Kesepakatan dengan iblis

173 21 1
                                    

"Kau tidak akan mampu menahanku lebih lama lagi .. Aku akan segera mengambil alih tubuhmu sepenuhnya .." Sebuah suara bergema di kepala Beby, tapi tidak seperti sebelumnya, Beby tidak merasa sakit di kepalanya sama sekali. Beby berjalan ke depan cermin dan melihat masih ada beberapa sisik hitam sisa dari bentuk iblisnya di daerah leher dan juga lengan. Dia kemudian duduk di tempat tidur, menundukan kepala menyesali semua yang telah terjadi di hutan sebelumnya.

"Beby. Ayo kita pergi. Mereka menung .. gu .." Shania yang datang ke kamar Beby, menemukannya sedang menangis sendirian di tempat tidur. Melihat itu, Shania segera duduk di samping Beby dan membelai rambutnya.

"Beby, ada apa?" Tanya Shania lembut. Beby tetap diam, berpaling dari Shania dan terus menangis.

"Ayolah, Beb .. Jangan seperti ini." Shania coba menghibur Beby sekali lagi.

Beby akhirnya angkat bicara, tapi dengan suara gemetar dan lirih. "Aku bodoh ... Aku benar-benar seorang pengacau."

"Beby, itu bukan salahmu." Ucap Shania.

Beby segera menjawab dengan tatapan tajam pada Shania dan berteriak, "Bagaimana bisa ini bukan salahku!? Aku hampir membunuh teman-temanku! Dirimu! Aku sudah dua kali hampir membunuhmu Shania! Aku selalu saja berpikir satu - satunya cara terakhir adalah dengan menggunakan mode iblis. Tapi pada akhirnya, aku bukannya membantu, tapi malah melukai kalian semua. "

Shania terdiam membiarkan Beby mengeluarkan semua keluh kesahnya tanpa berusaha memotongnya. Ia tahu saat ini Beby sedang dalam mode sangat serius, karena sangat jarang Beby memanggilnya dengan nama asli.

"Beby .. Kamu terpaksa menggunakan mode iblis karena aku yang terlalu lemah. Aku, helsing, kami semua terlalu tergantung padamu. Itu adalah kesalahan kami. " jelas Shania.

Beby diam sejenak sebelum melanjutkan, "Kenapa aku harus dilahirkan seperti ini, Caniya? Kenapa aku harus memiliki seorang ayah iblis dan ibu malaikat!? Kenapa aku tidak dilahirkan sebagai iblis saja!? Setidaknya aku bisa memiliki pikiran normal jika aku dilahirkan sebagai iblis. Memiliki dua jiwa yang berbeda dalam satu tubuh terlalu sulit untuk kutangani. Aku hanya bisa mengendalikan jiwa malaikatku. Meskipun begitu, para malaikat tidak menerimaku. Para malaikat tahu suatu saat aku pasti akan berubah menjadi iblis. Hanya iblis yang akan menerimaku."

Shania tetap diam mendengar pernyataan Beby, karena ia pun tidak tahu harus berkata apa. Beby kemudian menatap Shania, "Mungkin aku harus pergi menjauh darimu, Caniya. Aku takut suatu saat nanti aku akan menyakitimu lagi. "

Shania membelai wajah samping Beby. "Aku tahu kamu tidak akan melakukannya, Beb. Kamu harus melawannya. "

Beby menggeleng dan menarik kerah bajunya, menunjukkan sisik-sisik hitam di lehernya pada Shania. "Kamu lihat ini? Iblis dalam diriku sudah perlahan-lahan mengambil alih tubuhku. Bahkan ketika iblis itu muncul di kepalaku, aku tidak merasakan sakit lagi. Tubuhku sudah beradaptasi dengan jiwa iblis dan jiwa Malaikat dalam diriku melemah. Pada saat iblis benar-benar mengambil alih tubuhku, semua akan terlambat. Aku akan kehilangan kewarasanku secara permanen. Aku terlalu berbahaya berada di sekitar orang lain. "


"Apakah ada yang bisa aku lakukan?" tanya Shania.

...

Di sebuah kedai kopi dekat markas Helsing

"Hei, sepertinya ada yang baru saja resmi berpacaran, nih?" Ucapan Jinan mengarahkan perhatian tiga orang lain untuk melihat Puchi dan Fia yang duduk bersama, saling bertatap mesra dan berpegangan tangan. Keduanya tersenyum malu melihat kedatangan teman-temannya.

"Wah, bagaimana ceritanya. Beritahu kami." Rachel yang pertama duduk dihadapan mereka, berseru dengan tatapan penasarannya, kemudian yang lain ikut duduk di bangku lain. Puchi dan Fia saling pandang dan tersenyum sebelum menjawab.

The HunterOnde as histórias ganham vida. Descobre agora