Dari Bayangan Hutan (3)

7.5K 1.2K 533
                                    

Biasanya di lappy per part aku ngetik sekitaran 2k sampe  3k  word

Di sini kupotong jadi 3 bahkan 4 part ya.

Mau terus cerita favenya dilanjut!? Dukungan kalian lewat vote dan komen ditunggu terus ya.

Love u readers

Meyakinkan bunda untuk mengizinkanku pergi lebih sulit dari meyakinkan ayah.

“Dari dulu juga Bunda udah nggak setuju kamu kerja begitu, lihat kan … dikirim ke hutan kan kamu!”

“Hutan apa sih Bun, udah nyaris nggak ada hutan lagi di Riau … kalaupun masih ada palingan juga hutan tanaman industri," sahutku seraya memberengut kesal.

“Tetep aja judulnya hutan!” gerutu Bunda tak mau kalah.

“Aku tuh disana meeting di Novotel doang Bun, nggak kemana-mana, takut amat sih!”

“Ya takutlah! Nggak inget kamu sama omongan Oma buyut kamu!”

“Udahlah Bun … biarin aja Kana pergi,” Ayah menimpali dengan pembelaan.

Aku tersenyum lebar mendengar pembelaan Ayah.

“Ayah ini ya … nanti kalo omongan Oma Sila jadi kenyataan gimana!?”

“Bun, kalau sudah takdir mau dihindar seperti apapun pasti bakal tetap kejadian … tapi kalo nggak walau sengaja dicari juga nggak bakal ketemu, udah lah ... nggak perlu takut sampai lebay gitu.”

Aku terkekeh, “ngerti lebay juga Yah!” 

Ayah menggedigkan bahu dengan tampang lempengnya yang selalu jadi ciri khas. “Mahasiswa kalau ngomong suka pakai itu. Jadi kapan kamu berangkat?”

“Besok sore Yah!langsung dari kantor.”

“Ya udah … semoga sukses, kerjaan kamu keren semoga kamu nanti jadi menteri lingkungan hidup selanjutnya ya Dek … biar keluarga kita nggak dikenal sebagai keluarga paranormal melulu.”

“Siiip … thank you ya Ayah!” Aku tersenyum lebar seraya mengacungkan dua jempolku ke hadapan laki-laki kesayanganku itu.

Aku yakin, restunya bisa membuatku tidur nyenyak malam ini.
…..
Tapi ternyata aku salah.

Malam itu meski mataku terpejam, tapi pikiranku melanglang buana kemana-mana. 

Dalam kegelapan yang terasa menenggelamkan aku mendengar senandung samar dalam bahasa yang tidak pernah kudengar sebelum ini.

Meski begitu pikiranku seakan memahami kalau liriknya adalah harapan untuk berjumpa dengan orang terkasih.

Seiring dengan itu kegelapan memudar dan cahaya yang terhalang kabut bersinar jauh diatas kepalaku. Memperlihatkan naungan dahan pohon yang memayungi keberadaanku.

Aku tertegun saat menyadari keberadaanku di jantung belantara.
Suara geraman seketika mengalihkanku dari takjub ke rasa takut.

Dan pada jajaran semak dan perdu yang tak tersentuh cahaya aku melihatnya, sepasang titik cahaya serupa bintang berona jingga yang terlihat kian mendekat.

Jantungku seakan berhenti berdetak demi menyadari itu apa.

Suara geraman itu terdengar lagi, bersamaan dengan suara menapak sesuatu diatas ranting dan daun kering  yang menjadi alas hutan.

Warnanya jingga gelap dengan corak hitam yang rapat.

Dia besar, kuat dan berbahaya.

Nafasku tercekat hanya dengan melihatnya.  

Pada detik itu aku memutuskan untuk berlari, tapi bahkan sebelum aku mampu berbalik hantaman kuat menyergap hingga aku jatuh tak berdaya.

Hal terakhir yang kudengar sebelum terjaga hanyalah suara kekehan tawa asing milik seorang laki-laki.

…..

“Cuma mimpi, nggak usah dipikirin banget sih!” Judith menanggapi saat kami sudah berada dalam penerbangan dari bandara Soetta menuju bandara Sultan Syarif Kasim II.

“Ya aneh aja, “ balasku, “mimpinya kok bisa pas banget di malam sebelum kita berangkat.”

“Alah … itu sih karena lo lupa baca doa aja kali … kalo nggak lo kebawa beban pikiran Bunda yang sebenernya berat hati melepas lo ke Riau.”

Aku mendesah pelan. Kemudian mengalihkan pandangan ke pemandangan kumpulan awan dibalik jendela pesawat.

“Oh ya Na, gue lupa ngasih tau lo.”

“Apa?”

Judith tertawa sekilas, “mungkin aja sih ramalan Oma buyut lo jadi kenyataan.”

Aku menoleh kearah Judith yang menunjukkan layar tabs kerjanya kearahku. Meski tanpa foto profil, ada identitas milik seseorang disana.  

“Lo pernah bilang kan kalau Oma buyut lo bilang kalau lo bakalan dicintai dewa dari hutan, iya kan!? Nah mungkin ini dewanya.”

Aku memindai cepat isi identitas itu.

Tengku Rajakumara Dewa.

Lulusan dari dua universitas bergengsi di sumatera untuk S1 Ilmu hukum dan S2 Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan.

Pengalaman dan prestasinya dalam penyelesaian sengketa lingkungan meliputi upaya litigasi maupun non litigasi membuatku tercengang. 

“Ini orang apa bukan sih!?” tanyaku seraya menatap Judith heran.

“Kan jodohnya elo,” Judith nyengir lebar sambil pasang tampang sok polos. “Ya pasti bukan lah.”

tbc

Babang harimau ganteng  😍😍😍

Babang harimau ganteng  😍😍😍

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Pengantin BunianWhere stories live. Discover now