Bab // 9

7.7K 734 49
                                    

Kenar tidak mengerti, apa yang salah dengannya akhir-akhir ini. Mimpi-mimpi menakutkan selalu membayangi tidurnya. Saat terjaga pun ia tak lepas dari segala kejadian aneh yang menimpanya. Pikirannya semakin kacau saat mamanya menelpon. Meminta ia segera pulang ke Jakarta.

Tidak.

Ia tidak akan pulang. Cowok brengsek itu pasti mencarinya. Kenar kesal setengah mati, cowok itu sudah mendapatkan keinginannya kenapa harus mengganggu hidupnya lagi.

Kenar menghela napas, ia melempar pandangan pada hamparan sawah di bawahnya. Entah bagaimana, pandangannya beralih ke satu titik. Matanya memandang lurus ke arah pepohonan-pepohonan lebat dan menjulang tinggi di kejauhan sana.

Hutan itu...

"Ndhak baik lo, gadis ayu melamun siang bolong begini."
Kenar yang sudah sadar dari lamunannya menoleh. Sedikit terkejut melihat siapa yang datang. Kenar sedang bersantai di kursi santai milik Ayu.

"Dierja?" seru Kenar pelan.

"Iya. Kenapa seperti itu tho, melihatku seperti melihat setan saja." ucap Dierja.

"Gak kenapa-napa. Ada keperluan apa kemari kalau boleh aku tahu?"

"Aku mencari pak Prastomo. Ada?"

Kenar menggeleng. "Pak Prastomo pergi bersama bu Seruni. Aku gak tahu kemana. Kamu bisa menelpon mereka." ucap Kenar.

"Oh ndhak usah, nanti saja. Ayu mana? Kok sendiri?" Dierja duduk di depan Kenar.

"Ayu kerumah pak leknya, aku lupa namanya."

"Kamu ndhak ikut tho?"

"Aku disini aja. Gak enak ikut-ikut. Bisa di izinkan liburan kesini juga aku senang."

"Daripada bengong sendiri. Ikut aku ke aula saja. Lihat anak-anak latihan bagaimana?"

Kenar nampak berpikir.

"Gak perlu mikir-mikir tho. La wong bagus, bisa menghibur diri." ucap Dierja.

Kenar tersenyum. Merasa senang Dierja mengajaknya ke aula. Melihat anak-anak latihan menari dan bernyanyi. Kenar sudah sangat gatal ingin turun ke lantai kemudian menggerakkan tubuhnya yang luwes, menari seperti sebelumnya.

"Melamun kok hobi."

"Eh," Kenar malu tertangkap sedang melamun lagi oleh Dierja.

"Ayo cepetan, kalau ndhak mau terlambat." Dierja menarik tangan Kenar hingga mereka berjalan beriringan ke arah sepeda tua.

Tadi Dierja menggunakan sepeda ya? tanya Kenar dalam hati. Mungkin saja, dia kan tidak melihat kedatangan Dierja tadi.

"Ayo. Ndhak apa-apa tho kita pakai sepeda?" Kenar menggeleng pelan

Dierja terus saja berbicara di atas sepeda. Semilir angin menerpa wajah Kenar. Sejuknya membuat Kenar memejamkan mata.Tanpa Kenar sadari tangannya sudah memeluk pinggang Dierja, kepalanya bersandar di punggung kekar milik Dierja.

Kenar merasa sangat dekat, sangat akrab dengan Dierja atau dengan posisi ini. Kenar merasa sudah sering di bonceng sepeda, ia merasa tidak asing pada Dierja padahal mereka baru kenal beberapa hari.

"Dierja," panggil Kenar lirih masih memejamkan mata.

"Apa?"

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

Dierja tersenyum tipis. "Kita kan baru kenal beberapa hari yang lalu."

"Aku merasa de javu."

Lagi senyum itu mengembang di wajah Dierja, namun kali ini senyumnya lebih lebar. "Mungkin di kehidupan yang lampau kita saling mengenal."

"Reinkarnasi?" tanya Kenar menjauhkan kepalanya dari punggung Dierja.

"Iya."

Kenar tertawa. "Mana ada hal semacam itu."

"Ada. Kalau kamu percaya."

"Aaah," pekik Kenar saat sepeda menabrak kerikil yang lumayan besar. Membuatnya harus berpegangan erat pada pinggang Dierja agar ia tidak terjatuh.

"Tadi kau bilang apa?" tanya Kenar.

"Tidak ada. Sepertinya anak-anak sudah pada datang." ucap Dierja.

Kenar melihat anak-anak mulai berdatangan. Mereka terlihat antusias dan tertawa bahagia.
Dierja meletakkan sepedanya di halaman aula.

"Mas Dierja, mbk Kenar sudah datang." teriak anak-anak itu ramai. Dierja seperti biasa, tersenyum manis memperlihatkan lesung pipinya.

"Mbk Kenar lihat kita menari." Ratih menarik-narik lengan Kenar membuat Kenar mengalihkan tatapannya dari wajah Dierja. Jantung Kenar berdetak cepat. Ada rasa hangat, namun ada sesuatu yang juga membuatnya tidak nyaman.

Selanjutnya, bunyi saron dan alat musik lainnya menggema di aula desa yang cukup besar. Kenar larut dalam gerakan tarian tradisional yang di bawakan anak-anak di bawah arahan mbah Sarti. Kenar kagum pada sosok mbah Sarti. Di usianya yang renta tubuhnya masih gemulai menarikan gerakan-gerakan yang cukup sulit.

Dalam hati, Kenar sangat ingin bergabung di sana. Ia sangat ingin menggerakkan tubuhnya. Namun janji pada dirinya sendiri membuatnya hanya bisa memperhatikan setiap gerakan itu.

"Lenturkan lagi tubuhmu Ratih, Sari." ujar mbah Sarti.

Ratih dan Sari sebagai penari utama terlihat sedang memperbaiki gerakannya. Kenar mengernyitkan dahi. Ada yang salah pikirnya.

"Ndhak mau melihatku bermain saron?"

Kenar mendapati Dierja duduk di sebelahnya sembari mengibaskan ujung kaosnya.

"Maaf. Aku sepertinya terpesona dengan tarian itu, apa namanya?" tanya Kenar.

Dierja terdiam, pandangannya tertuju pada anak-anak yang sedang berlatih. Mereka terbagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama untuk anak-anak usia di bawah 12 tahun dan di ajarkan oleh Lila, usia Lila 18 tahun.

Sedang kelompok kedua untuk anak-anak yang berusia 12 tahun ke atas yang langsung di ajarkan oleh mbah Sarti.

"Narik sukmo,"

"Maksudnya?" tanya Kenar.

"Tarian itu namanya Tari Narik sukmo atau tari penarik sukma." jelas Dierja.

Perasaan aneh menjalar di tubuh Kenar. Wajah tegangnya menatap Dierja yang kini juga menatapnya dalam.

"Tari narik sukmo ndhak bisa di lakukan oleh sembarang orang. Penarinya harus melewati beberapa ritual untuk melindungi dirinya."

"Itu hanya sebuah tarian dan, melindungi diri dari siapa? dari apa?" tanya Kenar penasaran.

"Dari kutukan kegelapan."

"Aku tidak mengerti," ucap Kenar bingung.

"Sudahlah jangan terlalu di pikirkan. Mau melihat keahlianku memainkan saron?" ucap Dierja mengalihkan pembicaraan.

"Tentu saja." ucap Kenar mengikuti Dierja. Sekali lagi Kenar menoleh ke belakang.

Ada yang salah dalam tarian itu pikirnya.


***

Maafkan typo yah n fyi kalo black shadow partx pendek2, kenapa?
Karena author lagi belajar bikin cerita horor dan gak tau bagaiamana berbasa basi dalam horor jadi maklum aja ya😄😄😄

Thanka buat voment kalian, penyemangat aku
Luph u phul 🤔

NARIK SUKMO (TERSEDIA DI GRAMEDIA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang