Orc

278 27 2
                                    


Beby menahan serangan gada orc, namun kekuatan orc mampu membuat Beby sedikit terdorong mundur. Beby melepas pertahanannya dan melompat sambil mengayunkan sabitnya, menciptakan gelombang energi yang langsung mengenai orc. Asap tebal menutupi orc itu.

Beberapa saat Beby menunggu, tiba-tiba orc itu keluar dari kepulan asap dan melompat kearah Beby sambil mengayunkan gada nya. Beby tersentak kaget melihat orc tampak tidak terluka sama sekali. Beby kembali mengirimkan 2 gelombang energi yang membuat orc itu terdorong mundur.

"Beby! Kulit orc itu sangat tebal. Tidak akan mudah terluka hanya dengan serangan energi. Yang paling efektif hanya dengan serangan senjata tajam secara langsung!" teriak Shania yang tengah sibuk membuka sebuah plastik berisi makanan berbentuk bulat-bulat kecil yang dilumuri dengan saos merah. Shania lalu menusuk satu buah dengan penusuk kecil ditangannya kemudian memasukan kedalam mulut.

Beby tampak tercengang melihat hal yang dilakukan Shania. Sambil menghindari serangan orc, Beby berteriak pada Shania.

"Sejak kapan Caniya membelinya? "

"Saat kamu ke toilet."

"Eh? Tidak adil. Aku juga mau ciloknya. Sisakan aku!" rengek Beby. Shania terus memakan cilok ditangannya dengan acuh.


Ayunan gada orc membuat Beby melompat jauh ke belakang, ia mendarat di salah satu batang pohon dan menjadikannya pijakan untuk meluncur cepat kearah Orc sambil menyiapkan sabitnya untuk menyerang. Sabit Beby dan gada orc kembali bertemu, menghasilkan gelombang angin yang menyapu daerah sekitar mereka. Beby menarik sabitnya dan mengayunkannya sekali lagi, namun bisa dihentikan dengan mudah oleh orc bahkan hanya dengan satu tangan kiri menahan gagang sabit Beby. Orc itu menyeringai penuh kemenangan sambil mengangkat gada di tangan kanannya. Tanpa terduga Beby justru tersenyum, disusul Beby menarik sabitnya mengarahkan sisi tajam sabit miliknya menuju leher belakang orc.

Orc yang menyadari maksud serangan Beby, segera memutar tubuhnya mengayunkan gada nya untuk menangkis serangan Beby kemudian melompat menjauh. Namun gerakannya sedikit terlambat hingga bahu kirinya sempat tergores sabit Beby. Orc itu meraung kesakitan dan segera membalas dengan serangan bertubi-tubi, memaksa Beby untuk terus menghindar. Beby yang kewalahan akhirnya terkena sarangan orc, melemparkannya menabrak pohon.

Beby mengeluh sakit memegangi perutnya yang terkena gada orc, kemudian ia berteriak "Caniya!! Ayo dong, bantu aku!"


Shania menghela nafas keras mendengar teriakan Beby. Setelah satu suapan cilok terakhir, ia membuang plastik ditangannya kemudian mulai berdiri sambil meneguk air minumnya.

"Kamu ini terlalu banyak bermain-main, Beby. Melawan satu ekor orc saja lama sekali." Shania melangkah maju sambil mengeluarkan katana nya. Beby mengabaikan omelan Shania dan justru berlari menuju tas Shania dan membongkarnya. Sementara Shania mulai melompat menyerang.

Trank Trank trank

Suara benturan katana perak dan gada besi menggema memenuhi hutan itu ketika Shania dan orc saling menyerang dan bertahan. Orc itu mampu mengikuti semua serangan Shania yang sangat cepat, namun tentu saja tidak semuanya. Beberapa kali katana Shania berhasil meninggalkan goresan luka di tubuh orc yang semakin lama semakin tersudutkan. Jika berdasarkan kekuatan, Beby memang lebih unggul dari pada Shania, karena Beby bukan manusia. Tapi jika soal kemampuan bertempur, Shania jauh lebih unggul, apalagi Beby memang bukan spesialis pertarungan jarak dekat. Serangan kombinasi mereka, Beby menyerang dengan gelombang energinya sementara Shania yang mengeksekusi lawan dengan katana dan pistolnya.


Pertarungan Shania dan orc bisa dibilang cukup sengit. Meski sudah banyak mendapatkan luka, orc masih mampu menahan serangan Shania bahkan menyerang balik. Shania melompat menjauh dan terengah-engah. "Aku tidak mengerti. Bagaimana bisa orc memiliki kemampuan seperti ini?!"

The HunterWhere stories live. Discover now