10 #Salah Paham

41.1K 2K 30
                                    

Seminggu ini benar-benar minggu yang kaku di kehidupan rumah tangga Anjani dan Fathan.Keheningan lebih banyak tercipta dari suara ribut. Sejak peristiwa saling teriak minggu lalu keduanya jadi semakin jarang berkomunikasi. Terutama Anjani, dialah yang paling sering menghindari kontak mata maupun percakapan dengan Fathan.

Pekerjaannya masih dia lakukan seperti biasanya, dia masih memasak, dia masih kuliah, dia masih membawakan bekal makan siang untuk Fathan. Tapi seminggu ini Anjani tidak pernah mengantarkan bekal itu sendiri, ini juga karena dia sedang penelitian, tapi sebenarnya dia bisa lho mampir dulu ke kantor Fathan, dianya saja yang enggan. Akhirnya, tiap pagi dia telah menyiapkannya dalam kantung dan Fathan akan membawanya ke kantor. Di kesempatan lain, tiap Fathan pulang kantor, Anjani hanya akan mengambil tas kantor Fathan kemudian berkata "Gue udah siapin air anget buat lo," dan akan disahuti Fathan dengan "Oke," lalu sudah. Hening kembali. Keadaan ini berlangsung selama seminggu berturut-turut! Betapa bosannya hidup!

Dan bagi Fathan, hari ini adalah puncak kekesalannya dengan kondisi perang dingin ini. Dia muak, dia lelah dengan semua ini. Dia ingin melihat Anjani yang selalu bahagia jika di dekatnya, bukan Anjani yang selalu menghindari kontak dengannya begini!

"Gue beneran nggak punya affair sama Disya, Kita cuma temen, Disya temen deket gue dari kecil," Kata Fathan tiba-tiba sesaat setelah di berbaring saling memunggungi dengan Anjani. Anjani terdiam, Ini adalah kalimat yang sama yang selalu diucapkan Fathan setiap sebelum tidur selama seminggu yang menyebalkan ini. Dari nada bicara Fathan yang serius dan menekan kali ini, membuat Anjani kembali yakin kalau Fathan tidak berbohong. Tiba-tiba dia merasakan gerakan di sisi sebelahnya.

"Anjani..." Panggil Fathan membuat bulu kuduk Anjani meremang. Tadinya dia pikir kalau Fathan akan langsung tidur setelah berkata demikian, tapi ternyata tidak. "Disya temen gue satu-satunya waktu gue kecil, Makanya gue akrab sama dia,"

Peduli apa gue sama itu? Batin Anjani pura-pura mengelak. Sebenarnya dia peduli. Ah! Tidak! Tidak! Eh, peduli! peduli! Ah, tau lah.

"Waktu itu lo beneran salah paham, Jan. Dan bukan dia alesan gue ngelarang lo jatuh cinta sama gue! Lo salah paham lebih besar lagi kalo lo mikir kayak gitu!"

Anjani tercenung saat Fathan menyalahkan tebakannya saat itu. 

Kalo bukan Disya, terus alesan lo apa sebenernya, Than?

"Ini bukan soal Disya ataupun harta! Gue nggak sepicik itu!" Kata Fathan lagi. Anjani sempat kaget mendengarnya, seakan-akan Fathan tengah berdialog dengan hati Anjani.

Bukan Disya, bukan harta? Terus apa dong? Ah... kenapa Fathan bikin gue tambah kepo sih?

"Lo nggak perlu tau alesan gue ngelarang lo buat jatuh cinta sama gue. Yang penting, kita jalanin aja rumah tangga kita. Terserah dengan cara apapun!" Ucap Fathan, kemudian dia menghela napas dan Anjani bisa mendengar helaan halus Fathan.

Lama keduanya hanya terdiam, dua-duanya saling berpikir banyak hal tentang rumah tangga mereka yang kacau balau, tidak jelas, dan sangat amat tidak harmonis. Dan tiba-tiba Anjani ingat tentang Bima. Tidak adil rasanya kalau dia tidak mengatakan yang sejujurnya pada Fathan.

"Cowok yang lo liat dulu namanya Bima," Ucap Anjani pelan tapi dia berharap Fathan bisa mendengarnya. "Dia temen SMA gue sama Ema,"

Fathan mengerjap, memasang telinganya baik-baik untuk mendengar pengakuan istrinya.

"Gue juga nggak punya affair sama Bima. Kita juga cuma temenan,"

Fathan perlahan menarik sudut bibirnya ke atas. Anjani terdengar lucu saat ini, Fathan merasa sedang menunggui anak kecil yang belajar membaca satu paragraf yang panjang dan terputus-putus.

Izinkan Aku MenyayangimuWhere stories live. Discover now