Bukan Sepenuhnya Salah Ibu

229 15 0
                                    

Lewat tengah malam, suara derap langkah kaki menggema di lorong sebuah rumah sakit. Seorang ibu muda berlari sambil menggendong bocah berusia sekitar dua tahun. Ia menghampiri perawat yang saat itu sedang berdiri di depan pintu UGD.

"Suster ... tolong! Anak saya kejang, tolooong." Kepanikan terpancar di wajahnya.

"Iya, Bu. Sini tidurkan di ranjang dulu." Suster mengarahkan.

"Kenapa anak saya ini? Tolong." Air matanya mulai menetes.

Bocah berusia sekitar dua tahun terkulai lemas di atas ranjang. Kulit tubuh memanas. Wajahnya pucat hingga hampir membiru.

"Tunggu sebentar, ya. Saya panggil dokter dulu."

Tak lama kemudian, suster kembali hadir di ruangan bersama seorang dokter pria. Tanpa membuang waktu, dokter tersebut mulai memeriksa keadaan si bocah.

"Sejak kapan begini?" tanya dokter.

Masih disertai kepanikan, sang ibu menjawab, "Si-siang tadi dia udah mengeluh ga enak badan."

Dokter memegang telapak tangan si bocah. Terasa kaku dan tampak guratan keriput. Sekilas ia melirik ke arah sang ibu.

"Dia habis main sesuatu yang dilarang?" Kembali dokter bertanya.

"Maksudnya?" tanya sang ibu bingung.

"Main air terlalu lama misalnya." Dokter memperjelas.

"I-itu," jawab ibu tergagap, "Main juga."

"Main juga?" Dokter menatap heran.

"Ah, enggak. Maksud saya, main tadi siang." Tiba-tiba kebingungan terpancar dari wajah sang ibu.

"Oo ... begitu."

"Gimana anak saya ini? Apa bisa selamat?"

"Kita bicara di ruangan saya, ya. Biar anaknya istirahat dulu di sini."

Dokter meminta sang ibu mengikutinya keluar dari UGD. Tiba di ruang pribadi, dokter muda itu kembali melontarkan beberapa pertanyaan sambil membuka-buka berkas.

"Anak ibu ada penyakit lain? Di catatan kami, Bimo ini beberapa kali dirawat inap."

"Iya, anak saya ada penyakit. Dia ada masalah di lambung, sering sakit perut. Otaknya pun ada masalah tumbuh kembang."

"Hmm ...."

"Dokter, suami saya tinggal di luar kota. Boleh minta hubungi suami saya? Supaya dia pulang."

Dokter melirik. "Tidak ibu hubungi sendiri?"

"Sudah, tapi kalau dokter yang bilang kondisi anak saya, mungkin dia akan lebih cepat datang."

"Maksudnya?" tanya dokter bingung.

"Kadang ucapan saya tidak didengarkan, dia terlalu sibuk."

"Hmm ... baiklah."

***

Ini bukan pertama kali sang ibu membawa putra semata wayangnya ke rumah sakit di malam hari. Berbagai kondisi pesakitan Bimo begitu membuat panik tidak hanya dirinya, tetapi juga para perawat yang mulai hapal.

Kunjungan kali ini tak seperti biasanya. Dokter tak memberikan resep, bahkan tidak menyampaikan wejangan kesehatan apa pun. Seolah tak ada masalah serius pada diri pasien kecil itu.
Saat sang ibu hendak meninggalkan rumah sakit, pria muda berseragam serba putih itu mengikuti hingga ke parkiran. Ia tak henti mengamati si bocah yang tampak kuyu, bibirnya masih membiru.

Bocah yang berada dalam dekapan ibunya pun menatap balik. Matanya sendu, seolah tersirat sesuatu. Dokter tersenyum padanya dan melambaikan tangan. Namun, ia tak bereaksi.

Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now