Kursi Pelaminan

186 18 1
                                    

Mala dan Mila, gadis kembar berparas sama cantik. Namun, tidak dengan yang ada di hati. Keduanya begitu bertolak belakang dari segi sifat. Mala merupakan gadis ramah dan terbiasa mengalah, sedangkan Mila selalu iri dengki dan mau menang sendiri.

Suatu hari, seorang pengusaha kaya datang ke desa tempat mereka tinggal. Pria tampan berpenampilan menawan itu berniat mempersunting salah seorang gadis di desa ini. Sama seperti orang tua dari penduduk lainnya, ayah Mala dan Mila juga menawarkan agar salah satu dari putri kembarnya dinikahi oleh pria tersebut.

Sudah puluhan gadis dikunjungi Bara, sang pengusaha kaya. Namun, tak satu pun mampu mencuri hatinya. Dia sama sekali tidak ada minat menikahi gadis-gadis yang telah ditawarkan.

Bara hampir saja mengurungkan niatnya memperistri salah seorang gadis dari desa ini, karena yang telah ditemuinya, semua di luar harapan. Hingga ayah Mala dan Mila--yang belum mendapat kesempatan dikunjungi--memohon agar dia mau menemui putri kembarnya.

"Dek Bara, kedua putri saya merupakan kembang desa ini. Coba ditemui dulu. Siapa tau tertarik," bujuk ayah Mala dan Mila.

"Ah, saya udah liat sebagian besar gadis di desa ini. Ga ada yang menarik. Ga ada yang cantik. Putri Bapak juga pasti sama aja." Bara menolak.

Salah seorang ajudannya berbisik, "Bos, anak-anak Bapak ini memang cantik-cantik. Saya udah liat kemarin."

Bara memastikan, "Apa iya?"

"Iya, bener, Bos. Apa salahnya dicoba." Ajudannya menyarankan.

"Hmm ... ya, udah. Coba liat dulu."

Bara bersama ayah Mala dan Mila pun menuju rumah sederhana yang terletak di tepian sungai.

Tiba di lokasi, terlihat Mala dan Mila yang baru saja selesai mencuci pakaian dari sungai. Mereka hanya mengenakan kain jarik  yang menutupi bagian dada hingga lutut. Terpampang jelas lekuk tubuh sintal yang dibalut kulit putih mulus. Tak kalah menarik, mata, hidung, bibir yang terpadu sempurna membuat indra penglihatan Bara enggan berkedip.

"Wah, cantiknya .... Bahenol pula," ucap Bara, takjub.

Mala terlihat malu-malu. Dia menundukkan kepala. Hanya sesekali melirik ke arah Bara yang tak henti menatap dirinya dan saudara kembarnya secara bergantian.

Beda dengan Mala yang mulai merasa risih diperhatikan dengan sorot mata nakal oleh Bara, Mila justru agresif. Dia melepaskan gelung pada rambutnya. Gadis bertubuh molek itu seolah ingin menambah pesona keseksian dengan mengibaskan rambutnya yang basah, lalu menampilkan ekspresi genit. Sesekali dia menggigit bibirnya sendiri sambil menatap Bara.

"Kedua putri Bapak sama-sama cantik dan sexi. Saya jadi bingung mau pilih yang mana." Bara terlihat bimbang.

Ayah Mala dan Mila menyentuh bahu Bara. "Dipikir-pikir dulu aja. Saya merestui Dek Bara mau mempersunting Mala maupun Mila."

Bara meminta waktu untuk berpikir.

Satu Minggu kemudian, Bara kembali dengan membawa keputusan. Dia mengaku kepada ayah Mala dan Mila bahwa dirinya telah berpikir masak-masak untuk menentukan siapa yang akan dipersuntingnya.

Bara masih berbincang dengan sang ayah di ruang tamu. Di belakang, Mala dan Mila menunggu keputusan. Beda dengan Mila yang menyengajakan diri berdandan, Mala justru lebih asik membantu ibunya membuat kue hingga tangan dan wajahnya kotor.

"Mala, udah sana mandi. Dandan dulu. Masa mau nemuin calon suami kotor begitu." Ibunya memerintah.

"Entar, Bu. Tanggung. Lagian juga belum tentu Mala yang dipilih." Gadis itu berkata dengan suaranya yang lembut sambil terus melanjutkan aktivitasnya.

"Pasti Mila yang dipilih. Meskipun kita kembar, jelas aku yang lebih menarik," ucap Mila sombong.

Mala hanya membalas dengan senyuman.

Tak lama kemudian, Mala dan Mila dipanggil oleh ayah mereka. Keduanya pun segera menuju ruang tamu. Kembali berhadapan dengan Bara, sang pengusaha tampan yang juga dikenal sebagai seorang jutawan.

Tidak banyak berbasa-basi, Bara memandang Mala dengan begitu sumringah. Dia mengatakan, "Saya pilih Mala, karena dia terlihat lebih keibuan. Pasti bisa mengurus anak-anak saya nantinya dengan baik."

Mila terkejut. Dia tak menyangka kepercayaan diri yang diusung sejak tadi, seketika dijatuhkan. Gadis itu mulai marah.

"Kenapa ga pilih saya?! Saya lebih sexi. Saya pasti bisa lebih memuaskan kamu!" Mila tak terima dengan keputusan Bara.

"Kamu memang sexi dan menarik, tapi saya mencari istri. Mencari ibu buat anak-anak saya. Bukan sekadar wanita yang hanya dinikmati sesaat." Bara berkata dengan tegas.

Mila berlari keluar ruangan. Air mata mulai membanjiri pipi mulusnya. Hati yang semula begitu berbunga-bunga kini patah. Seolah ada petir yang menyengat. Panas dan pedih.

Masih tak ikhlas dengan keputusan Bara, di hari pernikahan, Mila mendatangi Mala. Dia memohon agar dapat menggantikan posisi Mala yang beberapa saat lagi akan dinikahi oleh Bara.

"Mala, kamu kan ga ingin segera menikah. Aku juga tau kamu cinta sama Mas Fatih si tukang gembala kambing itu. Kamu biarin aku yang nikah sama Mas Bara. Aku gantiin posisi kamu, ya?" pinta Mila.

"Ta-tapi kalo ketahuan gimana?" Mala tampak bingung.

"Ga akan ketauan. Nanti abis nikah kan dibawa sama Mas Bara ke kota. Di sana aku pura-pura jadi kamu." Mila terus berusaha membujuk.

"Aku sebenernya mau-mau aja digantiin. Iya, aku cinta sama Mas Fatih, tapi kalo Bapak sama Ibu tau gimana? Mereka pasti kecewa." Dilema berkecamuk di hati Mala.

"Bapak sama Ibu ga akan marah. Lagian juga, dari awal mereka ikhlas siapa pun yang dipilih Mas Bara."

Sejenak berpikir, akhirnya Mala menyetujui posisinya digantikan oleh Mala tanpa diketahui siapa pun. Akad nikah dan resepsi berjalan lancar. Begitu pula malam pertama. Bara tak menyadari bahwa yang dinikahi dan ditiduri bukanlah wanita pilihannya.

***

Usai pernikahan, Mila yang menyamar menjadi Mala dibawa ke kota. Kehidupan bak ratu yang diidamkannya karena telah menikahi pria kaya raya menari-nari di benak.

Tiba di istana megah milik Bara, Mila tak henti terkagum. Dia tidak sabar ingin segera menikmati harta kekayaan suaminya. Namun, tak menunggu lama, segala angan itu musnah. Ketika menginjakkan kaki di bangunan megah yang Mala pikir hanya miliknya, dia dikejutkan oleh sambutan dari beberapa wanita cantik. Ternyata selain dirinya, Bara telah memiliki delapan istri, dan dirinya adalah yang ke sembilan.

"Perkenalkan, mereka istri-istri saya. Kamu harus nurut sama senior!" perintah Bara dengan tegas.

"Apa?!"

Ternyata angan tak seindah kenyataan. Kursi pelaminan yang didapat Mila dengan cara keji, justru menyiksa diri sendiri. Apa yang diharapkan sama sekali tak terlaksana. Kini dia makan hati setiap harinya.

Sedangkan Mala, buah dari sifat mengalahnya membuat gadis itu dapat bersatu dengan kekasih yang dicinta.

Tamat.

Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now