Konfrontasi

161 23 8
                                    

Peringatan sedikit 18+


Pagi-pagi

Di sebuah rumah, Puchi yang baru keluar dari kamar mandi segera mendekati Fia yang sedang menyisir rambutnya didepan cermin. Puchi berdiri dibelang Fia kemudian melingkarkan kedua tangannya di perut Fia, lalu mencium leher dan pundaknya yang tidak tertutup singlet yang dikenakannya.

"Sayang .. hentikan." Ucap Fia dengan lemah, bermaksud untuk menghentikan perbuatan Puchi.

Mendengar suara Fia yang sedang menahan hasratnya, membuat Puchi tersenyum senang dan segera menolehkan wajah Fia untuk saling berciuman. Ciuman yang singkat karena Fia yang dengan cepat menjauhkan bibirnya dan segera memalingkan wajahnya yang sudah memerah.

"S-sebaiknya kamu segera berpakaian. Aku akan membuat sarapan untuk kita." ucap Fia melirik kearah cermin yang memantulkan bayangan keadaan Puchi yang tidak berpakaian sama sekali.


Puchi hanya tersenyum dan kembali mengeratkan pelukannya "Kenapa? Padahal aku ingin melihat sisi liarmu lagi seperti saat membalasku tadi pagi." Ucapan Puchi membuat wajah Fia semakin memerah. Dengan cepat ia melepas pelukan Puchi, ia segera keluar dari kamarnya bahkan tanpa menoleh kebelakang. Melihat kelakuan Fia, Puchi hanya menyeringai senang dan segera memakai kembali pakaiannya.

Usai berpakaian Puchi segera keluar dari kamar Fia, dilihatnya Fia tengah sibuk di dapur. Tidak ingin mengganggu, Puchi memutuskan untuk menyalakan tv. Begitu tv dinyalakan, kedua matanya melebar melihat berita live yang sedang ditayangkan. "Fia! Lihat ini."

Mendengar panggilan Puchi, Fia segera mendekatinya dan seketika ia berteriak. "Beby! Shania!"


...

Rachel sedang berada di rumah Vanka, duduk di sofa dengan mata fokus menonton berita di televisi. Tiba-tiba Vanka datang dari belakang dan langsung memeluk leher Rachel, membuatnya sedikit terkejut. "Bikin kaget saja." keluh Rachel. Vanka membalas dengan tersenyum.

"Nonton apa sih, serius banget?" Tanya Vanka lembut.

"Hanya menonton berita."

"Menonton berita itu membosankan, sayang ... Kenapa kita tidak melakukan sesuatu yang lebih ... menghibur .." Vanka mengatakannya dengan suara yang paling menggoda, ditambah ia menggigit telinga Rachel lembut.

"Ah .. C-cil ..." Rachel mengerang dengan tindakan Vanka yang terus menerus menggigit lembut dan menjilat lehernya. Vanka kemudian naik ke atas sofa dan mendorong Rachel ke bawah, lalu mengurungnya. Senyum Vanka semakin melebar melihat Rachel sudah terengah-engah hanya karena gigitan dan jilatannya.

"Masih sensitif di telinga? Aku selalu suka melihat wajah terangsangmu.. " Ucap Vanka menggoda.

"Jangan memancingku ..."

Vanka melebar kan senyumnya "Oh, ya? Coba saja ..." usai mengatakannya Vanka kemudian menunduk dan mulai menggigiti telinga Rachel lagi, namun kali ini sedikit lebih kasar dari sebelumnya, membuat Rachel mengerang lebih keras. Vanka kemudian mulai menggeser lidahnya ke leher Rachel, menggigit dan menjilatnya lembut. Berkali-kali lidah Vanka berpindah dari leher dan telinga Rachel, di akhiri dengan gigitan lembut yang membuat Rachel mengerang keras, tidak mampu menahan suaranya lagi.

Vanka kemudian mengambil jarak dari Rachel. "Desahanmu sangat seksi, sayang .."

Tanpa berkata apapun, Rachel menarik wajah Vanka untuk saling mengulum bibir masing-masing. Rachel tampaknya sudah terlalu terangsang karena ulah Vanka sebelumnya, hingga ia tidak ingin mengakhiri pagutannya. Bahkan setelah berciuman cukup lama, mereka tidak ada yang ingin memisahkan diri satu sama lain untuk menghirup udara. Ketika Vanka memaksakan dirinya untuk menjauh dari Rachel karena kehabisan udara, dalam hitungan detik Rachel kembali menarik Vanka untuk terus mencium nya. Lidahnya terus menjelajahi mulut Vanka, tangannya menahan belakang kepala Vanka hingga tidak mampu memisahkan dirinya. Rachel menggeser salah satu tangannya masuk ke dalam kaos yang dipakai Vanka dan mulai membelai seluruh tempat hingga ke dada Vanka. Sensasi saat tangan Rachel membelai kulitnya, membuat Vanka mulai terengah-engah dan mengerang keras. Karena mereka sedang berciuman, erangan Vanka pun terdengar teredam. Mendengar erangan teredam dari Vanka membuat Rachel lebih semangat untuk menjelajahkan lidahnya lebih dalam ke dalam mulut Vanka.

The HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang