______________________________
Jumat, Taman Nasional Gunung Merbabu
Anjani POV
Peserta pendakian massal kali ini berjumlah 66 orang. Dan dibagi-bagi menjadi 10 orang dalam 1 kelompok. Kami berangkat dari dari Jakarta dan tiba di basecamp pak Parman (ada dua basecamp terdekat dengan track pendakian yang bisa kita singgahi, salah satunya adalah basecamp milik pak Parman) tadi subuh sekitar jam 5-an. Di sana kami diinstruksikan untuk istirahat dulu demi memulihkan tenaga setelah perjalan jauh Jakarta-basecamp dan kami akan mulai mendaki siang harinya.
Udara dingin langsung menyambutku saat baru memasuki basecamp. Di dalam basecamp ternyata sudah banyak pendaki. Beberapa dari mereka ada yang terkapar -istirahat mungkin, beberapa ada yang sedang bersiap-siap mendaki ataupun sekedar mengobrol. Udara dingin ini semakin terasa menusuk persendianku, padahal ini baru di lereng, tapi ternyata dinginnya tidak main-main. Saat tidur pun akhirnya Aku memutuskan untuk melapisi tubuhku yang sudah terlapisi satu kaos yang cukup tebal, dengan salah satu jaketku (aku memang membawa dua jaket, dan sepertinya akan sangat berguna), menambal kaus kaki hingga dobel, sarung tangan juga tidak lupa kukenakan.
Pukul sebelas kami makan terlebih dahulu untuk mengisi tenaga kami. Dinginnya subuh di lereng gunung rupanya sanggup membuat perutku sangat keroncongan sekarang. Untungnya, kalau kita menginap di basecamp, kita bisa memesan makanan di sini, dan menu brunchku dan rombongan di pagi setengah siang ini adalah nasi goreng dengan telur ceplok juga teh panas (menu ini umum disajikan di basecamp, satu porsi nasi goreng dan segelas teh panas biasanya dipatok sekitar Rp12.000,-). Setelah dirasa cukup, kami pun bergegas untuk melakukan pendakian yang sebenarnya.
And here I am now, di sinilah aku berdiri sekarang, di depan gerbang utama TN gunung merbabu bersama 5 orang lainnya dari rombongan paling bungsu. Rombongan kami di pimpin langsung oleh Bima (dia benar-benar menepati janjinya untuk menjadikanku satu kelompok dengannya), Meta, Gea, Hamam, Temmy, dan aku sendiri.
Dan dari sinilah ekspedisi Merbabu di mulai. Setelah pengarahan dan do'a bersama, rombongan kami pun berjalan mendahului rombongan lain, alasannya rombongan kami hanya sedikit orangnya.
Dengan berbekal do'a dan izin dari Bunda, Ayah, Mas Anjar, dan tentu saja Fathan, aku mulai berjalan sambil menggendong tas carrier 55 liter -yang berhasil kupinjam dari Mahesa setelah melalui negosiasi dan rayuan maut yang panjang- di punggungku. Semangatku yang tadinya kendo karena ragu lantas terdepak saat teringat pesan Fathan sebelum dia berangkat kerja kemarin.
"Ati-ati, kalo lo ngerasa udah nggak kuat, istirahat dulu. Jangan dipaksain! Puncak itu bukan segalanya, keselamatan lo lebih penting! It's a round trip. Getting to the summit is optional, getting down is mandatory*! Nikmatin aja setiap langkah yang lo buat dan lo akan dapet pelajaran yang berharga dari mendaki"
Aku yang sudah cukup terharu karena dia ngotot mengantarku ke stasiun, semakin terharu mendengar pesannya. Kemarin adalah kali pertamanya Fathan mau mengantarku ke suatu tempat -bahkan ngotot- tanpa aku harus merajuk dulu. Ah, mengingat-ingat itu, semangatku meningkat berkali-kali lipat. Tanpa ampun aku segera mendahului Meta, Temmy, Gea, dan Hamam. Tadinya aku yang berada pada baris kelima kini berada di barisan terdepan dan sepertinya Bima ikutan menyusul dan berjalan di belakangku seperti tadi.
Hutan belantara, juga jurang-jurang di sepanjang kanan kiri track tak menyurutkan langkah kami yang masih penuh energi ini untuk bisa menakhlukkan puncak Merbabu -Aku akan tetap mengingat pesan Fathan, tapi sebagai pendaki baru, tentu aku tetap ingin mencapai puncak dan kembali dengan selamat.
YOU ARE READING
Izinkan Aku Menyayangimu
言情[SEBAGIAN PART DALAM MODE PRIVATE] "Kalau memang itu yang harus saya lakukan, secepatnya saya akan urus perceraian saya-" Kaki Anjani melemas. Dia hampir ambruk saat itu juga. Matanya memanas, dia tidak sadar sejak kapan air matanya mulai meng...