Chapter 1 : Freak Man

2.6K 111 2
                                    

Aku mendongak. Ku lihat sebuah balkon kayu yang kelihatannya jika aku memijakkan kakiku diatas sana, aku akan jatuh ke dalam pot-pot tanaman tandus. Aku melihat ke sekeliling. Disini tampak sepi, sepertinya rumah ini tak berpenghuni? Terdapat banyak pohon-pohon yang tinggal batang dan ranting berdiri rapuh di sekitar halaman depan rumah. Hawa panas menyelubungi tubuhku. Aku membuka cardiganku, kemudian mengikat rambutku dengan ikat rambut yang satu-satunya sempat ku bawa.

Aku melangkah menaikki lantai teras kayu rumah tua ini. Terdapat papan di samping pintu masuk yang bertuliskan "Blok B13". Dan aku yakin, ini adalah jalan Rosemary. Namun, aku tak yakin, ini adalah rumah pamanku. Pamanku ini adalah adik dari ayah tiriku. Aku memang pernah bertemu dengannya sekali, ketika tak sengaja bertemu dengan ibuku yang sedang mengantarkanku ke tempat les. Ia terlihat sangat ramah seingatku.

TOK TOK TOK

"Permisi! Paman Frans! Ini aku, Keyline!"ucapku sedikit berteriak sambil terus mengetuk pintu kayu. Namun, tak ada jawaban. Ku coba sekali lagi, "Paman Frans? Ibuku bilang, aku harus menemuimu! Ini Keyline!"ujarku. Namun tetap tidak ada jawaban. Aku berjalan ke jendela rumah, mengusap debu yang menempel di jendela. Aku mengintip ke dalam, namun tidak terlihat apapun. Hanya ada bangku dan meja. Juga hiasan dan segala macam barang yang ada di ruang tamu.

Aku menoleh ke samping kanan karena mendengar suara pintu terbuka. Itu tetangga sebelah. Orang itu menatapku heran. "Kau mencari siapa nona muda?"ujar tetangga itu sambil menyiram tanamannya. Ia adalah seorang wanita yang berumur sekitar 40 tahunan, menurutku. Ia terlihat ramah."Uhm.. Aku mencari pemilik rumah ini, dia pamanku, eh.. Aku mencari Tuan Frans"balasku singkat. Orang itu mengangguk, "ia sedang pergi bersama temannya"saut wanita itu. Aku hanya bergumam pelan. "Memangnya, kau ada perlu apa datang ke rumah Mr.Frans?"tanya wanita itu. "Aku keponakannya, ibuku bilang... aku harus menginap di rumah pamanku untuk sementara, selagi rumahku di renovasi"ujarku beralasan, rasanya tidak mungkin aku memberitahu masalahku yang sebenarnya pada orang asing. Wanita itu tersenyum padaku, "Oh.. begitu rupanya"jawabnya singkat.

"Mungkin kau bisa mengunjungi rumah ku sebentar, selagi menunggu pamanmu? Hari mulai gelap, kau tidak mungkin menunggu disitu berjam-jam"ujarnya ramah. Aku mengangguk, "terimakasih banyak maam"jawabku sambil mengangkat backpack ku yang ku taruh di lantai kayu. Aku berjalan keluar dari halaman rumah pamanku, yang entah benar rumah pamanku atau bukan. Kakiku menapak jalanan aspal di depan rumah paman dan wanita tadi. Rumah mereka sangat bertolak belakang. Rumah pamanku, seakan-akan adalah rumah angker yang terabaikan oleh pemiliknya selama bertahun-tahun. Sedangkan rumah wanita itu, di tumbuhi banyak tanaman indah, dan pohon yang berbuah, rumahnya di cat berwarna kuning dan coklat. Tetangga yang sangat berbeda, bagaimana wanita itu bisa tinggal dengan nyaman di sebelah rumah pamanku yang terlihat seperti kandang mimpi buruk. Sepertinya aku enggan masuk ke dalam sana.

"Silahkan masuk"ujar wanita itu sambil membukakan pagar besi yang memisahkan halaman rumahnya dengan aspal jalan utama komplek. "Terimakasih"ujarku sekali lagi. Wanita itu mempersilahkan ku memasukki rumahnya yang indah dan nyaman. Terdapat banyak foto-foto keluarganya, guci-guci cantik, dan dekorasi lain yang benar-benar membuat ruang tamu nya terlihat indah. "Kau sangat pintar dalam hal mendekorasi maam"ujarku memuji wanita itu. Ia tersenyum, "Bukan aku yang mendekorasi semua ini"jawabnya. "Ini semua ide suamiku"lanjutnya sambil mengembangkan senyum lagi. Benar-benar ramah. "Oh... apakah suamimu seorang arsitektur? atau.. apapun itu?"tanyaku agar perbincangan ku dan wanita itu tetap berlanjut. "Ia memang kuliah di bidang arsitektur, ia sangat menyukai bidang itu, bahkan rumah ini, denahnya, dan segala dekorasi di dalam dan di halaman, itu semua idenya"tuturnya seakan melihat kembali masa lalu. Aku tersenyum, "Hmm, suamimu hebat maam"ujarku memegang pundaknya. "Lalu... di mana suamimu maam? Mungkin aku bisa berkenalan dengannya?"ujarku.

Wanita itu menunduk lesu. "Ia menghilang beberapa minggu yang lalu"tuturnya sambil menundukkan kepalanya, aku salah berbicara rupanya. "Oh... maaf, aku tidak bermaksud untuk-".
"Ya, tidak apa... uh.. ngomong-ngomong, namamu, Keyline bukan?"ujarnya mengalihkan pembicaraan. "Engkau, sudah tau namaku?"ujarku sambil menunjukkan telunjukku kearahku. "Tadi kau memekikkan namamu ketika hendak memanggil pamanmu keluar rumah"jawab wanita itu dengan sedikit tawa. Aku terkekeh. "Hmm, jadi namamu siapa?"ujarku. "Panggil saja aku Hellen"ujarnya. Aku mengangguk, "Baik, Hellen". Hellen tersenyum, "Baiklah, perkenalan sampai disini saja, kita menuju ruang makan, aku akan memasakkan mu sesuatu"katanya sambil mengelap tangannya sengan serbet, tangannya memang agar kotor setelah menyiram tanaman tadi, terlihat tangannya memegang alat penyiram tanaman yang sudah karatan tadi. Aku memasukki ruang dapur, terlihat nyaman, sederhana. "Kau mau makan apa Key?"tanyanya sambil mengambil panci di laci dapur yang terletak di bawah wastafel. "Apa saja yang hendak kau masak"jawabku. Ia mengangguk, "Baiklah"jawabnya. "Aku akan memasak omelette"lanjutnya sambil memecahkan telur-telur kemudian menuangkan isi dari cangkang telur itu keatas panci. Aku tersenyum, aku merasa, ibuku ada disini. Sekarang, aku teringat akan ibuku. Bagaimana keadaannya sekarang? Apakah ayah tiriku yang jahanam itu masih menyiksa ibuku? Apakah ibuku akan bertahan? Apakah ia kuat? Aku tak bisa berhenti memikirkan ibuku.

Runaway [SELESAI]Where stories live. Discover now