Bab // 21

7K 665 36
                                    

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa."

Kenar berteriak kencang saat merasakan tangannya tertarik ke dalam cermin. Kenar tidak dapat membayangkan dirinya jika ia benar-benar masuk dan terperangkap ke dalam cermin. Namun, sebelum seluruh tubuhnya tertarik ke dalam cermin, Kenar merasakan sebuah tangan menarik tubuhnya ke arah yang bertolak belakang dengan cermin.

"Aaahh," pekik Kenar ketika tubuhnya menjauh dari cermin membuat tubuhnya terhuyung dan hampir kehilangan keseimbangan.

Kenar yang masih shock mengatur napasnya yang sudah menderu begitu kencang. Di pandangnya ke sekelilingnya dengan raut wajah bingung. Mereka terlihat biasa-biasa saja.

Apa tidak ada salah satu dari mereka yang mendengar teriakan kencangnya?

Sekian detik berikutnya Kenar tersadar akan seseorang yang telah menarik tubuhnya menjauh dari cermin. Dan seseorang itu, satu-satu_nya orang yang sadar terhadap apa yang terjadi padanya di depan cermin.

Kenar segera mengedarkan pandangannya. Mencari tahu siapa kira-kira orang itu?

Dari yang Kenar lihat, semua nampak baik-baik saja. Tidak ada yang mencurigakan di toko kecil ini. Namun, sampailah tatapan Kenar tertuju pada seorang nenek tua yang tengah berjalan menyela sepasang muda mudi yang berdiri di depan toko.

"Nenek Rahmi?" gumam Kenar tidak percaya dengan penglihatannya.

"Nenek," panggil Kenar berlari ke arah nenek Rahmi. Kondisi toko yang kecil dan lumayan sempit membuat ia tidak bisa berlari dengan cepat. Kenar juga harus berhati-hati, nilai barang-barang di sana sangatlah berharga kalau sampai rusak olehnya.

"Nek," panggil Kenar lagi.

"Kenar." Dierja berdiri di depan Kenar, menghalangi jalan Kenar yang hendak mengejar nenek Rahmi.

"Ada apa? Kenapa kamu lari-larian dan teriak-teriak seperti itu?" tanya Dierja heran.

Kenar tidak menjawab pertanyaan Dierja. Kenar mencari sosok nenek Rahmi melewati bahu Dierja yang menghalanginya.

"Kenar." panggil Dierja lagi dengan suara berat.

Kenar akhirnya menatap Dierja. "Ada apa?" tanya Dierja.

"Aku seperti melihat seseorang yang ku kenal tadi, jadi aku ingin menyapanya. Tapi sepertinya, dia sudah pergi." jelas Kenar namun matanya masih berusaha mencari sosok nenek Rahmi.

"Siapa?" desak Dierja.

"Mmmm, tidak ada. Sepertinya aku memang salah mengenali orang." ucap Kenar tidak yakin dan membuat Dierja mengerutkan kening. Melihat hal itu, Kenar segera berkata lagi, "Kamu sudah selesai?" tanya Kenar.

"Tinggal bayar saja. Tadi aku dengar kamu manggil-manggil orang makanya aku susul, kamu...ndhak apa-apa kan?" tanya Dierja khawatir.

"Gak pa-pa." jawab Kenar.

Dierja mengangguk. "Tunggu di sini dulu, ndhak usah kemana-mana." pesan Dierja. Dierja kembali ke dalam setelah Kenar mengangguk.

Kenar menghembuskan napasnya berat. Kepalanya pusing. Tubuhnya lemas.

Apa yang terjadi sebenarnya?

Kenar benar-benar tidak tahu. Kenar duduk di sebuah kursi kayu yang tersedia di depan toko. Ia berusaha mengatur napasnya, ia berusaha meringankan pikirannya dari segala keanehan-keanehan yang terjadi padanya.

"Ayo, Satta dan Ayu sudah menunggu kita." ujar Dierja.

"Iya." ucap Kenar lemah dan hal itu tak luput dari perhatian Dierja.

NARIK SUKMO (TERSEDIA DI GRAMEDIA)Where stories live. Discover now