Fatimah - 19 - Kisah yang Terbuka

5.8K 604 200
                                    

⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️
Dapat 70 vote dalam 24 jam, besoknya langsung up.
Kalau enggak, tunggu Senin.
(Total 500)

Ini SUDAH PERNAH tidak sengaja update Minggu lalu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ini SUDAH PERNAH tidak sengaja update Minggu lalu. Jadi kalau MERASA GITU2 AJA CERITANYA, karena memang sudah pernah baca.

Mohon bersabar. Tamat di 41, kok. Enggak panjang.

“Makasih sudah dianter, Mas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Makasih sudah dianter, Mas.” Fatimah yang masih berusia tujuh belas tahun tersenyum ramah pada seorang pemuda yang tadi memboncengnya dengan motor dari sekolah. Wajah pemuda itu malu-malu ketika menerima helm dari gadis berjilbab pendek di hadapannya.

Peluh membasahi kening Fatimah yang diseka dengan tisu asal saja hingga beberapa helai rambut menyembul keluar dari tepian jilbab. Matahari tampak tak segan untuk bersinar seterik mungkin pada siang hari itu. Bahkan sepoi angin tak mampu mengatasi betapa gerah perasaan yang tercipta. Akan tetapi, pesona kecantikan tak mampu menghilang pergi. Fatimah justru terlihat memesona dengan wajah bersemu merah tersengat mentari.

Fatimah bergegas pamit dan membalik badannya. Baru saja Fatimah masuk ke dalam rumah cukup luas yang pernah ditempati sepuluh bersaudara, suara menggelegar terdengar memanggil namanya secara lengkap.

Radi sudah berkacak pinggang dengan raut wajah tak senang di hadapannya. Ruang tamu yang cukup luas itu, kini hanya berisi Radi yang tampak marah dan Fatimah yang lelah. Tinggal empat anak terakhir yang masih tinggal di rumah dengan banyak kamar itu. Kakak-kakak yang lain sudah menikah dan pergi mengikuti suami atau merantau bersama istri mereka. 

Hanya Radi yang paling sering pulang karena belum berkeluarga seperti yang lain. Kali ini pun, Radi masih tampak rapi dengan kemeja dan celana bahannya. Setiap hari, penampilannya seperti siap untuk diwawancara kerja kapan pun dibutuhkan. Seragam kerjanya.

Fatimah memutar bola matanya malas membayangkan kalimat apa yang hendak dimuntahkan kakak laki-laki tertua keduanya itu. Dibanding kakak-kakak lainnya, Radi adalah yang paling disiplin memperhatikan adik-adiknya. Yang paling cerewet di mata Fatimah.

END Rahim untuk SuamikuWhere stories live. Discover now