"Nggak apa-apa, Rahma," ucap Anisa dengan susah payah karena mulutnya dibekap kain.

"Tapi gue udah minta bantuan sama temen-temen lo kok, mereka nanti jam 18.00 ke sini nolongin kamu," ucap Rahma lalu tersenyum.

***

Jum'at, 09 Desember 2016, pukul 17.50.

Dita telah berdiri di gerbang sekolah, menunggu Ronald dan Aldo datang.

Tak lama kemudian, sebuah mobil berhenti, Ronald dan Aldo turun dari mobil itu bersama kakak laki-lakinya.

"Udah lama?" tanya Aldo pada Dita.

"Enggak kok, itu siapa?"

"Ini Bang Jay, abang gue, dia alumni sekolah sini, dulu, pacarnya juga hilang tapi udah ditemukan meninggal dunia."

"Hay, gue Jay." Jae mengulurkan tangannya mengajak berkenalan dengan Dita.

"Dita, Kak Jay." ia menjabat singkat tangan Jay.

"Gue bakal ikut kalian cari Anisa, karena gue juga penasaran, siapa dalang di belakang kejadian hilangnya siswi yang ada di sini sampai malam," ucap Jay. Dita mengangguk paham.

"Yaudah, yuk kita cari," ajak Jay.

"Tapi, gerbang sekolah dikunci," ucap Dita.

"Tenang, gue punya kuncinya, belum gue kembaliin ke Pak Robin," ucap Ronald.

Mereka memasuki gedung sekolah yang mulai gelap, mereka hanya bisa mengandalkan cahaya senter di tangan.

Mau menyalakan lampu? Cari mati namanya, kalau ada yang tahu mereka ada di sekolah malam-malam, pasti mereka dikira maling atau apapun itu yang intinya akan menyusahkan mereka dengan pertanyaan menyebalkan, seperti untuk apa mereka ke sekolah, dan mengapa tidak meminta izin terlebih dahulu.

Rahma yang melihat teman-teman Anisa datang langsung terbang menghampirinya.

"Ronald, akhirnya lo dateng, bawa perlengkapannya, 'kan?" tanya Rahma.

"Iya, sesuai yang lo bilang minta, gue juga udah bawa temen-temen gue," ucap Ronald sambil menunjuk ke arah Aldo, Dita, dan Jay.

"Lo ngomong sama siapa, Ron?" tanya Jay heran. Sedangkan Dita dan Aldo merapatkan diri satu sama lain.

"Gue ngomong sama temennya Anisa," ucap Ronald dan kembali memandang ke arah Rahma, tapi, ia melihat Rahma mematung melihat Jay.

"Lo ngapain liat abang gue kayak gitu?" tanya Ronald.

Rahma melayang ke depan wajah Jay.

"Jay, ini Rahma, lo masih inget gue, 'kan?" ucap Rahma pada Jay, namun sia-sia, Jay tak bisa melihatnya, apalagi mendengarnya.

Ronald yang melihat hal itu bertanya pada Jay. "Bang Jay, lo kenal Rahma?" tanya Ronald.

"Rahma? Nama lengkapnya siapa?"

"Nama lengkap lo siapa?" tanya Ronald pada Rahma. Namun, jika Aldo, Dita dan Jay yang melihat, Ronald bertanya pada angin, dalam artian, Ronald tak bertanya pada siapa-siapa.

"Rahma Zaenab, Jay kalau manggil gue Zae," jawab Rahma.

"Nama lengkapnya Rahma Zaenab, katanya, Bang Jay kalau manggil dia Zae," ucap Ronald membuat Jay melotot.

"Dia pacar gue yang hilang dulu, lo barusan ngomong sama Zae? Dimana? Zae, lo dimana?" Jae menatap sekelilingnya.

"Dia ada di depan lo, Bang Jay, tepat di depan lo," ucap Ronald.

Jay langsung bertingkah seolah-olah sedang memeluk seseorang di depannya, meskipun Jay tak bisa melihatnya, namun memang benar, Jay tepat memeluk Rahma.

"Gue kangen sama lo, Zae."

"Gue juga kangen sama lo, Jay," ucap Rahma dan membalas pelukan Jay.

Klontang!

Suara benda jatuh membuat mereka semua saling berpandangan.

"Anisa! Anisa dimana?" tanya Ronald pada Rahma.

"Dia ada di ruangan Pak Robin, di sebuah kamar yang tersembunyi di ruangan itu."

"Jadi, yang culik Anisa-"

"Pak Robin," potong Rahma membuat Ronald mengepalkan tangannya hingga ujung kukunya memutih.

Jadi, itulah sebabnya ia berada di sekolahan kemarin malam? Untuk apa dia menculik Anisa? Siapa yang membunuh pacar Jay? Mengapa Rahma menyuruhnya membawa barang-barang yang aneh? Masih banyak pertanyaan yang muncul di pikiran Ronald, namun, ia masih belum bisa menjawab pertanyaan itu, semuanya masih terlalu abu-abu bagi Ronald.

**********

Semoga suka 💞

#30-03-2017

Misteri Temaram (✓) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang