Chapter 10 : Rock Valley College !!!

746 37 0
                                    

Perlahan tapi pasti. Aku melangkahkan kedua kaki ku secara bergantian. Detak jantungku lebih cepat daripada kecepatan langkahku, yang membuat keringat dingin bercucuran di dahiku dan seluruh tubuhku. Lantai kayu yang berderit memang tidak bisa kuhindari, namun setidaknya, suara ini ku usahakan untuk kuredam.

Aku memegangi pagar di tangga seerat mungkin, aku menuruni tangga dan memasukki ruangan yang letaknya tepat di bawah kamarku. Kepalaku kutolehkan ke kanan dan ke kiri. Aman.

Aku kebingungan. Aku tak menemukan pintu atau apapun yang menandakan adanya sebuah ruangan di bawah kamarku. Disini, hanya ada sebuah rak buku yang sangat besar melebihi tinggiku. Aku menyalakan senterku di gelapnya rumah paman frans. Tidak ada tanda-tanda pintu rahasia yang terlihat di rak buku ini.

Aku menggeser-geser buku-buku tebal yang berdebu untuk mencari-cari sesuatu yang mungkin membantuku untuk mengungkap misteri darimana datangnya cahaya hijau temaram itu.

Aku ini memang bukan detektif. Aku sama sekali tidak ahli dalam hal mengungkapkan misteri semacam ini. Mungkin aku bisa memanggil Sean untuk membantuku. Namun.. Tidak.. Tidak tidak. Biarlah aku saja yang mengetahui ini. Mengingat sikap penasaran Sean yang sulit di bendung itu, membuatku mengurungkan niatku untuk berjalan ke kamar Sean dan diam-diam membangunkannya dari tidur nyenyaknya.

Lantai kayu lagi-lagi berderit. Semoga saja penyelidikanku malam ini berhasil. Secara acak aku menggeser deretan buku-buku kusam. Dan, tiba-tiba, ku temukan sebuah buku kusam yang sama sekali tidak bisa ku geser ataupun kutarik.

Ayolah Keyline! Berfikir!! Berfikir!!

Kemudian, aku ingat sebuah film serial killer. Seorang tuan rumah yang memiliki ruang rahasia di rumahnya. Ia memiliki perpustakaan dengan banyak rak kayu di setiap sisi ruangan. Salah satu buku, tidak bisa di geser ataupun diangkat. Namun.. Di tekan.

Aku mendorong buku kusam itu sekuat tenaga. Hampir saja aku menyerah dan mengira bahwa itu hanya buku yang tak sengaja terjebak di rak dan menempel.

GLAAG

Aku nyaris melakukan jumpscare di depan rak buku kayu ini. Aku terkejut ketika secara tiba-tiba rak buku itu masuk ke dalam sebuah ruangan dan bergeser bersama dinding yang menempel ke rak buku itu.

Sebuah ruangan gelap tanpa cahaya dan ventilasi udara sama sekali. Udaranya benar-benar pengap sampai aku terbatuk-batuk agar hidungku menolak debu-debu yang hendak memasukki paru-paruku. Aku mengibas-ngibaskan telapak tanganku untuk menyingkirkan helaian-helaian halus sarang laba-laba. Ruangan ini begitu luas (sepertinya). Karena, setiap kali aku melangkah, meskipun perlahan, suaranya akan menggema seakan-akan ruangan gelap tempatku berpijak ini sangatlah luas dan tidak terdapat barang apapun sama sekali.

Kemudian, aku menemukan seberkas cahay hijau temaram di hadapanku. Jaraknya mungkin ada beberapa meter di hadapanku. Aku menghampiri cahaya itu.

Kusadari, ternyata cahaya hijau itu berasal dari sebuah lampu neon yang nyaris kekurangan daya listrik. Cahayanya benar-benar temaram sehingga aku sama sekali tidak melihat cahaya ini ketika aku baru masuk ke dalam ruangan rahasia ini.

Sedari tadi, bodohnya aku tidak menyalakan senter ku di ruang gelap ini. Pupilku melebar, berusaha menyesuaikan ruangan gelap ini.

KLEK

Aku menyalakan lampu senterku. Menyorot dinding ruangan ini. Dan aku benar-benar menyesal telah menyalakan senterku. Karena jika aku tidak menyalakan senterku. Mungkin aku tidak akan melihat apabyang tidak ingin kulihat di ruangan ini.

Aku menutup mulutku dan membelalak kaget. Aku melihat banyak sekali foto-foto korban sebelum dan sesudah di bunuh. Aku menemukan sebuah foto selfie seorang remaja yang memakai jas putih dengan stetoskop melingkar di lehernya yang jenjang. Kemudian, terdapat sebuah foto mayat dengan lubang tembakan di bahu kanannya, dan menurutku, itu adalah orang yang sama, namun setelah di bunuh.

Runaway [SELESAI]Where stories live. Discover now