Aku Mencintai Orang yang Sama Dengan yang Ayah Cintai

220 13 0
                                    

Di malam yang diselimuti hujan, tanpa sengaja aku menemukan Ayah tengah memadu kasih dengan seorang perempuan. Mereka berdekapan, saling membelai, yang dilanjutkan dengan cumbuan. Perempuan yang tak ditutupi sehelai benang pun itu bergerak erotis di pangkuan Ayah. Jari jemari nakal Ayah bergerilnya ke segala sisi pada tiap lekuk tubuh perempuan itu. Mereka terlihat begitu saling menikmati.

Bukan hanya sekali, dua kali, tetapi sering. Aku tidak menegur apa yang mereka lakukan. Lebih memilih mengamati secara sembunyi-sembunyi.

Terkadang aku menginap di rumah perempuan yang tidak lain adalah sahabat Ibu. Awalnya, Tante Kenanga memang teman Ibu. Namun, setelah bertahun-tahun terjalin hubungan baik, Ayah serta seluruh keluarga menganggapnya bagai saudara. Komunikasi selalu terjalin dengan baik. Kami juga sering berlibur bersama. Tante Kenangan bahkan yang mengurus segala keperluan kuliahku.

Aku memang kuliah dan kost di kota tempat tinggal Tante Kenanga. Ayah sering berkunjung. Beralasan tidak nyaman menginap di kamar kost yang hanya terdiri satu ruangan, Ayah sering bermalam di rumah Tante Kenanga.

Tak tahu hubungan apa yang terjalin antara Ayah dan Tante Kenanga. Namun, yang jelas, hubungan itu lebih dari sekadar teman. Beruntungnya mereka, sampai saat ini Ibu belum juga tahu.

Entah mengapa, meski mengetahui ada sesuatu antara Ayah dan Tante Kenanga, aku tak ingin buka mulut. Aku masih menerka-nerka perasaan apa yang sebenarnya ada di hati ini. Dalam diam, aku sering membayangkan tiap lekuk tubuh Tante Kenanga ketika sedang memadu kasih dengan Ayah. Terkadang bahkan aku membayangkan berada di posisi Ayah.

Suatu hari, aku berkunjung ke rumah Tante Kenanga. Sama seperti biasanya, dia terlihat cantik dan begitu ramah. Usianya memang baru tiga puluhan. Mungkin bila jalan bersamaku, tak akan ada yang mengira bahwa dia lebih berumur, karena parasnya memang awet muda.

Tante Kenangan selalu memperlakukanku seperti kepada anaknya sendiri. Seperti saat ini, aku mengeluh sakit kepala, dia pun memberi obat dan pijatan-pijatan lembut pada beberapa titik. Sebenarnya sebelum-sebelumnya aku biasa menerima perlakuan ini. Namun, saat ini, mungkin hormon kelelakianku telah berkembang. Ditambah beberapa kali melihat dengan mata kepala sendiri Tante Kenanga yang tanpa busana. Aku pun berdebar-debar. Sentuhan-sentuhan Tante Kenanga seolah menimbulkan gairah. Hingga entah setan apa yang merasuki, aku menarik dan mencium Tante Kenanga.

Tante Kenanga pun terkejut. Dia mendadak menghindar. "Arkan! Apa-apaan kamu?!"

Antara tegang, takut, tetapi juga ingin sekali melanjutkan apa yang kuperbuat pada Tante Kenanga. Melihatnya marah-marah, aku justru terpaku pada bibir tipisnya yang memesona. Rasanya ingin kulumat pada saat itu juga.

Tante Kenanga memutar tubuhnya, dia hendak pergi. Namun, lagi-lagi, rasanya ada sesuatu yang begitu mendorong keinginan untuk memeluknya. Dengan paksa, aku kembali menarikinya. Kini dia ada dalam dekapanku.

"Arkan! Lepas! Kamu kenapa, sih?!" Tante Kenanga terus meronta.

Tak kuhiraukan segala perintah, serta amarahnya. Bahkan hingga dia meneteskan air mata, aku terus menjalankan aksi. Mencumbui beberapa bagian tubuhnya sesuka hati. Tubuh Tante Kenanga yang jauh lebih mungil dariku begitu mudah ditaklukan. Teriakan dan tangisan yang semula menggaduhkan ruangan, perlahan meredup. Kini tertutup dengan desah-desah kepuasan dariku. Air mata tak henti mengalir di pipi Tante Kenanga. Dia begitu pasrah dinodai oleh anak dari kekasihnya sendiri.

Sejak kejadian itu, Tante Kenanga menghindariku. Namun, sepertinya dia tidak melaporkan ke siapa pun. Termasuk ke Ayah. Sikap Ayah masih biasa saja. Seperti tidak tahu menahu. Merasa aman dari pengaduan, ketika ada kesempatan, aku mencoba kembali menyalurkan hasrat kepada Tante Kenanga. Sama seperti sebelumnya, dia menolak dan berontak, bahkan mengancam akan mengadukan. Napsu yang sudah memenuhi kepalaku tak dapat dihentikan. Aku tetap menjalankan aksi.

Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now