12 #Pilihan

44.3K 2K 58
                                    

Sabtu, 07.36 Waktu Sabana I

"Lo yakin mau ikut muncak?"

Anjani mendongak, menatap suaminya yang memandangnya dengan wajah cemas. Disunggingkannya sebuah senyuman manis, kemudian mengangguk pelan.

"Yakin! Gue udah nggak papa, Fathan," Ujarnya, kemudian kembali berkemas.

"Ntar kalo lo hipotermi lagi gimana? di puncak hawanya tambah dingin lho,"

"Kan ada ini," Anjani menarik ujung kerah jaket Fathan yang sedang dipakainya.

Fathan mendengus. "Lo pikir jaket begituan bisa langsung nyembuhin hipotermi?"

Mata Anjani memutar ke atas, menatap langit-langit dome, bibirnya dimonyongkan. Dia berpikir. "Mmm, kan ada lo! Kalo gue ngerasa kedinginan, gue tinggal peluk lo, beres kan," Kata Anjani seenak jidatnya. Jelas, Fathan melongo.

"Emang gue mau ikut muncak?"

"Lah, emang lo nggak mau muncak?" Anjani malah balik bertanya.

"Kalo nggak?"

Anjani mengerucutkan bibirnya lalu memundurkannya, mengerucutkan lagi lalu memundurkannya lagi. "Santai, ada Bima ini,"

Fathan terperangah, dia tidak kepikiran kalau istrinya akan mengatakan itu. Dan yang membuatnya geram, bisa-bisanya Anjani berkata demikian dengan nada tanpa beban.

"Gue kan udah pernah bilang, jangan deket-deket Bima!" Kata Fathan kesal.

Anjani menghentikan kegiatan packingnya. Bola matanya memutar ke arah Fathan yang jelas sekali terlihat kesal. Dalam hati Anjani ingin tertawa, dia berhasil memanas-manasi Fathan.

Fathan cemburu ya? Mukanya gitu banget? I...h tambah ganteng! Batin Anjani. Sudut bibirnya berkedut-kedut menahan tawa.

"Emang kenapa, Mas, kalo Anjani deket-deket gue?"

Sebuah suara bariton mengalihkan tatapan sepasang suami istri itu ke sumber suara di belakang Fathan. Bima.

Sejak kapan dia nimbrung dalam tenda? Batin Anjani.

Bendungan!* Ini si kepret sejak kapan lagi munculnya? Gue kegap lagi! Umpat Fathan. Dia pun kembali memandang istrinya.

(*Bendungan/Dam/Damn/ Sama aja kan? :D )

"Iya, emang kenapa kalo gue deket-deket Bima? Bima baek banget tau, Than. Dari kemaren jagain gue terus," Anjani semakin menjadi.

Bima terkekeh mendengar pujian Anjani. Dia berharap kalau pujian itu tulus dan bukan hanya untuk memanas-manasi Fathan.

Fathan berbalik kiri agar lebih leluasa bergantian melihat Anjani maupun Bima. Kali ini pandangannya ke arah Bima. "Oh, ya? Thanks, Bro, udah jagain istri gue. Dan mulai detik ini, gue yang akan jagain istri gue. So..." Tangan Fathan nangkring ke bahu kanan Bima, tatapannya dingin dan tajam. "Back off!" Lanjutnya dengan penuh penekanan.

Bima tersenyum miring. "Dia masih di rombongan gue. Dan dia tetep jadi prioritas gue karena gue juga bertanggung jawab atas dia," Bima tak kalah dingin, dia mengambil tangan Fathan di bahunya lalu menghempaskannya ke udara.

Anjani sendiri mulai panik, dia tidak menyangka kalau ini yang akan terjadi. Kedua pria di hadapannya saling adu hawa panas. Dia semakin panik saat Fathan kembali menatapnya dengan wajah, datar.

"Oh," Gumamnya pelan. Matanya masih menghujam ke manik mata Anjani, membuat gadis itu terpaku. Apalagi saat Fathan tiba-tiba mendaratkan ciuman ke bibirnya.

Izinkan Aku MenyayangimuWhere stories live. Discover now