Amukan Beby

200 21 2
                                    

Stefy melangkah sedikit menjauh dari Shania. Di mainkan tombak miliknya membentuk huruf S dari bawah ke atas, lalu mengarahkannya ujungnya keatas, kemudian ia berucap keras. "Thunder Sickle : Sabertooth!"

Sama seperti Puchi, senjata milik Stefy yang tadinya hanya berupa tombak bergagang pendek dengan sebuah rantai menyambung di ujungnya, kini berubah menjadi sabit kecil, gagangnya terbagi dua dengan rantai sebagai penghubungnya.

Sama seperti Puchi, senjata milik Stefy yang tadinya hanya berupa tombak bergagang pendek dengan sebuah rantai menyambung di ujungnya, kini berubah menjadi sabit kecil, gagangnya terbagi dua dengan rantai sebagai penghubungnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jika api tidak mempan, bagaimana dengan listrik." Dengan memegang pada rantainya, Stefy memutar-mutar sabitnya terus menerus hingga perlahan mulai muncul percikan listrik dari sabit itu, kemudian dilemparkan sabit itu kearah Beby. Terlihat percikan listrik sepanjang arah laju sabit milik Stefy. Beby masih seperti sebelumnya, diam. Dengan sangat mudah Beby menampik sabit berlistrik itu dengan tangan kanan hingga berbelok arah. Stefy tidak tinggal diam, tangannya dengan cepat memainkan rantai yang terhubung dengan sabitnya dan menariknya, sabit itu berbalik arah kemudian melilit tangan kanan Beby. Tangan Beby yang lain segera mencengkeram rantai itu berusaha untuk melepasnya, tapi tidak berhasil. Tidak seperti sebelumnya, rantai itu kini lebih kuat dan juga dialiri listrik yang membuat ekspresi wajah Beby berubah. Terlihat meringis menahan sakit, tapi tanpa suara.

Memanfaatkan kesempatan, Shania dan Puchi ikut menyerang. Beby menggeram melihat pergerakan mereka, lalu dengan kuat menarik rantai yang melilit tangannya, menarik serta Stefy bersamanya. Beby lalu mengayunkannya hingga Stefy terlempar menabrak Shania yang sedang berlari. Keduanya terlempar dan ikatan rantai ditangannya terlepas. Beby lalu mengirimkan gelomban energi hitam kearah Puchi yang segera ditahan dengan kedua pedang apinya, tapi tetap membuatnya terlempar kearah Shania dan Stefy.

"Bagaimana cara kita bertahan melawannya, jika senjata-senjata terbaik buatan ketua tidak mempan padanya. Kita bisa lebih dulu mati sebelum ketua sampai disini." keluh Puchi yang terengah-engah dan mengerang kesakitan. Keduanya temannya pun tidak jauh berbeda. Hanya saja Puchi terlihat terluka lebih parah setelah dua kali menerima serangan kuat dari Beby.


Di tempat Vanka dan Rachel, Vanka terlihat begitu khawatir melihat teman-temannya begitu kesulitan melawan Beby. Rachel tidak jauh berbeda, ia mengerang kesal dan meremas kepalanya dengan kedua tangan.

"Bagaimana ini, Hel? Apa kamu tidak memiliki sesuatu untuk membantu mereka?" Vanka mengguncang lengan Rachel keras.

"Aduuhh .. Aku tidak tahu, Cil. Tidak seperti ka Melody, aku hanya bisa membuat senjata api dan peralatan pembantu saja. Apalagi semua senjata di helsing terbuat dari perak, yang hanya efektif untuk melawan supernatural lain, selain iblis. Hanya senjata suci yang mempan pada iblis."

Setelah kata-kata terakhir yang terucap oleh nya, Rachel tiba-tiba melebarkan kedua matanya dan menatap Vanka dengan mulut terbuka, hal itu membuatnya kebingungan melihat tingkah Rachel. "Ada apa?"

"Ada satu cara untuk melawannya!" seru Rachel singkat. Vanka hanya menatap bingung pada Rachel yang segera berlari menuju tas ranselnya, lalu membongkar isinya untuk mencari sesuatu. Tidak berselang lama Rachel menunjukan sebuah kotak persegi panjang padanya. Vanka menaikkan alisnya bingung, sementara Rachel tersenyum.

The HunterWhere stories live. Discover now