⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️
Dapat 50 vote dalam 24 jam, besoknya langsung up.
Kalau enggak, tunggu JUMAT.
(Total 450)
⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️Dengan semua rasa sakit yang mendera, tanpa diminta, pikiranku terlempar ke beberapa tahun silam, saat kehamilanku yang ketiga. Awal kondisi rahimku mulai memburuk.
"Assalamualaikum, Mbak Asiyah." Suara Fatimah terdengar dari balik pintu kamarku.
"Masuk aja, nggak dikunci," balasku lemah. Sudah memasuki 37 Minggu dan belum ada tanda-tanda ada perbaikan pada kondisiku. Aku bahkan kadang merasa sangat lemah untuk sekadar membukakan pintu.
"Mbaaak … Fatimah kangen, ih!" Didekapnya aku dengan lembut.
"Lho? Si Kecil mana?" Aku tak melihat bayi yang baru beberapa minggu lalu dilahirkannya.
"Sama abi-nya." Fatimah tertawa santai. Perempuan itu bahkan sudah begitu ceria menjengukku. Kekuatan fisiknya MasyaAllah membuatku kagum sekaligus iri.
Aku menepuk sisi kiriku. "Duduk sini."
Alih-alih duduk, Fatimah justru membeliak sembari melihat ke sekeliling. "MasyaAllah, di sini apa aja ada!" Lalu pandangannya beralih kepadaku. "Boleh lihat-lihat, Mbak?"
Aku mengangguk. Biasanya Fatimah segan kalau harus masuk ke kamar utama. Namun, kondisiku jelas tak mungkin untuk keluar menyambutnya. Aku diperintahkan untuk bed rest total. Jika terjadi pendarahan sedikit saja, aku harus segera dilarikan ke rumah sakit meski belum terjadi kontraksi.
"Wah, ada alat buat uap wajah! Ini juga skincare halal yang lagi trend itu! Cantik, ya, warna bungkusnya? MasyaAllah!"
Aku tertawa. "Kamu mau? Kalau mau, ambil aja satu set. Belum dipakai, kok. Aku juga lagi nggak boleh pakai skincare sembarangan sekarang "
"Aduh, nanti kalau aku banyak yang naksir, Mas Eka kerepotan," candanya. Namun, aku bisa menebak alasan sesungguhnya. Dia pasti tak ingin merepotkan Mas Radi atau mungkin tak mau membebani Eka. Meski Fatimah tak meminta, suami seperti Eka mungkin akan kepikiran jika tak mampu membelikan barang yang disukai istrinya.
YOU ARE READING
END Rahim untuk Suamiku
General Fiction[18+ NOVEL DARK RELIGI] Darah yang membasah tak jua membuatmu peduli. Nyawaku mungkin sudah tak lagi berarti. Kau inginkan keturunan yang akan menyelamatkanmu di dunia dan akhirat. Namun, rahimku tak lagi mampu memenuhi keinginanmu. Ia pergi dituka...