14 #Honeymoon: The Daster dan Inisial

46.3K 1.9K 46
                                    

Hoihoooo Readers! Lagi nih saya upload lagi, hehe. Selamat membaca :)

___________________________

16.30, Malioboro

Fathan PoV

Entah, istriku sepertinya sedang kesetanan belanja. Semua barang yang dia temui dan dirasanya bagus hampir langsung dibeli.

"Buat oleh-oleh orang rumah, Fathan," Itu katanya.

Oke, buat oleh-oleh sih buat oleh-oleh, tapi dia benar-benar tidak kira-kira!

"Mumpung murah, Fathan. Lagian kapan lagi kita ke sini?" Ujarnya tiap aku ajak untuk menghentikan shopping berlebihannya.

Aku sekarang bahkan sudah membawa dua lusin baju bersablon Jogja berbagai ukuran, juga sekantong tas plastik besar berisi bakpia, yangko, dan kawan-kawan. Berasa aku ini kuli panggul! Dan naasnya, dia masih mengajakku berjalan menyusuri lorong-lorong berisi penjual dan barang dagangannya juga pembeli-pembeli yang tak pernah sepi.

"Oke, Anjani, stop!" Tanganku kesemutan, Man! Beruntungnya dia manut, dan mau berhenti. Dia menoleh ke belakang. Ke arahku.

"Kenapa, ganteng? capek ya?" Tanyanya sambil mendekatiku.

Hei, kenapa panggilan "ganteng" dari Anjani membuat kesemutanku mendadak hilang? Gila, kan? suaranya saja sakti bisa menyembuhkan kesemutan.

Fathan, fokus! Tangan lo masih kesemutan, Bego!

Kutatap wajah Anjani yang khawatir tapi tetap tersenyum. Entah, ekspresinya aneh.

"Kalo lo belanja lebih banyak dari ini, gue nggak jamin mau ngikutin lo lagi," Kataku jujur. Tapi sebenarnya aku juga tidak akan tega sih membiarkannya berkeliaran sendiri di sini. Tapi tetap, jaga imej, jaga pamor harus nomor satu!

Dia tidak mencebik seperti biasanya, dia juga tidak mengambek sama sekali. Dia malah cengengesan tanpa dosa!

"Ya udah, ganteng."

Yes, kata "ganteng" itu lagi!

"Nanti gue keliling-keliling sendiri juga nggak papa," Dia tersenyum.

Apa-apaan? Bisa-bisanya dia kek gitu! Kenapa nggak rayu gue sih, Jan? Kalo lo rayu gue, gue rela deh bawa belanjaan lebih banyak lagi! Eh, jangan kebanyakan ding! Jan, rayu gue dong! Ah, elah!

"Bukan masalah itu Anjani," Nah, aku mulai bingung mau menyanggah seperti apa? Dia mengernyit, pasti penasaran. Apa ya? apa ya? Ah! Begini saja- "Nanti bawa balik ini gimana? Kan kita naik motor," Kataku sambil mengangkat barang belanjaan istriku.

Tadi kami ke Malioboro memang naik motor. Awalnya sih bareng dengan anak-anak lain naik mobil Yanto dan Yanto naik motor sendirian. Tapi setelah shalat Ashar, gara-gara Anjani merengek minta ke Malioboro -gara-gara iming-iming Milia pasti. Jadilah aku yang membawa motornya Yanto dan berpisah dari anak-anak yang main ke rumah Anet.

Plis, stop Anjani! Jangan belanja lagi! Plis. Bisa nggak kita jalan-jalan aja, tapi nggak usah belanja lagi...Teriakku dalam hati.

"Oh, iya ya!" Katanya sambil menepuk jidatnya.

Yes! Finally you woke up! I love you! Muach!

"Ya udah, Than. Nanti gue dikasih alamat rumahnya Mas Yanto aja! Nanti biar pulangnya gue naik taksi aja."

Ekspresiku sekarang pasti cuma satu: Melongo!

Ini anak kenapa nggak peka banget sih? Salah banget gue nurutin maunya dia ke Malioboro! Gue pura-pura mati aja deh!

Izinkan Aku MenyayangimuHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin