15 #Honeymoon: Jatah

43K 2K 49
                                    

Ini lanjutannya honeymoonnya Anjani-Fathan dulu ya, happy reading and enjoy! :')

_____________________________

22.00, Back to Yanto's house

"Anjani..." Panggilan Fathan membuat Anjani menoleh padanya.

"Kenapa, Than?" tanya Anjani polos.

Fathan menelan ludah dengan susah payah dan berakhir dengan berdeham. "Gue..."

Kenapa susah banget sih? dengus Fathan dalam hati.

Kening Anjani berkerut, bingung melihat ekspresi Fathan yang menurutnya aneh. "Kenapa sih, Than?"

Fathan membenarkan posisinya. "Lo... rela nggak kalo... ehm... kalo lo..."

"Kalo?"

Fathan menarik napas dalam lalu mengeluarkannya. "Kalo malem ini lo nggak perawan lagi?"

Tangan Anjani refleks menyilang ke dadanya. Dia beringsut mundur dan menatap Fathan dengan takut. Melihat respon istrinya seperti itu membuat Fathan jadi serba salah.

Duh! Salah kan gue! Tau gitu tadi langsung gue serang aja! Tapi... ah! Sesal Fathan dalam hati.

"Jan, gue cuma mau nagih jatah gue." 

God! Kenapa nih mulut gue?

Mata Anjani melebar, dia semakin memundurkan badannya dan itu membuat Fathan mendekat padanya.

"Anjani..."

"Fathan, stop!" seru Anjani saat Fathan semakin mendekat. Dia mendadak takut. Dia belum siap untuk itu. Kalau dulu dia terpikir ingin melakukannya, itu hanya sekedar keinginan. Untuk melakukannya sendiri, dia sebenarnya masih takut.

Grep.

Tangannya dicekal oleh Fathan yang tiba-tiba menyeringai. Dan dalam hitungan detik, tubuhnya ditarik mendekat dan Fathan langsung menindihnya. Tubuhnya bergetar melihat seringaian Fathan. Bulu kuduknya meremang, lidahnya kelu tak bisa berkata, sekalipun hanya untuk menolak atau menunda. Dia terhipnotis, terhipnotis lagi dan lagi oleh pesona Fathan. Mata cokelat terang milik Fathan, hidung bangir, alis mata yang tebal, rahang yang kokoh, juga bibirnya yang–

Tiba-tiba tubuhnya bergoncang, tangan Fathan ditarik mundur. Matanya kini beralih menatap Fathan yang mengerjap bingung di hadapannya. Masih dengan posisi rebahan miring menghadap Anjani. Dia kembali sadar.

Ternyata halusinasi. Gumam Anjani dalam hati.

"Anjani, lo nggak papa? Gue nggak maksa kalo lo emang belum siap," Kata Fathan dengan canggung.

"Maafin gue, Than! Kayaknya gue belum siap buat itu," Kata Anjani, wajahnya memerah saat mengatakan 'itu' pada Fathan.

Fathan mengedikkan bahunya. "Gue kecewa sebenernya, tapi kalo lo belum siap, gue bisa apa?"

Bibir Anjani mencebikkan bibirnya, dan itu terlihat lucu dan menggoda di mata Fathan. "Maaf..." Lirih Anjani kemudian. Matanya bergantian menatap kuku tangannya lalu Fathan.

Fathan menggeleng pelan. Dalam hati mendengus kesal. Kesal pada dirinya sendiri. "Nggak papa. Gue ngerti kok. Kita tidur, ya?"

Keduanya pun sepakat untuk memejamkan mata, mengingat besok pagi mereka juga harus bertolak ke Jakarta.

Lima menit berlalu, Anjani membuka matanya. Dia tidak bisa tidur. Hatinya sedari tadi berperang dengan otaknya, saling menyalahkan atas kekecewaan Fathan.

Harusnya Fathan berhak sih... tapi gue masih takut.Batin Anjani.

"Fathan..." Lirihnya. Matanya terpaku pada suaminya yang masih memejam. Tak ada sahutan dari Fathan, dia sudah terlelap –mungkin.

Izinkan Aku MenyayangimuWhere stories live. Discover now