Partner, teman dan kekasih

291 26 2
                                    

Semua orang di dunia yang menonton berita menahan napas mereka saat melihat Shania menusukkan pedang cahaya suci pada Beby dari belakang. Shania lalu menarik pedangnya lepas dari punggung Beby, membuatnya kembali batuk darah. Beby meraih dadanya yang terluka dan langsung jatuh berlutut. Api di lengan dan kakinya memudar serta sisik, tanduk dan ekornya terbakar menjadi abu dan menghilang. Rambutnya kembali menjadi hitam, dan akhirnya menggulingkan tubuhnya ke samping. Sebelum benar-benar mencapai tanah, Shania segera menangkapnya dan memeluknya. Cahaya dari pedang suci menghilang juga karena itu hanya untuk di gunakan satu kali saja. Kini Beby sudah benar-benar kembali menjadi Beby yang sesungguhnya.

"H-Hei, Beby ... Bagaimana perasaanmu?" Tanya Shania dengan suara gemetar dan mata berkaca-kaca.

"T-tidak ... B-baik ... I-ini ... Sangat menyakitkan ...." Beby menjawab dengan nada lemah sebelum batuk darah sekali lagi, membuat air mata mulai mengalir di pipi Shania.

Melihat itu, dengan lemah Beby mendekatkan tangannya ke wajah Shania dan menyeka air matanya. "K-kenapa .. K-kamu .. M-menangis ...?"

Shania diam dan menggigit bagian bawah bibirnya untuk membendung air matanya. Beby kemudian melanjutkan. "A-Apa ada yang ... Terluka ..?"

Shania menggeleng cepat sebelum menjawab, "Tidak, Beby. Kamu sangat baik .. Kamu mengirim orang-orang ke tempat yang aman. Bahkan sampai saat-saat terakhir, kamu tidak pernah berpikir untuk menyakiti manusia satu pun. "

"A-aku .. Sangat senang .. mendengarnya .." Beby kemudian menunjukkan senyum lemahnya.

"Kamu sengaja memancingku! Kamu memaksaku untuk membunuhmu! Kenapa, Beby!? Kenapa kamu harus melakukan ini!? Kenapa kamu harus menempatkanku dalam posisi sesulit itu!? " Ucap Shania berteriak keras.

"Aku ... harus, Caniya ... aku ... maaf .. aku ... sedikit egois .." Beby terbatuk lagi. Shania tetap diam.

"Aku ... takut pada akhirnya .. Berakhir ... membunuhmu juga ..." Beby kemudian mengangkat tangannya dan membelai wajah Shania sebelum melanjutkan. "Aku ... mencintaimu, Caniya ... Aku tidak ingin hidup ... jika pada akhirnya ... membunuh ... Kamu ..."

"T-Tapi aku ... Sekarang .. Senang .. Kamu akan .. aman ... mulai dari.. sekarang .. Caniya .." Beby berkata dengan sangat lemah.

Shania langsung menggeleng. "Tidak, Beby!"

Tiba-tiba, air mata membasahi wajah Beby. "Aku-aku takut ... Caniya ..."

"A-Apa yang kamu takutkan?" Tanya Shania dengan suara gemetar.

"A-aku takut tidak lagi ... Bisa ... Melihat senyummu..."

Shania lalu memeluk Beby erat. "Tidak, Beby! Kamu tidak akan mati! Berhentilah mengatakan hal seperti itu! "

"Menurutmu ... Apa aku ... Akan pergi ke surga ... atau neraka?"

"Kamu tidak akan pergi ke mana pun, Beby! Kamu akan tetap tinggal di sini bersama ku! KAMU AKAN TETAP DI SINI!" teriak Shania.

Beby pun menunjukkan senyum lemahnya. "Mungkin aku akan ... bisa melihat leluhurmu ... aku bisa mendapatkan tanda tangan darinya ... "

Shania menggeleng keras lagi. "Tidak! Aku tidak akan membiarkanmu! Aku tidak akan membiarkanmu !!! Kamu dengar aku?! "

Beby batuk lagi sebelum bertanya, "A-Apa kamu ... Mencintaiku .. Caniya ..?"

Shania mengangguk cepat. "Ya, Beby! Aku sangat mencintaimu! Aku menyesal sudah memendam perasaan ini! Aku sudah mencintaimu sejak lama! "

"Aku ... Sungguh .. Bahagia, Caniya ..." Beby tersenyum lemah.

"Pertanyaan .. Terakhir, Caniya .. Jika aku ... hidup, apa kamu .. Mau menjadi pacar ............" Beby tidak bisa menyelesaikan kalimat terakhir begitu ia menghembuskan nafas terakhirnya di rengkuhan lengan Shania. Matanya perlahan menutup.

The HunterWhere stories live. Discover now