Hutan Terkutuk

352 33 8
                                    

"Ayo, Beby. Lepaskan aku."

"Berhenti bicara padaku! Keluar dari pikiranku !! "

"Hahaha. Cepat atau lambat, kau akan segera melepaskanku, Beby!"

"Diam!"

"Beby! Beb?"

"Diam! Aku bilang diam!"

"BEBY!"


Sebuah tepukan keras dipundak dan teriakan membangunkan gadis berambut pendek dari tidurnya. Gadis bernama Beby terbangun dengan nafas terengah-engah, kemudian menoleh pada gadis berambut panjang di samping nya.

"Caniya?"

Beby menatap bingung Shania lalu menoleh kesekeliling mereka. Banyak pasang mata melihat ketempat ia dan Shania duduk, mereka berdua berada didalam kereta yang membawa mereka ke luar kota.

"Muncul lagi? " tanya Shania sambil memberikan sebotol minuman pada Beby yang sedang memijat kepalanya sendiri. Masih sedikit meringis kesakitan, Beby menjawab dengan anggukan singkat lalu meminum air pemberian Shania hingga tinggal setengah.

"Entah kenapa belakangan ini jadi sering muncul. Apalagi saat aku tertidur. Ini membuatku tidak bisa tidur nyenyak." jawab Beby, masih menetralkan nafasnya.

"Maaf ya, aku membuat keributan. " ucap Beby. Shania menggeleng lalu membalas.

"Tidak apa. Itu bukan kemauanmu." Shania tersenyum manis menatap kearah Beby. Beby ikut menatap Shania. Setelah beberapa saat hening dengan saling tatap, tiba-tiba Beby menjerit histeris.

"Kyaaaa!! Caniya khawatir sama Beby! Uhhh tayang tayang! " Beby memeluk Shania erat lalu memajukan wajahnya dengan mulut menggerucut, mencoba mencium pipi Shania.

Adegan itu tentu saja menjadi perhatian dari penumpang lain. Dengan wajah malu, Shania dengan cepat menjauhkan wajahnya dari Beby dan berusaha untuk lepas dari pelukan Beby. Setelah berhasil Shania langsung menjewer telinga Beby, membuatnya berteriak kesakitan.

"Aw .. aduduh, Caniya ampun. Sakit!! "

Shania tidak mempedulikan teriakan Beby, malah menatapnya dingin. "Sakit hem? Kamu itu tidak pernah berubah ya. Selalu buat malu saja!" Setelah puas, Shania akhirnya melepaskan jewerannya.

"Ih, Caniya jahat." keluh Beby.

"Apa? Mau lagi? " ancam Shania. Beby langsung menggeleng.


Setelah beberapa lama, kereta yang dinaiki Shania dan Beby akhirnya berhenti di stasiun tujuan mereka. Keduanya turun lalu beralih menggunakan taxi untuk menuju tempat tujuan.

"Neng berdua ini bukan orang sini ya? Mau liburan neng?" tanya bapak pengemudi taxi.

"Tidak pak, kita mau nyari mons... Aw! " Beby mengelus pinggangnya yang baru saja dicubit lalu menatap sang pelaku dengan tatapan penuh tanya.

"Mons apa ya?" tanya bapak itu bingung.

"Maksud dia kita mau nyari sesuatu pak. Jadi Nama saya Shania, terus dia Beby. Kita dari salah satu universitas di jakarta. Mau ada penelitian." jelas Shania, menjawab pertanyaan bapak itu.

"Oh mau penelitian ya. Jadi neng Shania dosen ya? " tanya si bapak asal tebak. Shania segera menatap si bapak dengan ekpresi tidak percaya dan mulut yang terbuka. Sementara Beby hanya terkikik menahan tawanya agar tidak lepas.

Shania ingin mengoreksi dugaan si bapak, tapi lebih dulu si bapak melanjutkan ucapannya. "Wah jarang-jarang loh ada dosen yang mau menemani mahasiswinya buat penelitian. Anak bapak juga kuliah di jakarta, sekarang sudah semester akhir. Huh, setiap hari dia telpon buat curhat tentang dosen pembimbingnya yang menyebalkan katanya. Susah dihubungilah, Susah ditemuilah, ada saja masalahnya. Kalo ibu Shania malah baik banget mau menemani neng Beby. Salut bapak. " Shania hanya bisa melongo mendengar semua curhatan si bapak. Sementara Beby masih mencoba menahan tawanya. Tapi itu tidak berlangsung lama, seketika tawa Beby lepas ketika mendengar si bapak memanggil Shania dengan embel Ibu.

The HunterWhere stories live. Discover now