Kisah - 25 - Masa Lalu yang Tersembunyi

2K 240 26
                                    

Terima kasih banyak sudah diingatkan buat upload. T_T 

Kemarin, Tablet kena malware. harus factory reset. Detail di A.N di bawah.

Kalau sekarang dapat 100 vote sebelum 24 jam, update lagi Kamis

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Kalau sekarang dapat 100 vote sebelum 24 jam, update lagi Kamis.

Kalau enggak, Jumat, ya! 😍

[Rabu tetap up seperti biasa]

Sama seperti sebelumnya, aku hanya membawa Sri dan Mirza serta

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Sama seperti sebelumnya, aku hanya membawa Sri dan Mirza serta. Mas Radi pergi sejak pagi. Mungkin wawancara kerja. Aku tak mau membayangkan dia sedang berbincang dengan Mas Danang tentang ta'aruf.

Ya, Allah, aku tak sanggup!

Seolah mengerti masalahku yang begitu mendesak, Fatimah langsung mengajakku masuk ke kamarnya. Mirza kubiarkan merangkak dan bermain dengan kertas di lantai. Untungnya dia masih bisa merangkak dan berguling dengan perlahan. Duduk pun sudah mulai bisa meski masih harus bersandar ke kasur yang tak memiliki dipan itu.

"Jadi, Mas Radi bukan selingkuh." Aku pun membuka pembicaraan.

Fatimah langsung tersenyum lebar. Jelas terlihat binar matanya menyatakan, aku ternyata benar, kan? Namun, dia tak mengatakannya secara langsung.

"Jujur, aku lega mengetahui Mas Radi tidak selingkuh. Namun, bukan itu yang menjadi masalah."

Seperti biasa, Fatima hanya menatapku. Rambut pendeknya diikat bawah. Daster panjang berlengan pendek selalu menjadi andalan. Dia bisa dengan mudah menyambar jilbab di gantungan jika ada yang datang.

"Aku sudah cek semua pesan dan medsosnya. Tidak ada hal aneh. Paling hanya dengan Mas Danang soal ta'aruf. Mungkin karena itu dia sembunyi-sembunyi."

Fatimah mengangguk setuju. Namun, wajahnya menyiratkan gundah. "Kenapa Mbak ndak ngomong ke Mas Radi?" Fatimah kini duduk di hadapanku yang bertamu pagi-pagi ke rumahnya.

Aku hanya menarik napas. "Emang kalau aku ngomong bakalan berubah? Mas Radi kan saklek. Inget nggak dulu? Pas aku minta KB, Mas Radi bilang nggak boleh?"

END Rahim untuk SuamikuOnde histórias criam vida. Descubra agora