2

1.4K 216 105
                                    

Agendanya hari ini ialah keluar dari sekolah untuk menikmati hidupnya. Sesuai apa yang tertulis di kalender ponselnya.

Sambil berjalan santai--setelah tadinya berderap ke luar lingkungan sekolah yang ia harus bersyukur, satu-satunya sekolah di Dawson Pass hanya dibatasi dengan pagar besi setinggi delapan puluh sentimeter--ia menikmati rumah-rumah yang beberapa di antaranya saling berdempet, tetapi masih banyak pula yang jarak antar rumahnya lebar-lebar.

Rencana Nina siang ini hanya berjalan-jalan saja, sungguh. Ia merogoh ponselnya di kantong dan mulai menggulir daftar lagu, tetapi, ia jadi teringat sesuatu. Bergulir ke aplikasi peramban setelah menyalakan internetnya, ia log in ke sebuah jejaring beralamat iso-avant.net. Setelah sebuah akun bernama 9-FreeMe muncul di layar, ia menggerakkan ibu jarinya ke bagian thread, ia mengetuk satu-satunya thread yang ia buat.

Bagi Nina, jejaring iso-avant.net adalah sebuah tempat di mana kau bisa tertawa--atau minimal, tersenyum sinis--karena melihat sekumpulan orang bodoh dan pengecut serta besar mulut berkumpul di satu tempat. Menurut apa yang ditulis di tabulasi "Tentang Jejaring Ini", iso-avant.net adalah sebuah jejaring yang dibuat oleh warga setempat, yang usianya dua puluh tahun kala itu, dan baru ada sejak tahun 2010. Sesuai namanya, iso-avant diambil dari isolated savant, di mana savant yang dimaksud adalah para jenius tanpa kehidupan yang mendekam di dalam kamar bau dan penuh sampah makanan isntan serta pengap tanpa pernah membuka jendela mereka dua puluh empat jam seminggu.

Adalah sebuah ketidakefektifan, mengingat wahana-wahana ski dan tempat tinggal sementara atau hotel kecil-kecilan yang ada di Dawson Pass sudah bisa di akses di jejaring yang lebih besar dan lebih terkenal--lengkap dengan akses bus dan toko kelontong untuk membeli buah tangan atau sekadar memakan masakan lokal di rumah makan kecil milik warga.

Jejaring konyol itu hanya dipenuhi thread-thread pembuka diskusi yang sampah dan tidak bermutu. Seperti, di mana tempat aman melakukan seks di luar ruangan, apakah hutan pinus tempat tinggal penyihir, dan pertanyaan teraneh seperti "di manakah tempat aku menemukan penyihir yang dapat kubayar sebagai pelacur selama semalaman?". Atau di sisi lain, hanya dipenuhi hal-hal trivia sepele, macam, apakah lagu kesukaanmu, tentu saja di antara semua itu ada yang teraneh. Ia pernah menemukan "hai! Jika kau punya pacar,bolehkah kau mengijinkannya untuk berselingkuh denganku?!", yang lebih bodoh adalah Nina membaca jawaban yang membolehkan, bahkan menawarkan untuk bertukar pasangan sementara.

Kesimpulannya, isolated savant adalag jejaring di mana orang-orang aneh Dawson Pass berkumpul. Nina tak repot-repot menyangkal kalau ia sebagai penduduk kota juga bisa dikatakan aneh. Wajahnya yang cantik dengan bintik cokelat, tapi siapapun yang melihat tangan dan cara berjalannya, pasti langsung tertawa keras-keras dan mengolok-oloknya sebagai Hitler.

Omong-omong, jempol Nina memang belum selesai menggulir komentar yang membalas pertanyaan di thread-nya, ia mencari seorang akun yang sempat menawarkannya sebuah lagu yang katanya bagus untuk mengiringi idenya malam ini. Namun, gadis itu rasanya ingin mendengarkan lagu tersebut sekarang, menimbang apakah telinganya cocok dengan lagu pemberian orang lain.

"Ketemu!" gumam Nina.

Sebuah akun bernama EdgyBoy@theEdge mengetikkan sebuah komentar yang sebenarnya diluar dari topik yang dilemparkan oleh Nina.

'Aku tidak pernah ke luar rumah, jadi maaf-maaf saja. Tapi jika kau butuh sebuah lagu untuk mengiringi kebebasanmu, aku merekomendasikan ini.' Akun itu menambahkan sebuah tautan di akhir komentarnya, mengarahkan Nina ke sebuah jejaring tempat berkumpulnya video-video yang bisa ditonton gratis--terkadang diganggu iklan sih.

'Dengarkan itu dan aku akan menunggu kabar kebebasanmu. Mungkin dengan itu, aku akan segera ke luar rumah untuk menghadiri acara pemakanmu. Haha! Bercanda! Di luar rumah itu mengerikan!'

Mengabaikan kalimat-kalimat tidak jelas yang dilontarkan akun itu, jempol Nina mengetuk sebaris kalimat berwarna biru, menunggu hingga video muncul di layar. Perlu waktu cukup lama untuk masuk ke lagu, tapi suara halus perempuan yang ia dengar di lagu tersebut seakan menghipnotisnya untuk merasakan ketenangan dari semilir angin dingin Dawson Pass.

Nina tidak terlalu menyukai musik kelab, tapi karena mungkin sebentar lagi ia akan mati, jadi pikirnya sekalian saja. Lagipula, ini tidak jelek-jelek amat. Di perjalanannya, masih dengan menyeret kaki dan tak dapat menghentikan gemetar tangan kirinya, ia melihat seorang pria berwajah serius yang ... terlihat marah bercampur dengan kebingungan.

Mendadak, jantungnya berdegup kencang. Karena kejadian yang ia berusaha melupakannya itu, ia mengakui bahwa jantungnya akan berdegup semakin kencang jika ia bertemu atau sekadar berpapasan dengan laki-laki, seorang diri.

Di saat-saat seperti ini, darahnya terasa mengalir berkebalikan arah memenuhi kepalanya. Ada drum yang berbunyi nyaring di jantung dan terdengar hingga ke dalam mindanya, dan suara itu seperti terpantul melalui simbal logam, bermerincing, cempreng, dan gelombangnya membuat cairan dalam rumah keongnya menjadi tidak stabil. Itu membuat kepalanya terasa ditusuk-tusuk oleh pemukul bisbol dari dalam kepalanya, tepatnya berasal dari belakang bola matanya, lalu suara bising akan segera mengambil alih pendengarannya.

Gawat, ia benar-benar sendirian di sini, sebentar lagi adalah jalan masuk serta satu-satunya jalan keluar milik Dawson Pass dan kota tetangga. Yang ada di sana hanyalah aspal yang rajin dibersihkan oleh insiatif penduduk lokal, tiang pinus, udara, suara sungai, dan dirinya serta laki-laki itu.

Degup jantungnya sendiri membuatnya tidak nyaman, menyesakkan. Jika bisa, Nina ingin merogoh jantungnya dan menarik benda seukuran kepal tangan itu hingga nadi-nadinya putus. Setelah berkali-kali panik dengan apa yang harus ia lakukan, Nina mulai mengambil kecepatan maksimal untuk melangkah.

Ia tidak tahu harus bangga atau tidak, masalahnya, mempercepat langkah kakinya membuat Nina bergerak semakin maju ke arah lelaki yang membawa pisau itu ....

'Pisau! Sial! Itu pisau! Apa yang akan dia lakukan!' Nina semakin mempercepat untuk menyeret tubuhnya.

Pandangannya mulai terbelah, apapun yang ia lihat perlahan menjadi kabur dan bercabang. Nina membenci ini, Nina membenci ini!

'Apakah itu benar pisau? Atau ranting pinus? Apa yang akan ia lakukan?! Menusukku begitu kami berpapasan?!'

Tiga meter lagi.

'Atau memukulku? Meremukkan punggungku?!"

Nina sudah tidak dapat mendengarkan degup jantungnya lagi, ia membiarkan tubuhnya semakin basah saja karena keringat dingin, ia tak peduli juga karena pasokan oksigen yang ia hirup juga semakin menipis. Terlebih saat mereka berpapasan ... Nina terus menyeret tubuhnya hingga mereka benar-benar menjauh. Sambil berharap, tak ada bilah kayu yang tiba-tiba menghantam dirinya dari belakang, atau mendengar suara remukkan tulang, atau bahkan merasakan rasa panas menyengat yang beberapa detik kemudian mati rasa karena tulang-tulangnya yang patah dan ujung-ujung patahan tulang itu menusuk paru-paru atau jantungnya.

Enam meter saling menjauh, Nina semakin dekat dengan jembatan masuk. Dirasa aman, Nina seger berbalik dan memandang pria itu semakin menjauh.

"Dia ... tidak menyiksaku." Rasanya, saat-saat tadi adalah saat di mana otaknya sendiri memberikan lelucon December Mop--juga itu ada--padanya.

Nina tak melihat pisau maupun kayu, hanya tangan kosong pria itu saja. Degup jantung dan nafasnya semakin memelan serta teratur ....

"Kau terlihat takut, Nak."

"Aah!"

I, Who Should've Been Dead Last Night [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang