# Part Terselubung

41.5K 1.8K 34
                                    

Hi, again!

Selamat membaca :D

________________________

"Aahh..." Fathan mengerang frustasi. "An..jani... aahh" 

"Tahan, Fathan..."

"Pe.. pelan Anja..  ahh.."

"Iya.. gue pelan-pelan kok.. Tahan dong..."

Fathan memejamkan matanya kuat-kuat mencoba menahan keinginannya untuk berteriak.

"Anjani.. gue eng.. it..uh!" 

"..."

"Aaaargh... buruan!"

"..."

"Erghhh.." Fathan merem melek lagi.

"..."

"Anjani buruan!" Pinta Fathan memelas, wajahnya amat sangat merana.

"..." Anjani masih sibuk dengan dunianya sendiri, tak peduli dengan rintihan Fathan. 

'Sret'

"Aaaaargghhhh!" Fathan berteriak histeris, paha kirinya terasa nyeri.

"Yes! Berhasil!" Sorak sorai Anjani membuat Fathan menelengkan kepalanya ke belakang, kepada Anjani yang menduduki pantatnya.

"Sakit, Jan!" Pekik Fathan lalu memukul-mukul pantat Anjani. "Turun-turun!" Perintahnya. Anjani beringsut turun dari pantat Fathan lalu memukulnya dengan keras.

"Anjani!" Kontan saja Fathan berteriak lalu melotot ke arah Anjani yang malah meleletkan lidahnya ke arah Fathan. Fathan mengusap-usap pantatnya yang panas lalu duduk di hadapan Anjani.

Tiba-tiba Anjani menempelkan koyo bekas yang berhasil dilepasnya dari paha belakang Fathan ke dahi Fathan. Fathan berdecak kesal lalu menarik koyo itu dan meremasnya.

"Kasar banget sih nyabutnya?!" Gerutu Fathan. 

Anjani melotot. "Heh! bilang makasih kek! Udah gue bantuin malah marah-marah!" Bibirnya manyun, nafasnya menderu karena kesal mendapat omelan dari Fathan yang menurutnya tidak tahu terimakasih.

"Ya kan lo yang nawarin diri bantuin gue." Sanggah Fathan yang enggan berterimakasih, karena memang tadi Anjani yang ngotot akan membantunya melepas beberapa koyo yang sudah beberapa hari menempel di tubuhnya. "Motif lo biar bisa grepe-grepe paha gue kan lo?!" Tuduh Fathan, alis matanya bertaut. 

Anjani terbelalak, matanya mulai sayu, dia memang hanya berniat membantu Fathan untuk melepas koyo-koyo yang menempel di tubuh Fathan tadi. 

"Otak lo aja yang ngeres! Nggak bisa ngebedain niat tulus orang nolongin sama yang nolongin orang karena modus!" Teriak Anjani lalu beranjak dari sofa dan berlari menuju kamarnya, kamar Fathan lebih tepatnya. Fathan tercenung mendengar teriakan Anjani, matanya masih memandang pintu kamarnya yang tertutup.

        Kegiatan mereka beberapa minggu setelah malam pengakuan memang hanya meliputi adu mulut, adu argumen, adu saling kesal satu sama lain karena hal yang kecil. Naasnya, keduanya sama-sama tidak ada yang mau mengalah. Biar! biarlah mereka yang menyelesaikan masalah mereka dengan caranya sendiri.

***

Anjani POV

Aku masih kesal dengan Fathan. Kenapa dia masih aja sama? Masih aja dingin-sinis-suka marah, urgh, nyebelin!

Nyesel lho kemaren nawarin bantuin cabut koyo. Tau kalo ujung-ujungnya bakal diomelin, mending nggak usah dibantuin kan? Huh!

Jelaslah aku marah, aku ngambek di kamar, berharap Fathan akan nyusul aku lalu minta maaf atau sekedar bilang terimakasih. Tapi apa? nihil! Ya sih dia masuk kamar, tapi cuma buat tidur tanpa berkata apapun padaku. Lagi, dia nyebelin! Terus kemana Fathan yang beberapa hari lalu "sok ye" menjelaskan kesalah pahaman tentang hubungannya dia sama Disya?! Atau jangan-jangan waktu itu Fathan lagi kesurupan? Ah, nggak mungkin! Tapi, mungkin aja sih. Eh, ah! tau ah!

Izinkan Aku MenyayangimuWhere stories live. Discover now