Bab 6 - "Sadar posisimu lah! Istri ndak perlu ikut campur masalahku!"

6.9K 682 183
                                    

“Ummi, maaf kalau tidak sopan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Ummi, maaf kalau tidak sopan. Tapi, Ummi ndak balik ke rumah?”

Ummi langsung terkekeh mendengar pertanyaanku barusan. “Ya Allah, Nduk. Kok ngono?”

Aku buru-buru meralat kalimatku yang terasa ngawur barusan. “Aduh, bukan Asiyah ngusir Ummi. Asiyah justru merasa sangat terbantu dengan adanya Ummi, tapi …”

“Iya, Ummi ngerti.” Wanita baya itu menepuk punggungku lembut. “Ummi yang pengin di sini, kok. Apa kamu keberatan?” Kalimatnya menusuk hatiku hingga ke dalam. Aku pun langsung menggeleng tegas. 

“Mana mungkin Asiyah keberatan dengan hadirnya Ummi di sini? Asiyah cuma nggak tega ngerepotin Ummi terus.” 

Lalu, pelukan hangat Ummi yang menjadi kalimat selanjutnya.

Kadang aku tidak tega pada Ummi yang masih juga ada di sini dan sibuk mengerjakan ini dan itu. Meski memang di rumahnya pun Ummi sendirian, tapi tentu tidak akan perlu merasa letih membantuku dengan kesibukan rumah tangga dan bergadang yang memang seharusnya menjadi kewajibanku dan Mas Radi.

Bahkan, ketika sampai sore Mas Radi mengabaikan semua pesan yang kukirim, Ummi masih terus memberiku semangat. Menenangkan kegundahanku. Beliau menggenggam jemari yang terus diabaikan Mas Radi dengan hangat.

Ummi adalah ibu dan mertua yang luar biasa. Malam ini, beliau lagi-lagi menolak tawaranku yang memintanya untuk pulang saja ke rumah. Ummi berusaha menenangkanku yang mengkhawatirkannya.

"Ummi InsyaAllah ndak akan sakit. Kamu ndak usah khawatir." 

Mungkin bagi mertua lain, pertanyaanku yang salah ucap tadi pagi bisa berbuntut panjang. Namun, Ummi berbeda. Sungguh, tanpa mertua yang luar biasa, aku mungkin sudah roboh menghadapi sikap Mas Radi.

Aku harus lebih banyak bersyukur.

Namun, bukankah aku menikahi anaknya dan bukan ibunya? Sampai kapan aku kuat bertahan diperlakukan sedingin ini oleh suamiku sendiri?

Namun, bukankah aku menikahi anaknya dan bukan ibunya? Sampai kapan aku kuat bertahan diperlakukan sedingin ini oleh suamiku sendiri?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
END Rahim untuk SuamikuWhere stories live. Discover now