APP - 13

52.2K 5K 1.7K
                                    

Jangan lupa votement ya! Ayo aku acak-acak perasaan kamu di sini. Di cerita ini.

+++

Meja makan yang berada di dapur kembali menjdi saksi bisu bersamaan dengan tembok yang terlalu hening. Padahal baru beberapa saat lalu mereka menjadi asing karena yang satu menghindari dan yang lainnya bersikap seaka tak pernah ada apa-apa, sementara sekarang sudah tak ada jarak lagi di antara Taeri dan Jungkook. Dekat. Begitu dekat. Jungkook duduk nyaman di meja makan dengan kaki terbuka yang membuat tubuh Taeri dapat berada di antaranya—terapit—sambil melingkarkan lengan di lehernya. Sementara jemarinya sibuk megusap dan menelusup ke pinggang ramping di balik baju Taeri. Memejamkan mata dan saling menautkan bibir—berciuman.

Kepala dimiringkan untuk mendapatkan ciuman lebih dalam, lebih menggairahkan, lebih intim. Bibir dibuka dan dikatupkan saling meraih tanpa tahu apa yang ingin didapatkan. Lidah bermain dan menelusup saling berperang hingga terengah-engah. Jemari Taeri menelusup ke rambut Jungkook dan meremas ketika bibir bawahnya digigit. Jungkook mengusap-usap pipi Taeri sambil memejamkan mata menikmati.

Sangat menikmati.

"Kim Taeri ahn—" Jungkook menghembuskan napasnya denga berat. Bagian tertentu tubuhnya sudah mulai bereaksi. Taeri terlalu kuat untuknya. Sejak dulu wanita itu selalu bisa melemahkannya bahkan ketika hanya memberikan senyuman dan sekarang—Jungkook dapat melakukan ini. Jelas dia dibuat kacau dengan cara yang dia sukai.

Perlahan Jungkook melepaskan ciuman mereka. Berusaha menarik diri bahkan ketika Taeri masih berusaha menjangkaunya. Melepaskan bibirnya tiba-tiba dan menjauhkan wajahnya. Menatap Taeri yang membuka mata dan melihat Jungkook dengan bingung. Kalut. Tentu saja mengingat Taeripun sedang dibawa terbang pada setiap pilu yang dirasakan.

"N—noona—tunggu. Berhenti..." lirih Jungkook.

"Kenapa? Bukankah kau yang menginginkannya? Kau yang menarikku ke dalam pelukanmu dan menciumku terlebih dulu, Jung..." jawab Taeri sama lirihnya dengan mata sayu dan napas terengah. Melupakan bedebah Jimin. Menyingkirkan perasaan yang ada dalam dirinya. Jungkook adalah pelampiasan paling manis yang dia rasakan.

Mata Jungkook sama sayunya dan menggeleng singkat. "Tidak bisa. Aku tidak bisa meneruskan."

Kening Taeri lantas berkerut. "Oke, karena?"

"Aku turn on..."

Raut Taeri yang tadinya kebingunga perlahan menghilang dan berganti dengan tawa yang berusaha ditahan namun gagal karena jelas sekali kentara. "Apa?" ujar Jungkook terlihat tak suka karena merasa seperti dijadikan lelucon oleh Taeri.

Detik berikutnya rasa kesal yang tadinya menyeruak langsung mereda ketika Taeri mengusap pipiya sangat lembut dan memberikan senyuman. Sungguh bukan ini yang Jungkook bayangkan. Dan sialnya daripada ciuman—yang tdak dia pungkiri begitu nikmati—bagaimana Taeri saat ini memperlakukannya lebih membuat jantung berdegup tak karuan.

"Kau lucu... Manis..." ujar Taeri. Jungkook tak tahu harus merespon apa selain diam. "Begini Jungkook, kita berciuman, sedekat itu, seintim itu. Tentu saja kau turn on. Kita tak akan melanjutkan ciuman jika tidak merasakan apa-apa. Jelas Jungkook, aku juga sama. Terangsang."

Telunjuk Taeri menyusuri dada bidang Jungkook yang membuat pemuda itu matanya mengekor memandang. Ia berakhir memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam. Taeri begitu menggoda. Jungkook suka setiap wanita itu terlihat nakal untuknya. Tetapi ada sesuatu di dalam dirinya yang tidak bisa dikontrol.

"Jika diteruskan aku akan menyetubuhimu lagi," ujar Jungkook jujur.

Taeri cukup terkejut dengan sikap terus terang Jungkook namun berakhir menenangkan diri dan mengangguk. "Wow—ya. Aku tahu itu. Oke jadi—" Sejujurnya Kim Taeri kebingungan sendiri karena sekalipun dia tak masalah, tetap saja ada yang sudah berbeda dalam dirinya.

A Perfect Plan ✓Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora