15. Akhir Kisah

3.6K 455 48
                                    

Senin, 12 Desember 2016
Jam 12.30 WIB.

"Rahma!" Anisa tiba-tiba teringat Rahma saat tengah berbincang-bincang bersama Ronald dan Jae.

"Rahma! Rahma dimana? Rahma belum menghilang, kan? Kak Jae, Rahma masih belum pergi, kan?" tanya Anisa gelisah dengan mata yang memburam, pelupuk matanya hampir penuh dengan air mata yang siap meluncur dengan sekali kedipan.

"Sa, tenang, kita cari Rahma sama-sama," ucap Ronald menenangkan yang diangguki oleh Anisa dan Jae mencari keberadaan Rahma.

Ia langsung berdiri dari duduknya. "RAHMA!" teriak Anisa sambil berlari, sedangkan Ronald dan Jae langsung berlari menyusul Anisa.

"RAHMA!" teriak Anisa sembari membuka pintu-pintu kelas.

"RAHMA, LO DIMANA?" teriak Anisa lebih kencang, ia berteriak sambil menangis, menangisi Rahma yang entah berada di mana sekarang.

"Rahmaaaaaaaa," lirih Anisa, kakinya lemas seperti jelly hingga membuat tubuhnya luruh ke lantai koridor. Sudah hampir setengah jam ia berlari, berteriak, dan membuka pintu-pintu kelas dan kamar mandi, namun hasilnya nihil, ia tak menemukan Rahma.

"Lo tega ninggalin gue tanpa pamit," lirihnya, tangisnya semakin menjadi-jadi.

"RAHMA ZAENAB!" teriak Anisa dengan suara parau.

Di belakang Anisa, Ronald dan Jae melihat keadaan Anisa yang menangis seperti itu.

Ronald maju satu langkah untuk mendekati Anisa, namun langkahnya ditaham oleh Jae.

"Kenapa, Bang?"

"Biarin dia sendirian dulu, dia butuh waktu sendiri," jawab Jae. Ronald mengurungkan niatnya untuk mendekati dan membawa Anisa kedalam dekapannya.

Anisa menekuk kedua kaki dan memeluk kedua kakinya itu, dengan air mata yang terus saja tumpah dan bibir gemetar yang menggigiti kukunya.

"Anisa," sebuah suara halus memanggilnya.

Anisa menengadahkan kepalanya dan melihat Rahma.

"Rahma," lirih Anisa sambil tersenyum lega.

"Jangan nangis, Sa."

Anisa menghapus air matanya. "Nggak nangis kok," ucapnya, namun ketika mengucapkan kalimat itu, air matanya kembali menetes.

Anisa berdiri dan menyejajarkan tubuhnya dengan tubuh Rahma.

"Rahma," Anisa memeluk Rahma erat, sangat erat takut kehilangan.

"Maafin gue ya, Sa, gue berubah, tapi percayalah, gue berubah ada alasannya." Rahma membalas pelukan Anisa sama eratnya.

"Jangan tinggalin gue, gue mohon, Rahma."

Rahma melepas pelukan Anisa dan menggeleng. "Gue harus pergi, Sa, udah saatnya gue pergi dan tenang di alam lain, makasih udah ngungkap penyebab sebenarnya gue meninggal."

Anisa menggenggam tangan Rahma. "Jangan pergi."

"Kita temenan udah lama ya, Sa, nggak terasa udah saatnya kita untuk berpisah, maaf kalau gue berubah, gue berubah karena gue pingin lo jauhin gue dan gak mau bantu gue untuk mengungkap sebab kematian gue yang sebenarnya, kalau lo nggak ungkapin kematian gue yang sebenarnya, gue masih ada di dunia yang sama seperti lo, dan gue bisa lihat lo terus, Sa, dan gue juga nggak mau lo dalam bahaya karena Jonathan," jelas Rahma.

Anisa kaget saat tangannya tak bisa menggenggam tangan Rahma lagi, tangannya menembus tangan Rahma.

"Rahma!" pekik Anisa dengan tangis yang kembali pecah.

"Jae, Ronald, makasih buat segalanya, tolong jaga Anisa baik-baik, oiya, Ron, kalau lo emang suka sama Anisa buruan tembak gih, Anisa jomblo loh," ucap Rahma bergurau, bukannya malah tertawa karena gurauan Rahma, Anisa malah semakin menangis.

"Jae," panggil Rahma. "Makasih sudah menjadi pacar terhebat yang pernah aku miliki, semoga kelak, kamu mendapatkan pengganti yang lebih baik dari aku, aku mencintaimu, Jae," ucap Rahma sembari melambaikan tangan pada Jae.

"Aku mencintaimu lebih, Rahma Zaenabku," jawab Jae dan membalas lambaian tangan Rahma.

"Woy, Ron, jagain sahabat gue baik-baik ya, tolong sebisa mungkin jangan buat Anisa nangis."

Ronald mengangguk. "Gue akan berusaha jagain Anisa dengan baik, lo gak usah khawatir," ucap Ronald sambil tersenyum.

"Sa," panggil Rahma. "Gue pamit pergi dulu ya, Sa, jaga diri baik-baik, nanti kalau pulang sekolah liat di kamar lo, gue ada sesuatu buat lo," pamit Rahma saat Anisa menatap matanya. Anisa mengangguk sambil menangis.

Tubuh Rahma semakin memudar dan silau karena cahaya putih.

Rahma melambaikan tangan tanda perpisahan pada mereka bertiga.

Anisa, Jae dan Ronald membalas lambaian tangan Rahma, hingga akhirnya cahaya putih tadi seperti menelan Rahma dan menghilang.

"Rahma," lirih Anisa.

Ronald tak tahan lagi, ia pun maju satu 2 langkah dan membawa Anisa ke dalam pelukannya.

Anisa menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Ronald.

"Rahma pergi, Ron, dia udah pergi." Anisa membalas pelukan Ronald.

"Yang sabar, Sa, biarkan dia tenang di alam sana, ayo kita pulang," ajak Ronald. Anisa mengangguk.

***

Senin, 12 Desember 2016
Jam 14.00 WIB.

Anisa memasuki kamarnya, ia baru saja diantar pulang oleh Ronald.

Matanya langsung fokus pada sebuah kotak di atas tempat tidurnya.

Ia teringat kata-kata Rahma sebelum pergi dan menghilang, ia pun langsung mengambil kotak itu dan membukanya, isinya adalah sebuah foto yang telah dibingkai rapi dan sebuah surat.

Anisa membaca surat itu.

Hai, Sa, mungkin lo baca surat ini saat gue udah pergi.

Foto yang dibingkai itu foto gue, itu foto gue semasa SMA, gue harap, foto ini bisa jadi kenang-kenangan buat lo dari gue.

Mungkin aja lo tiba-tiba kangen gue, dan foto itu bisa jadi penawar kangen lo. Eh, bukan berarti gue pengen lo kangenin. Wkwk.

Tulisannya jelek ya? Iya, ini tulisannya Jae, dia bisa liat gue karena dia buka mata batinnya atau apalah itu namanya. Dia yang cetak foto ini, bingkaiin fotonya, nulis surat, bungkus kotak ini, dan naruh di kamar lo, gue tinggal nyuruh aja wkwk, maklum, gue gak bisa ngapa-ngapain selain minta bantuan ke Jae, si cowom ganteng yang lagi nulis surat.

Udah dulu ya, Sa, dia harus ke kantor polisi dan selametin lo sama Ronald.

Bye, Sa. Gue sayang sama lo.

Anisa + Rahma Zaenab = Best Friend Forever.

Note : *Tulisan gue bagus, kan, Sa? Ini gue nulis semua yang diomongin Zae. -Jae-*

Anisa tertawa kecil membaca note dari Jae.

Ia meletakkan surat tadi dan menatap foto Rahma.

"Makasih udah jadi sahabat terbaik gue," ucap Anisa.

Ia tersenyum dan mengelus foto Rahma. Kini, Rahma telah pergi meninggalkan Anisa, namun, kenangan bersama Rahma akan selalu membekas dan tersimpan dalam ingatan Anisa.

**********

The End

Maaf ya, kalau cerita ini absurd dan banyak kekurangannya

#27 Mei 2017

Misteri Temaram (✓) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang