Jangan Perkosa Aku, Mas!

416 24 2
                                    

Aku perempuan berusia dua puluh lima tahun yang baru saja melahirkan beberapa hari lalu. Seharusnya aku hanya sedang fokus mengurus bayi. Namun, nyatanya tidak. Aku terkapar di sini. Terisak. Menahan sakit. Pedih di area kemaluan, juga di hati.

Darah segar berlumuran membasahi daster hingga seprai putih di ranjang ini. Aku tak berdaya. Hanya mampu pasrah ketika suamiku meminta haknya sebagai seorang suami--menyetubuhiku. Aku tak boleh menolak, karena dia beralasan bahwa kewajiban istri adalah melayani napsu syahwat suami.

Aku sempat menolak, bahkan hingga memohon, tetapi dia justru semakin beringas. Seolah menikmati ketakutanku.

Ini ke sekian kalinya. Dulu, ketika baru saja melahirkan anak pertama, dia pun melakukan hal yang sama. Tak peduli bagaimana sakit yang kurasakan ketika kemaluannya menyentuh, hingga mengoyak jahitan yang masih basah. Bagai monster ganas yang hanya memikirkan kenikmatannya sendiri, dia mengabaikan air mataku.

Ketika napsunya tak terbendung, dia mulai memaksa, aku pun memohon, 'Mas, sakit. Jangan perkosa aku!'

Namun, dia tak mengentikannya. Bahkan semakin liar menyiksaku. Hingga air mani menyatu dengan darah, dia baru menghentikannya.

Aku sempat mengeluhkan hal ini kepada keluarga. Namun, mereka hanya menyuruhku bersabar, dan mengingatkan, 'Terima saja, melayani suami memang kewajiban seorang istri'

Pedih rasanya ketika derita yang kupendam tak ada yang mau memahaminya. Terkadang aku berandai, bila saja ada kekuatan hukum yang dapat menjerat perilaku semena-mena seorang suami yang bersembunyi di balik kalimat 'kewajiban istri melayani napsu syahwat suami' mungkin aku akan berani melaporkannya, tapi mungkin juga tak perlu lapor. Bisa jadi para pria akan menjadi takut melakukannya. Karena bila mereka melakukan tindakan itu, ada pasal yang dapat menjerat perilaku kejinya.

Ya, seandainya saja ada perlindungan semacam itu bagi perempuan. Seandainya ....

Note :

- Based on true story--curhatan narasumber yang meminta dirahasiakan.

- Btw, kata perkosa, selangkangan, kelamin, kemaluan, menyetubuhi, nafsu, syahwat, mani di cerita ini masuk kategori vulgar ga? 😂

Versi Momo >> Batasan vulgar bagi tiap individu itu berbeda. Tergantung keseluruhan isi cerita ... 😉

Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now