Kalau bicara tentang PARK JIMIN tak pernah ada habisnya. Tidak, aku tidak berniat sama sekali menjelek-jelekan dirinya. Dia itu adalah temanku yang paling dekat. Masa remaja kami habiskan bersama ha ha hi hi ditambah dengan KIM TAEHYUNG yang ke mana-mana selalu bersama Jimin. Dua supernova yang bukan main memikat para wanita. Kalaupun ingin membicarakan tentang keburukan, rasanya agak sulit menemukan mengingat sekalipun yang dilakukan Jimin atau Taehyung menurutku di luar nalar atau sesuai yang tidak patut karena membuat jengkel sampai mengeram, tetap saja mereka akan dimaklumi. Luar biasa tak adil. Namun masih bisa ditolerir karena mereka bukan orang gila yang tidak punya moral. Ya, ku rasa begitu. Karena jikalau mereka melakukan sesuatu yang sampai menerobos apa yang aku anggap benar dan salah, pasti aku sudah menjauh dari mereka. Menendang ke penjara kalau perlu.
Masih tentang Park Jimin yang entah bagaimana selalu bisa membuat wanita bertekuk lutut—patuh. Ketika aku mengatakan patuh, benar-benar seperti itu adanya. Tidak ada paksaan atau perbuatan kasar. Jimin itu sangat dominan namun begitu lembut. Dia tahu cara merebut hati wanita yang nantinya akan menjadi gadis manis untuknya. Kadang aku berpikir kalau Jimin itu suka sekali permainan seperti baby girl dan sugar daddy—tentu ditambah dia itu kaya raya. Hartanya tak akan habis tujuh turunan. Tetapi bagaimana dia sering menyumbang besar-besaran seimbang dengan bagaimana dia menghabiskan uang untuk wanita-wanita itu.
Masalah otak, Jimin jelas pintar. Dia, aku dan Taehyung sering bersaing sejak zaman sekolah dahulu. Sekarang tidak lagi karena Jimin sudah menjalankan perusahaan keluarganya sendiri, begitu juga Taehyung. Sementara aku memilih menjadi aktris. Ketika orang-orang menyayangkan pilihanku karena katanya semua prestasiku dulu jadi tidak berguna, Jimin akan menjawab dengan enteng 'bilang saja iri dengan Taeri, sudah pintar, cantik lagi. Akting itu juga sulit, butuh kecerdasan agarterlihat nyata'. Dia memang bisa jadi iblis jika dia mau. Aku suka Park Jimin yang seperti itu.
Walaupun aku masih bingung bagaimana minuman beralkohol yang selalu Jimin teguk dengan begitu enteng, seakan itu hanyalah air putih tidak merusak otaknya sama sekali. Masih pintar dan licik dengan gayanya yang terlihat seperti pria paling baik sedunia.
Aku memang kerap berharap Park Jimin menjadi tolol seketika, tetapi tidak dengan membawa ku ikut bersamanya. Ketololan yang tidak pernah aku bayangkan dari Park Jimin.
"Besok ayo kita menikah," ujar Jimin begitu enteng sambil bersender di meja bartender rumahnya yang berada langsung ke kolam renang. Aku yang sedang meneguk minuman tersedak seketika.
"Bercandamu tak lucu," kataku menatap dia ngeri. Otaknya pasti gila. Jimin itu tidak pernah bercanda yang seperti ini. Dia bukan Kim Taehyung. Daripada menanggapi Jimin yang mendadak tidak waras, aku lebih memilih menatap ke arah kolam renang.
Kolam renang Jimin itu berada di dalam dan luar ruangan secara bersamaan—atapnya bisa dibuka dan ditutup. Malam ini atapnya ditutup sehingga tak terlihat langit-langit dengan bintang bertaburan. Tak masalah karena yang sedang berenang lebih memberikan pemandangan indah. JEON JUNGKOOK, adik tiri Jimin dengan proporsi tubuh yang dapat membuat wanita manapun menelan air liur itu sedang berenang. Tidak heran tubuhnya seindah itu karena suka sekali berolahraga. Padahal seingatku dulu dia hanyalah bocah kecil yang pemalu. Taruhan, dia tak berbeda dengan Jimin. Entah berapa wanita yang sudah di bawa ke atas kasur dan mencoba tubuh fit itu. Baiklah, hentikan. Pikiranku ke mana-mana.
"Aku serius," jawab Jimin lagi. Bukan jawaban yang aku harapkan. Aku bisa saja mengabaikannya, tetapi ketika Jimin mengatakan serius, dia benar-benar serius. Dan itu cukup mengganggu karena dia tahu aku itu seperti apa.
"Park Jimin, selain kita adalah sahabat, perlu kuingatkan lagi apa saja prinsipku? Aku tidak melakukan pernikahan. Bahkan aku tidak berminat untuk menjadi seorang ibu. Bukankah kau tahu jelas tentang itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Perfect Plan ✓
Romance[ SUDAH DITERBITKAN TERSEDIA DI TOKO BUKU DENGAN VERSI LEBIH LENGKAP, SERU DAN BERBEDA ] Aku tidak pernah mengerti mengapa gelas-gelas alkohol itu selalu habis namun tidak merusak sedikitpun isi otak Park Jimin. Masih saja pintar, licik dan bajingan...