Kalau sekarang dapat 100 vote sebelum 24 jam, update lagi Selasa.
Kalau enggak, Rabu, ya! 😍
Kisah Sebelumnya
Dengan khawatir aku menoleh kembali ke arah Mutia. Wanita itu kini merekah kan senyum penuh kebahagiaan. Pipinya memerah semringah. Mata bulat itu berkilauan.
Bahkan aku pun bisa melihat pancaran cinta di sana.
"Mutia setuju menikah dengan Mas Radi!" Kata-kata perempuan itu mengguncang semua pertahananku.
Mendengar Mutia begitu mudah menyetujui lamaran Mas Radi, rasanya sakit mencengkeram hatiku.
"Mutia!" Sebuah seruan keras menyentakku. Kali ini Ratna berseru dengan nada tinggi penuh amarah. "Mami lebih rela kamu menikahi duda daripada seorang pria beristri!"
Aku melihat Ummi hanya tersenyum tipis seolah menahan geli. "Maaf, Bu. Boleh saya tanya sesuatu sama Nak Mutia?" Ummi akhirnya angkat bicara.
Tentu saja Mutia langsung menyetujui meski Ratna tak menjawab sama sekali.
"Radi itu, orangnya ndak keren. Udah tua, seringnya pendiem, suka ndak ketebak maunya, ndak peka, kadang ngorok, ndak bisa romantis apalagi momong bocah. Apa Nak Mutia yakin mau nikah sama lelaki kayak gini?" Ummi menepuk-nepuk punggung Mas Radi lembut.
Perasaan nostalgia meruak kala mendengar pertanyaan Ummi. Ucapan yang sama seperti yang dulu beliau tanyakan padaku empat belas tahun yang lalu. Semua keburukan Mas Radi dijelaskan di depan. Aku yang memang tak memiliki kriteria khusus untuk calon pendamping hidupku pun langsung menyetujui.
Kedua orang tuaku begitu ingin menimang cucu. Aku pun tak tega membiarkan impian itu tidak terwujud karena aku terlalu pemilih. Lagipula, istikharah-ku ketika itu menyakinkanku untuk menerima Mas Radi sebagai suami.
Nyatanya, Mas Radi tidak sependiam itu. Dia sering berbincang jika mood-nya baik. Dia juga cukup pandai menggendong, meski tidak bisa menyuapi ataupun memandikan. Mas Radi juga sangat sabar meski anak-anakku menangis mengusik tidurnya kala malam. Bahkan cukup pandai memasak.
YOU ARE READING
END Rahim untuk Suamiku
General Fiction[18+ NOVEL DARK RELIGI] Darah yang membasah tak jua membuatmu peduli. Nyawaku mungkin sudah tak lagi berarti. Kau inginkan keturunan yang akan menyelamatkanmu di dunia dan akhirat. Namun, rahimku tak lagi mampu memenuhi keinginanmu. Ia pergi dituka...