5 # Naluri Lelaki

46K 1.8K 19
                                    

Hari ini genap 4 hari Anjani tinggal di apartemen Fathan. Hari ini juga tepat 4 hari dia bangun tidur di sofa super-nggak-empuk di ruang tamu. Sejak Anjani merajuk minta ditampung oleh Fathan, dia hanya boleh beredar di sekitar ruang tamu, kamar mandi tamu, dapur, dan meja makan. Awalnya dia keberatan karena sangat dibatasi oleh suaminya. Tapi mau bagaimana lagi? Demi memperbaiki citra dirinya yang selalu dianggap manja oleh Fathan, juga karena rasa tanggung jawabnya kepada kedua orang tuanya, dia harus menerimanya dengan ikhlas walaupun harus menggerutu karena pagi tadi saat baru bangun, dia merasa punggungnya nyeri, hingga dia terpaksa merajuk pada Fathan agar dia membelikan salep untuk nyeri punggungnya selepas dari kantor.

Ya, Fathan memaksa tetap masuk kantor meskipun cuti satu minggunya baru dia pakai 1 hari saja. Menurutnya, di rumah dengan Anjani hanya akan membuat harinya suram. Padahal selama 4 hari ini, mereka juga jarang bicara, salah satu faktornya sih karena Fathan selalu berangkat sepagi mungkin dan pulang selarut mungkin. Dia ingin menghindari istrinya.

Jam sebelas malam, dan Fathan belum pulang. Seperti dugaan Anjani, Fathan pasti akan pulang lebih dari jam sebelas seperti kemarin-kemarin.

Ternyata Fathan serius ngelarang gue jatuh cinta sama dia, effort lo bener-bener keras, Than!

Sebuah desahan pasrah keluar dari mulut Anjani. matanya menyipit, dia optimis kalau Fathan tidak akan membawa salep pesanannya. Mungkin itu juga salah satu usahaFathan agar terlihat buruk di mata Anjani. Lagipula, apotik mana yang mau membuka tokonya sampai selarut ini? Eh, ada ding! tapi entahlah, Anjani hanya yakin kalau dia akan gagal meringankan nyerinya dengan salep.

Cklek!

Pintu apartemen terbuka, tampak Fathan dengan muka kusutnya masuk ke dalam apartemen dan menutup kembali pintunya. Anjani pun berdiri sambil memijit bahunya yang terasa sakit dengan pelan.

"Lo mau mandi air dingin atau air anget?" Tanya Anjani dengan nada secuek mungkin. Sebenarnya dia sudah tahu apa tanggapan yang akan diberikan Fathan terhadap sambutannya, Fathan pasti akan berlalu begitu saja. Tapi mengingat misinya,dia tetap harus bertindak untuk memutar keadaan kan?

Fathan hanya diam seperti hari-hari kemarin. Dia memang mengizinkan Anjani untuk bertindak semaunya dia, entah itu menjadi istri yang baik atau apapun! dia tidak peduli -kata Fathan sih begitu-, asalkan Anjani tidak boleh jatuh cinta padanya!

Dan, hasilnya seperti malam ini, Anjani kembali menanyainya dengan air apa dia mau mandi dengan raut wajah datar dan cuek. Padahal dia sama sekali tidak mengharapkan sambutan yang menurutnya terlalu kekanakan dan manja itu. Dia sengaja pulang larut malam juga agar dia tidak perlu mendapati Anjani yang masih terjaga. Dia hanya... Ah! Dia hanya tidak mau sesuatu hal terjadi di luar kontrak yang setiap hari semakin mengganggu pikirannya.

"Lo nggak beliin pesenan gue ya?"

Fathan menoleh pada Anjani, semua lamunannya buyar, dan sedetik kemudian otaknya yang sudah terasa penuh asap itu kembali berfungsi dengan baik walau agak lemot. Salep nyeri. Fathan bahkan lupa sama sekali dengan salep nyeri.

Fathan tidak menjawab dan hanya berjalan menjauhi Anjani yang masih mematung menatap punggung Fathan yang semakin lama semakin hilang terhalang tembok.

Tuh, kan! Bener nggak dibeliin. Nyebelin!

***

Berkali-kali Anjani menggeliatkan tubuhnya, membolak-balikkan tubuhnya ke kanan ke kiri, mungkin mencoba mencari posisi yang nyaman.

Dan malam ini Fathan kembali memperhatikannya, memperhatikan istrinya yang tidur di ruang tamu karena sikap egoisnya.

"Ahh!" Pekik Anjani kemudian membalikkan tubuhnya menghadap punggung sofa. Fathan yakin kalau punggung istrinya yang nyeri semakin nyeri karena sudah empat hari ini dia tidur di sofa. Di sofa yang empuk saja Fathan masih sering kesakitan, apalagi istrinya yang tidur di sofa ruang tamunya yang memang keras. Dia meringis saat melihat istrinya kembali membalikkan tubuhnya menghadap meja sofa. Hingga dia dengan sigapnya refleks bergerak menghampiri dan menangkap tubuh Anjani yang hampir jatuh ke lantai.

Izinkan Aku MenyayangimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang