4. Hilangnya Anisa

4.2K 574 30
                                    

Kamis, 08 Desember 2016. Pukul : 21.00 WIB.

Ronald dan Aldo berlarian mencari Anisa, berbekalkan senter milik Anisa, mereka memasuki gedung sekolah yang gelap.

"ANISA!"

"SA, LO DIMANA?" teriak Ronald dan Aldo bergantian menggema di gedung sekolah.

Tiba-tiba, ada yang menepuk bahu Aldo.

Aldo berteriak kaget, membuat Ronald kaget juga.

"Tenang, ini Pak Robin kok," ucap seseorang yang menepuk pundak Aldo karena Aldo langsung memasang sikap kuda-kuda.

"Oh, iya, Pak, maaf saya kaget," ucap Aldo merasa tak enak.

"Pak Robin ngapain disini?" tanya Ronald langsung.

"Oh, itu, Bapak mau cek kalian di sekolah. Eh, ternyata sekolahan gelap, kalian juga nggak ada, terus bapak denger kalian teriak-teriak, jadi bapak kesini."

"Maaf kami teriak-teriak, tapi Anisa hilang, dan tadi, kami sempet denger Anisa teriak."

Pak Robin melotot. "Apa? Hilang?"

"Iya, tiba-tiba dia nggak ada, kami sempet liat ada orang yang membekap mulutnya setelah teriak, jadi kita nggak denger teriakan Anisa lagi," resah Ronald.

"Ya sudah, biar bapak yang cari, kalian pulang saja, besok kalian sekolah," ucap Pak Robin dengan nada bijak namun sarat akan wajah khawatir.

"Tapi, bagaimana dengan orang tua Anisa? Apa harus dihubungi sekarang?"

"Sudah, biar Bapak yang ngurus semua, kalian pulang saja."

***

Jum'at, 09 Desember 2016

'Anisa hilang!'

Itu adalah topik dan pembahasan terhangat di sekolah hari ini.

Kabar mengenai hilangnya Anisa sudah tersebar seantero sekolahan.

Ronald dan anggota OSIS yang lainnya mengadakan rapat dadakan di jam istirahat, membahas tentang hilangnya Anisa.

"Guys, gimana nih? Acaranya besok, tapi kita kehilangan satu anggota kita. Apa acaranya kita batalkan saja?" tanya Ronald.

"Gak bisa gitu dong, kita udah susah payah buat nyiapin acaranya! Kalau gak ada Anisa emangnya kenapa? Kan gak ngaruh juga," sahut Rani tak senang.

"Iya, bener Rani!" Aita membenarkan.

"Heh! Kalau lo berdua yang hilang terus kita gak peduli dan malah seneng-seneng gimana? Mau?!" tanya Dita sarkastis.

"Kenapa gak diundur aja?" Aldo bertanya.

"Nggak bisa, kalau diundur gak ada waktu lagi."

"Kalau gitu, kita cari Anisa aja," Usul Aldo.

"Oke, kalau gitu, nanti pulang sekolah kita cari Anisa. Tapi, kita selesaiin dulu persiapan kita buat acara besok."

***

Ronald berjalan ke ruang OSIS untuk berkumpul dan mencari Anisa, persiapan mereka untuk besok sudah selesai.

Rahma terbang di sampingnya. "Ronald!" panggil Rahma.

"Gue tau lo bisa liat gue!" ucap Rahma. Namun Ronald tetap berjalan.

"Gue tau di mana Anisa!" ucap Rahma setengah berteriak.

Ronald sontak menghentikan langkahnya dan melihat sekitar.

Sepi.

Ia pun menoleh ke arah Rahma.

"Di mana Anisa?"

"Tuhkan, gue tau kalau lo itu bisa liat gue!" seru Rahma.

"Dimana Anisa?" tanya Ronald sekali lagi.

"Ron, selamatin Anisa, nanti jam 18.00 lo datang ke sini, bawa lilin, korek, senter, bunga 7 rupa, dan temen yang bisa lo percaya. Tolong Anisa sebelum terlambat, nyawanya ada dalam bahaya," ucap Rahma.

"Lilin? Bukannya kata Pak Robin gak boleh nyalain lilin? Dan bunga 7 rupa buat apa?"

"Iya, karena cahaya temaram lilin yang memanggil dia, dia yang bisa menyelamatkan Anisa. Lo nanti tau, kenapa harus bawa bunga 7 rupa. Lo bukan hanya menolong Anisa tapi ada 1 lagi yang akan lo tolong," ucap Rahma lalu menghilang.

Ronald melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, jam 16.00 WIB. Masih ada waktu untuk mencari apa yang ia butuhkan.

Ia pun berlari ke ruang OSIS ia mencari Aldo untuk menemaninya nanti malam.

"Al, nanti malem ikut gue cari Anisa di sekolah, sekarang kita cari bunga 7 rupa dulu," ucap Ronald langsung saat melihat Aldo dan Dita sedang duduk di depan ruang OSIS.

"Ha? Ngapain malem-malem? Bunga 7 rupa buat apaan?"

Dita yang mendengarnya menyahut. "Gue ikut!"

Ronald melotot, namun Aldo malah tersenyum modus.

"Nggak, lo gak boleh ikut! Lo kan cewek," ucap Ronald.

"Emang kenapa kalau dia cewek?" tanya Aldo.

"Iya, emang kenapa? Gue temennya Anisa, masak, gue mau cari Anisa gak boleh?"

"Tapi-"

"Gue siap nanggung akibatnya!" ucap Dita seperti tak terbantahkan lagi.

"Yaudah, tapi lo jangan lupa bawa perlengkapan yang bisa ngelindungin lo, entah itu balok, atau pisau juga nggak apa-apa," ucap Ronald.

"Yaudah, sekarang kita bawa persyaratannya. Bawa lilin, korek, senter, dan bunga 7 rupa. Lo semua harus siap mental pokoknya," wanti-wanti Ronald.

"Ta, lo yakin mau ikut?" tanya Aldo mengkhawatirkan Dita.

"Iya gue siap. Jam 17.50 gue tunggu di depan gerbang sekolah."

Rahma yang sedari tadi melihat dan mendengar hal itu tersenyum lega karena Anisa akan diselamatkan.

Ia terbang dan berbisik ke telinga Ronald.

"Suruh Dita bawa semprotan air campur merica. Taruh di kantung celana biar gampang diambil." Ronald mengangguk.

"Ta, lo jangan lupa bawa semprotan air campur merica. Taruh di kantung celana biar gampang diambil."

Dita mengangguk. "Gue pulang dulu, bye guys." Dita berlalu diikuti Ronald dan Aldo juga.

Nanti malam waktunya mereka menyelamatkan Anisa.

**********

#25-03-2017

Misteri Temaram (✓) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang