Pertemuan - 24 - Kesan Pertama yang Mendebarkan

2.1K 262 59
                                    

  Terima kasih untuk 80+ Vote kurang dari 24 jam.

Sayang nggak sampai 100. Padahal bab sebelumnya tembus 105, lho!

Kalau searang dapat 100 vote sebelum 24 jam, update lagi Minggu.

Kalau enggak, Senin depan, ya! 😍

Kupandangi dua tamuku dengan saksama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kupandangi dua tamuku dengan saksama. Sejenak aku menyadari sesuatu. "Mbak Aini nggak ikut?" Rasa keingintahuanku lebih besar dari rasa takutku sendiri. 

Jujur aku penasaran bagaimana rupa calon maduku. Apa dia cantik? Tampaknya Mirza juga bisa merasakan kegundahanku. Dia sudah mulai bergerak-gerak meski cukup anteng di tanganku yang ikut menimang-nimangnya pelan.

"Tidak sopan calon perempuan datang ke pihak laki-laki." Mas Radi membantahku dengan nada tenang, tapi terasa menusuk di hati. 

Aku membuka mulut heran. "Bukankah kemarin Mas Radi yang bilang akan ada yang datang untuk ta'aruf?"

"Memang betul ini salah satu proses ta’aruf. Karena pihak keluarga ingin mengenal lebih jauh." Mas Danang menjelaskan. "Kalau begitu, silakan Mas Aryo dan Mas Tato jika ada yang ingin ditanyakan ke Mas Radi."

Keduanya mengangguk penuh kesopanan.

"Kami hendak meluruskan sedikit keingintahuan sebelum membawa Aini." Aryo tampak seperti pria sabar, tapi hanya senyum tipis yang menghias wajahnya. 

"Apa benar Mas Radi ini sekarang belum bekerja?" Aryo langsung menoleh ke arah Mas Radi tanpa basa basi.

Sementara suamiku tampak tenang dan tak terusik dengan pertanyaan itu. "Benar. Namun, InsyaAllah sudah datang kesempatan untuk mendapatkan kerja dengan gaji mapan."

Mas Radi pun menjelaskan spesifikasi beberapa perusahan yang merespon lamarannya.

"Tapi, belum tentu diterima, kan?" Kali ini Tato angkat bicara.

Sama seperti sebelumnya, Mas Radi benar-benar santai. Rasa percaya dirinya seperti menggunung dan membuncah. "Saya sudah berpengalaman lebih dari 12 tahun di bidang itu. InsyaAllah akan dapat salah satu dari lowongan-lowongan itu."

Aryo tampak menarik napas tak yakin. "Lalu, kenapa Mas Radi mau menikah lagi?"

Tanpa menoleh sedikit pun ke arahku, Mas Radi berujar, "Karena Asiyah sudah tidak bisa memiliki anak lagi sejak rahimnya diangkat."

Lurus, datar, tanpa tedeng aling-aling Mas Radi mengungkap semua.

Aryo dan Tato tampak terperangah. 

"Kalau tidak salah, yang saya baca di CV, jumlah anak Mas sudah lima. Apa saya salah?" Aryo mengerutkan kening heran.

Mas Radi mengangguk. "Saya ingin sepuluh anak. Sepuluh adalah angka cukup untuk membuat keluarga bahagia."

END Rahim untuk SuamikuWhere stories live. Discover now