#Sepotong Episode

148K 3.1K 37
                                    

Read and enjoy this random silly story. Hope you'll like it.. ;)

_____________________________________________

"Fathan, gue mau pulang ke rumah." Kata Anjani tiba tiba. Fathan yg baru saja keluar dari ruang kerjanya sedikit terhenyak.

"Sekarang?" Tanya Fathan ragu.

"Iya." Jawab Anjani datar. Diraihnya tas ransel yg cukup menggembung dan dipasangnya ke punggungnya.

"Oke, gue anter. Gue ganti baju bentar." Fathan berjalan ke kamarnya. Anjani berjalan menuju sofa dan duduk menunggu Fathan. Tatapannya kosong, otaknya memutar percakapan Fathan dengan entah siapa, yang tak sengaja didengarnya tadi.

*flashback*
Anjani berjingkat pelan menuju ruang kerja Fathan. Dia sangat penasaran ingin melihat ekspresi wajah dingin konyol Fathan semakin kucel saat bekerja agar dia punya alasan untuk memperhatikan Fathan.

"Tapi, semuanya sudah saya lakukan. Saya juga sudah membuat perusahaan menang tender di proyeknya Sindu group."

Anjani menahan dirinya ketika mendengar nada suara Fathan yang terdengar sangat dingin. Tapi kenapa Fathan membawa-bawa Sindu group? Anjani semakin penasaran.

"Saya bahkan sudah menyetujui kontrak untuk menikahi putri dari Sindu group. Apa itu tidak cukup?"

Anjani terpaku.

Kontrak? Apa maksud Fathan? Apa mungkin Fathan nikahin aku karena kontrak itu? Batin Anjani menerka-nerka. Ekspresi wajahnya tak bisa ditebak. Sebersit rasa sakit singgah di hatinya.

"Cerai?" Fathan berhenti bicara. Anjani menahan nafas, berharap apa yang ada di otaknya tidak terjadi.

"Ya.. saya paham." Lanjut Fathan.

Anjani tercekat. Maksudnya apa?

"Kalau memang itu yang harus saya lakukan, secepatnya saya akan urus perceraian saya-"

Kaki Anjani melemas. Dia hampir ambruk saat itu juga. Matanya memanas, dia tidak sadar sejak kapan air matanya mulai menggenang dan jatuh tanpa persetujuannya.

Anjani tahu kalau Fathan tidak mencintainya, tapi mengingat kedekatannya dengan Fathan akhir-akhir ini membuat Anjani berpikir kalau Fathan sudah mulai belajar mencintainya. Ternyata dia salah. Salah besar!

Anjani segera beranjak dari tempatnya berdiri sekarang, secepat mungkin dia harus berkemas. Dia tidak ingin lagi berlama-lama tinggal serumah dengan orang yang hanya mempermainkannya.

*flashback end*

Fathan berulang kali memanggil Anjani. Tak ada sahutan. Anjani masih memandangi luar kaca dalam diam. Fathan bingung dengan Anjani. Sejak mereka masuk mobil hingga sekarang, Anjani hanya diam, apa Anjani tidur?

"Anjani!" Panggil Fathan sekali lagi. Tak ada sahutan, traffic light di depannya masih menunjukkan warna merah. Fathan pun mencondongkan tubuh ke arah istrinya. Tidur. Anjani tertidur! Fathan dapat bernapas lega sekarang. Seulas senyum muncul di bibirnya ketika kembali menjalankan mobilnya.

***

Anjani membuka matanya lebar-lebar. Dia memandang sekelilingnya. Mobil Fathan.

Aku ketiduran. Dia menggeliat pelan mencoba meregangkan otot ototnya yang kaku setelah tidur yang tidak dia rencanakan.

Dia kembali menoleh ke sisi kanannya, "Kok Fathan nggak ada?!" Pekiknya pelan. Pandangannya beralih ke depan, matanya melebar bingung.

"Gue dimana?!" Pekiknya lagi, kali ini pekikannya tertahan. Hamparan pasir putih dan hamparan air biru yang mulai menggelap serta langit behiaskan kombinasi warna jeruk sunkist dan unggu di balik kaca depan mobil Fathan membuatnya tertegun. Yang membuatnya sadar adalah ketika matanya menangkap sosok pria sedang duduk di hamparan pasir putih di depannya, Anjani sangat yakin bahwa pria yang duduk membelakanginya itu adalah Fathan.

Izinkan Aku MenyayangimuWhere stories live. Discover now