10

649 104 5
                                    

Ada tiga hal yang harus diapresiasi oleh Nina dalam satu hari ini.

Satu, ia bisa meyakinkan ibunya bahwa dia nanti pulang larut. Itu menandai pertama kalinya ia mengambil swafoto bersama "teman" kelompoknya. Dolores tentu saja yang paling heboh saat tahu bahwa Nina meminta bantuannya untuk mencari Connor dengan alasan akan foto bersama.

Setelah menunggu beberapa saat, ia menyeret Connor yang tampak risi saat Dolores secara menggebu-gebu mengajaknya menemui Nina. Sementara gadis itu masih melihat teleponnya karena ibunya pasti akan menelepon lagi.
"Apa?" tanya Connor saat itu.

Tak punya banyak waktu, dengan tangannya yang gemetaran, ia menempatkan tubuh Dolores menempel dengan Connor. Connor tak sempat memprotes--atau iya? Nina tak mendengarnya, tetapi rasanya ia sekelebat melihat mulut Connor yang menganga saat gadis itu melihat foto yang sukses dikirim ke akun obrolan ibunya.

"Baiklah, terimakasih!" ucap Nina sambil berlari dengan kaki pincang dan tangan yang tak bisa berhenti.

"Tunggu!" Dolores dan Connor meneriakinya.

Namun, gadis itu justru menemui bahwa Dolores sudah menyamakan lari di sebelahnya.

"Maaf saja, tak bermaksud untuk mengejek, tapi larimu memang lambat. Kau yakin tak butuh tumpangan?"

"Sangat yakin."

"Benarkah?"

"Tidak juga," ucap Nina setelah berpikir sebentar,  "Aku butuh tumpangan, tapi nanti, oke? Aku akan menyusul ke rumahmu saat urusanku selesai."

"Urusan?" Dolores mengernyit.

"Urusan pribadi? Jadi, kumohon, aku akan menyusulmu nanti." Nina berhenti dan menghadap Dolores.

"Baiklah, tapi sedikit saran, masuklah lewat pintu belakang. Aku akan meninggalkan kunci di dekat pintu besi di pagar belakang--maksudku, ya, berjalanlah dari hutan. Kau akan tahu sendiri nanti jika kau sudah sampai rumah. Oh, lalu hubungi aku, oke?" Gadis itu mengangguk menanggapi Dolores.

Kemudian, ia kembali berlari.

"Jangan terlalu malam atau kau akan disergap serigala!"

Nina terkekeh. Sekarang, di sinilah ia, berjalan santai sambil mengatur napas setelah menelan pil lagi karena kambuh. Jempolnya mengusap layar, membaca forum iso-avant.net dan teori-teori yang belakangan ini muncul hanya dengan mengetik 'Eva' dan 'DeCusso'.

ghoST: Biasanya kau membuat essaimu lebih panjang. Ada apa denganmu? @Deviarty.

weaboo: Aku yakin @Deviarty sedang tidak serius sekarang. Apa mungkin ia masih memanaskan mesin?

⤷ H4H4: Faktor terlibatnya AnotherScooby? Biasanya ia jauh lebih objektif, mengambil dari banyak sumber. Namun sepertinya kali ini memang belum ada banyak petunjuk.

Halcyeon: Entah sudah ke berapa kalinya teori keterlibatannya Diana Lowe milik @Grayi @AnotherScooby dan @Deviarty mampir ke tempatku. Halo? Padahal bisa saja Eva DeCusso mengundang kematiannya sendiri.

⤷ Grayi: Bisakah kau menjelaskan maksud dari "mengundang kematiannya sendiri?"
⤷ Grayi: Tidak semua orang yang hilang merupakan korban dari suatu insiden, 'kan?

Deviarty: @Halcyeon Kau tidak salah.

Nina berhenti setelah berada di persimpangan jalan. Ia memutuskan berbelok pada papan pengumuman. Gotcha! Apa yang ia cari ada di sini, pria pertama yang menghilang, Andreas Eberhart.

Hal kedua yang patut diapresiasinya kali ini adalah, bahwa dia justru mencari tahu apakah semua insiden orang hilang ini berhubungan dengan kematian Nyonya Eva. Bagaimana pun juga, ia jadi gagal mati karena kasus sialan itu. Nina mengetikkan alamat yang tertera di kertas pencarian orang itu di GPS, dan menunjukkan bahwa ia hanya perlu mengetuk rumah kesepuluh dari simpang empat yang sekarang ia lalui.

I, Who Should've Been Dead Last Night [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang